Masyarakat Sastra Tamalanrea merupakan nama perkumpulan seniman sastra yang berdiri pada tanggal 15 Juni 1994 di Makassar. Pada awal berdirinya Masyarakat Sastra Tamalanrea yang disingkat MST ini dipelopori oleh Aslan Abidin, Sudirman HN, Hendragunawan ST, dan Muhary Wahyu Nurba. Pemberian nama Tamalanrea pada nama Masyarakat Sastra Tamalanrea didasarkan pada lokasi Universitas Hasanuddin, tempat para pendiri menuntut ilmu. Mereka sepakat mengabadikan Tamalanrea untuk mengawali gebrakan sastrawan muda pada saat itu.
Masyarakat Sastra Tamalanrea terbentuk pada era 1990-an ketika terjadi revitalisasi sastra pedalaman di Indonesia. Pada saat itu, sastra di luar pulau Jawa mulai bangkit; sastrawan-sastrawan menggiatkan kembali aktivitas penciptaan, pementasan, diskusi, dan penerbitan karya sastra. Di Makassar hal itu disambut dengan berdirinya beberapa komunitas sastra dan salah satunya adalah MST. Komunitas ini terbentuk atas dorongan atau motivasi untuk meramaikan iklim bersastra di Makassar dan adanya sebuah pemahaman bahwa bersastra merupakan aktivitas intelektual yang estetik. Artinya, melahirkan sebuah karya sastra merupakan kegiatan yang mengasah kemampuan intelektual yang terkemas dalam keindahan bahasa.
Aktivitas kesastraan di MST ini adalah diskusi sastra, pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dan kajian sastra. Saat ini, selain kegiatan tersebut, juga dilakukan upaya pendokumentasian. Karya penyair-penyair komunitas MST yang telah diterbitkan dalam bentuk buku adalah Antologi Puisi 4 Penyair Tamalanrea (1995), Kumpulan Puisi Meditasi Karya Muhary Wahyu Nurba (1996), Nyanyian Alam Nyanyian Adam Nyanyian Malam (HGST) 1996, Ininnawa: Antologi Puisi Penyair Sulawesi Selatan (1997), Antologi Cerpen SM Noor (1997), Binrolle: Antologi Puisi Tomi Tamara (1997), dan Manuskrip Puisi Memorandum Perkabungan karya Aslan Abidin (2000).
Sejak didirikan sampai sekarang, Masyarakat Sastra Tamalanrea bersifat independen, tidak terikat oleh instansi atau lembaga lain. Oleh karena itu, segala aktivitas kesastraan menjadi tanggungjawab bersama para anggota. Saat ini telah tercatat sekitar 40 orang sastrawan yang bergabung dan terus berkarya memajukan kesusastraan, khususnya di Makassar, dan di Indonesia pada umumnya.