• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Hadiah Sastra LBSS   (1957)
Kategori: Hadiah/Sayembara Sastra

 

Hadiah Sastra LBSS adalah hadiah sastra tahunan yang diberikan oleh Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS) kepada sastrawan Sunda. Hadiah ini diberikan sejak tahun 1957. Akan tetapi, setelah tujuh tahun berturut-turut, yakni 1957—1964, Hadiah Sastra LBSS sempat terhenti karena kekurangan dana. Setelah Kongres Basa Sunda di Cipayung, Bogor, tahun 1988, hadiah ini kembali diadakan sebagai realisasi hasil kongres tersebut. Di samping itu, LBSS juga diubah status badan hukumnya dari perkumpulan/organisasi massa menjadi yayasan.

Hadiah Sastra LBSS ini mempunyai tujuan, yakni (1) memberi pengharga-an pada karya para pengarang, (2) mendorong atau memotivasi para pengarang muda yang agar berkembang meningkatkan kreativitasnya, dan (3) mendorong tumbuhnya iklim yang baik untuk kemajuan dan perkembangan bahasa dan sastra Sunda sekarang sampai dengan masa depan.

Berkat kerja sama dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat, Dinas Pendidikan Jawa Barat, dan bantuan berbagai pihak, seperti dari Yayasan Dana Budaya Sunda, media massa bahasa Sunda (surat kabar Galura, Kujang, Giwangkara, dan majalah Mangle) dan pemerhati bahasa dan sastra Sunda, Hadiah Sastra Sunda LBSS dapat berlangsung tiap tahun dari tahun 1989—masa akhir periode kepengurusan LBSS (1988—1993).

Kerja sama yang lain juga terjalin antara LBSS dan Penerbit Geger Sunten. Semua karya tulis yang mendapat penghargaan LBSS selama periode lima tahun dikumpulkan berupa antologi yang dieditori oleh Drs. H. Wahyu Wibisana, Dra. Tini Kartini, Duduh Durahman, Dra. Yooke Tjuparmah, serta S. Komaruddin, M.Pd. Tujuan penerbitan ini, antara lain untuk mendokumentasi-kan karya-karya terpilih yang mendapat hadiah dan kepentingan penyusunan sejarah sastra Sunda.

Dewan juri yang bertindak sebagai penilai karya sastra dan penentu karya terbaik dari periode ke periode berganti-ganti. Yang dapat dicatat di sini, antara lain adalah dewan juri selama periode kepengurusan LBSS dari periode 1989—1993 yang terdiri atas Suyatna Anirun, Prof. Dr. Yus Rusyana, Drs. H. Wahyu Wibisana, Drs. Saini Karta Misastra, Duduh Durahman, Rahmatullah Ading Affandi, Dra. Tini Kartini, Drs. Iskandarwassid, M.Pd, Drs. Ade Kosmaya Anggawisastra, dan Us Tiarsa.

Para pengarang yang karyanya mendapat Hadiah Sastra LBSS, antara lain adalah pada tahun 1957 Rusman Sutiasumarga untuk karyanya yang berjudul Papacangan terbitan Balai Pustaka, Jakarta. Tahun 1959 hadiah sastra diberikan kepada Rahmatullah Ading Affandi (RAF) untuk kumpulan cerpen Dongeng Enteng ti Pasantren terbitan Tarate, Bandung. Berikutnya, hadiah diberikan kepada Wahyu Wibisana untuk karya tulisnya yang dipandang unggul dalam lomba mengarang cerpen.

Kemudian, pada tahun 1989, LBSS menganugerahkan penghargaan sastranya untuk dua orang sastrawan berdasarkan kategori usia, yaitu usia 21—35 diberikan kepada Etty RS atas kumpulan puisinya, yaitu Surat keur Pangeran Wangsakerta yang dipublikasikan di majalah Mangle, dan usia 36—50 diberikan kepada Yoseph Iskandar atas novelnya yang berjudul Bagus Jabin yang juga dipublikasikan di majalah Sunda Mangle.

Tahun 1990, LBBS menambah jumlah penerima Hadiah Sastra Sunda. Kali ini, penerima hadiah dipilah atas dasar genre dan juga tulisan berupa esai dan kritik terhadap bahasa dan sastra Sunda. Tulisan terbaik di bidang prosa (novel dan cerpen) adalah tulisan Cecep Burdansyah atas cerpennya yang berjudul Bilatung, terbaik di bidang puisi adalah Acep Zamzam Noor atas sajaknya yang berjudul Catetan Nopember, Solitude, Tina Hiji Konser, dan terbaik di bidang nonfiksi adalah Komaruddin Sastradipoera atas esainya yang berjudul Enclave jeung Etem.

Berikutnya, tahun 1991, Godi Suwarna mendapat hadiah di bidang puisi atas kumpulan sajaknya Studio Armageddon, di bidang prosa adalah Budi Rahayu Tamsyah atas cerpennya Uing mah Neunggeul Si Jago, dan di bidang nonfiksi adalah Ojon S atas esainya Giliran Turun Manggung. Ojon S dan Godi Suwarna kembali mendapat Hadiah Sastra LBSS pada tahun berikutnya di bidang yang sama, sedangkan di bidang prosa muncul nama Hadi K.S. atas karyanya yang berjudul Oknum yang terbit di surat kabar Galura dan Proyek Hileud yang terbit di majalah Mangle.

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
    Tayangan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
  • Ensiklopedia Sastra Indonesia
    Ensiklopedia Sastra Indonesia versi Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013.
  • Tifa Sastra
    Tifa Satra adalah majalah yang memuat banyak karya sastra. Majalah ini diterbitkan pertama kali bulan Maret 1972 oleh Penerbit Biro Majalah Senat Mahasiswa FSUI dengan alamat Gang Kembang III, ...
  • Hadiah Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
    Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) ini sebelumnya bernama Lembaga Kebudayaan Indonesia. Badan ini memberikan hadiah untuk seni tari, foto, poster, ilustrasi, lukisan, dan patung, serta ...
  • Hadiah Majalah Kisah
    Hadiah Majalah Kisah diberikan oleh majalah Kisah pada setiap tahun untuk karya sastra yang dianggap berbobot. Besar hadiah yang diberikan mula-mula Rp200,00. Pada tahun 1953 juri memberikan ...
  •  
    © 2019    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Hadiah Sastra LBSS   (1957)
    Kategori: Hadiah/Sayembara Sastra

     

    Hadiah Sastra LBSS adalah hadiah sastra tahunan yang diberikan oleh Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS) kepada sastrawan Sunda. Hadiah ini diberikan sejak tahun 1957. Akan tetapi, setelah tujuh tahun berturut-turut, yakni 1957—1964, Hadiah Sastra LBSS sempat terhenti karena kekurangan dana. Setelah Kongres Basa Sunda di Cipayung, Bogor, tahun 1988, hadiah ini kembali diadakan sebagai realisasi hasil kongres tersebut. Di samping itu, LBSS juga diubah status badan hukumnya dari perkumpulan/organisasi massa menjadi yayasan.

    Hadiah Sastra LBSS ini mempunyai tujuan, yakni (1) memberi pengharga-an pada karya para pengarang, (2) mendorong atau memotivasi para pengarang muda yang agar berkembang meningkatkan kreativitasnya, dan (3) mendorong tumbuhnya iklim yang baik untuk kemajuan dan perkembangan bahasa dan sastra Sunda sekarang sampai dengan masa depan.

    Berkat kerja sama dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat, Dinas Pendidikan Jawa Barat, dan bantuan berbagai pihak, seperti dari Yayasan Dana Budaya Sunda, media massa bahasa Sunda (surat kabar Galura, Kujang, Giwangkara, dan majalah Mangle) dan pemerhati bahasa dan sastra Sunda, Hadiah Sastra Sunda LBSS dapat berlangsung tiap tahun dari tahun 1989—masa akhir periode kepengurusan LBSS (1988—1993).

    Kerja sama yang lain juga terjalin antara LBSS dan Penerbit Geger Sunten. Semua karya tulis yang mendapat penghargaan LBSS selama periode lima tahun dikumpulkan berupa antologi yang dieditori oleh Drs. H. Wahyu Wibisana, Dra. Tini Kartini, Duduh Durahman, Dra. Yooke Tjuparmah, serta S. Komaruddin, M.Pd. Tujuan penerbitan ini, antara lain untuk mendokumentasi-kan karya-karya terpilih yang mendapat hadiah dan kepentingan penyusunan sejarah sastra Sunda.

    Dewan juri yang bertindak sebagai penilai karya sastra dan penentu karya terbaik dari periode ke periode berganti-ganti. Yang dapat dicatat di sini, antara lain adalah dewan juri selama periode kepengurusan LBSS dari periode 1989—1993 yang terdiri atas Suyatna Anirun, Prof. Dr. Yus Rusyana, Drs. H. Wahyu Wibisana, Drs. Saini Karta Misastra, Duduh Durahman, Rahmatullah Ading Affandi, Dra. Tini Kartini, Drs. Iskandarwassid, M.Pd, Drs. Ade Kosmaya Anggawisastra, dan Us Tiarsa.

    Para pengarang yang karyanya mendapat Hadiah Sastra LBSS, antara lain adalah pada tahun 1957 Rusman Sutiasumarga untuk karyanya yang berjudul Papacangan terbitan Balai Pustaka, Jakarta. Tahun 1959 hadiah sastra diberikan kepada Rahmatullah Ading Affandi (RAF) untuk kumpulan cerpen Dongeng Enteng ti Pasantren terbitan Tarate, Bandung. Berikutnya, hadiah diberikan kepada Wahyu Wibisana untuk karya tulisnya yang dipandang unggul dalam lomba mengarang cerpen.

    Kemudian, pada tahun 1989, LBSS menganugerahkan penghargaan sastranya untuk dua orang sastrawan berdasarkan kategori usia, yaitu usia 21—35 diberikan kepada Etty RS atas kumpulan puisinya, yaitu Surat keur Pangeran Wangsakerta yang dipublikasikan di majalah Mangle, dan usia 36—50 diberikan kepada Yoseph Iskandar atas novelnya yang berjudul Bagus Jabin yang juga dipublikasikan di majalah Sunda Mangle.

    Tahun 1990, LBBS menambah jumlah penerima Hadiah Sastra Sunda. Kali ini, penerima hadiah dipilah atas dasar genre dan juga tulisan berupa esai dan kritik terhadap bahasa dan sastra Sunda. Tulisan terbaik di bidang prosa (novel dan cerpen) adalah tulisan Cecep Burdansyah atas cerpennya yang berjudul Bilatung, terbaik di bidang puisi adalah Acep Zamzam Noor atas sajaknya yang berjudul Catetan Nopember, Solitude, Tina Hiji Konser, dan terbaik di bidang nonfiksi adalah Komaruddin Sastradipoera atas esainya yang berjudul Enclave jeung Etem.

    Berikutnya, tahun 1991, Godi Suwarna mendapat hadiah di bidang puisi atas kumpulan sajaknya Studio Armageddon, di bidang prosa adalah Budi Rahayu Tamsyah atas cerpennya Uing mah Neunggeul Si Jago, dan di bidang nonfiksi adalah Ojon S atas esainya Giliran Turun Manggung. Ojon S dan Godi Suwarna kembali mendapat Hadiah Sastra LBSS pada tahun berikutnya di bidang yang sama, sedangkan di bidang prosa muncul nama Hadi K.S. atas karyanya yang berjudul Oknum yang terbit di surat kabar Galura dan Proyek Hileud yang terbit di majalah Mangle.

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
    Tayangan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
  • Ensiklopedia Sastra Indonesia
    Ensiklopedia Sastra Indonesia versi Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013.
  • Tifa Sastra
    Tifa Satra adalah majalah yang memuat banyak karya sastra. Majalah ini diterbitkan pertama kali bulan Maret 1972 oleh Penerbit Biro Majalah Senat Mahasiswa FSUI dengan alamat Gang Kembang III, ...
  • Hadiah Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
    Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) ini sebelumnya bernama Lembaga Kebudayaan Indonesia. Badan ini memberikan hadiah untuk seni tari, foto, poster, ilustrasi, lukisan, dan patung, serta ...
  • Hadiah Majalah Kisah
    Hadiah Majalah Kisah diberikan oleh majalah Kisah pada setiap tahun untuk karya sastra yang dianggap berbobot. Besar hadiah yang diberikan mula-mula Rp200,00. Pada tahun 1953 juri memberikan ...
  • Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
    Tayangan Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah
  • Ensiklopedia Sastra Indonesia
    Ensiklopedia Sastra Indonesia versi Daring ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari versi cetaknya yang sudah terlebih dahulu diterbitkan pada tahun 2013.
  • Tifa Sastra
    Tifa Satra adalah majalah yang memuat banyak karya sastra. Majalah ini diterbitkan pertama kali bulan Maret 1972 oleh Penerbit Biro Majalah Senat Mahasiswa FSUI dengan alamat Gang Kembang III, ...
  • Hadiah Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
    Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) ini sebelumnya bernama Lembaga Kebudayaan Indonesia. Badan ini memberikan hadiah untuk seni tari, foto, poster, ilustrasi, lukisan, dan patung, serta ...
  • Hadiah Majalah Kisah
    Hadiah Majalah Kisah diberikan oleh majalah Kisah pada setiap tahun untuk karya sastra yang dianggap berbobot. Besar hadiah yang diberikan mula-mula Rp200,00. Pada tahun 1953 juri memberikan ...
  •  
     
     
    © 2019    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa