Hadiah Sastra Rancage merupakan hadiah sastra yang diberikan Ajip Rosidi kepada sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan orang yang dianggap berjasa dalam mengembangkan sastra daerah.
Ajip Rosidi—seorang sastrawan yang berasal dari Jatiwangi—menaruh minat besar terhadap perkembangan bahasa dan sastra Sunda. Sejak ia menjadi guru besar tamu di Universitas Bahasa Asing Osaka tahun 1981. Ketika tinggal di Osaka itulah, ia merasa prihatin terhadap nasib sastrawan Sunda yang senantiasa mengarang dalam bahasa daerah meskipun honorarium yang mereka peroleh tidak memadai. Padahal, dilihat dari kualitas, karya sastra Sunda tidak kalah dengan sastra Indonesia. Karya yang mereka hasilkan bermutu tinggi. Ketika menghadapi situasi seperti itulah, Ajip ingin sedikit memberikan penghargaan kepada sastrawan daerah yang dipandang berprestasi.
Keinginan Ajip Rosidi itu diwujudkannya dalam bentuk hadiah sastra yang kemudian diberinya nama Hadiah Sastra Rancage. Hadiah ini pertama kali diberikan pada tahun 1989 untuk karya sastra Sunda yang dianggap terbaik yang terbit berupa buku pada tahun sebelumnya. Hadiah yang diberikan berupa piagam dan uang sebanyak satu juta rupiah. Jumlah tersebut cukup besar dan cukup menarik untuk para pengarang Sunda yang biasanya menerima honorarium dalam jumlah yang jauh lebih sedikit.
Demikianlah Hadiah Sastra Rancage (rancage artinya kreatif) secara tetap diberikan setiap tahun sejak 1989. Ketetapan pemenang diumumkan setiap tanggal 31 Januari, sedangkan upacara penyerahan hadiah dilangsungkan beberapa bulan kemudian. Ajip Rosidi dalam hal ini sekaligus sebagai juri atau orang yang menentukan siapa-siapa yang berhak mendapat penghargaan. Pada tahun pertama (1989) pemenang hadiah hanya seorang, yaitu pengarang buku terbaik, yang terbit tahun 1988. Akan tetapi, sejak tahun berikutnya, di samping karya sastra Sunda terbaik juga diberikan penghargaan kepada pengarang yang dianggap berjasa besar terhadap perkembangan sastra Sunda. Jadi, selain hadiah untuk karya juga terdapat hadiah untuk jasa.
Prinsipnya, seorang pengarang dapat saja memperoleh Hadiah Sastra Rancage berkali-kali untuk karyanya jika tiap tahun sastrawan itu melahirkan karya-karya unggul yang diterbitkan dalam bentuk buku, seperti Godi Suwarna yang menerima hadiah pada tahun 1993 dan 1996 dan Yoseph Iskandar yang menerima hadiah tahun 1992 dan 1997. Namun, untuk jasa, tiap pengarang hanya akan satu kali memperoleh Hadiah Sastra Rancage.
Sejak tahun 1993 diberikan pula Hadiah Samsudi bagi pengarang yang menerbitkan buku bacaan kanak-kanak yang berbahasa Sunda. Besar hadiahnya sama dengan Hadiah Sastra Rancage.
Setelah Hadiah Sastra Rancage secara terus-menerus diberikan selama lima tahun, dipandang telah tiba saatnya untuk melembagakannya dalam bentuk yayasan. Dengan terbentuknya Yayasan Kebudayaan Rancage, kekhawatiran beberapa orang bahwa hadiah ini akan berhenti, dapat dihilangkan. Yayasan Kebudayaan Rancage didirikan di depan Notaris Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dengan Akte No. 136 pada tanggal 23 Maret 1993. Tujuan yayasan ini adalah untuk membina dan mengembangkan kehidupan kesusastraan, kehidupan kesenian, dan kebudayaan, baik daerah maupun nasional. Modal dasar berasal dari pendiri dan penyumbang berasal dari berbagai pihak, seperti masyarakat, badan-badan lain yang menaruh minat terhadap kesusastraan, dan pemerintah.
Mulai tahun 1994 Hadiah Sastra Rancage diberikan juga kepada para pengarang sastra berbahasa Jawa. Besarnya hadiah pun dinaikkan 100% menjadi dua juta rupiah untuk masing-masing pengarang, kecuali untuk Hadiah Samsudi tetap satu juta rupiah. Mulai tahun 1998 diberikan juga Hadiah Sastra Rancage kepada sastrawan Bali. Besarnya hadiah sejak 1997 dinaikkan menjadi dua juta setengah untuk tiap-tiap penerima.
Upacara penyerahan hadiah tiap tahun berpindah-pindah tempat, yakni dengan mengadakan kerja sama dengan lembaga pendidikan setempat, sehingga gemanya terdengar ke lingkungan yang lebih luas. Misalnya, Hadiah Sastra Rancage 1994 dilaksanakan atas kerja sama dengan Fakultas Sastra Unpad bertempat di aula, Jalan Dipati Ukur 35, Bandung. Tahun 1995 dilaksanakan atas kerja sama dengan Universitas Indonesia di Kampus UI, Depok. Tahun 1997 dilaksanakan atas kerja sama dengan Universitas Diponegoro, Semarang dan 1998 dilaksanakan atas kerja sama dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, Bandung. Tahun 2008 penyerahan hadiah dilaksanakan di Duta Universitas Pajajaran, jalan Dipati Ukur 35, Bandung.
Berikut ini akan didaftarkan para pemenang Hadiah Sastra Rancage dan Hadiah Samsudi (1) Tahun 1989 adalah Yus Rusyana untuk buku kumpulan cerpen Jajaten Ninggang Papasten; (2) Tahun 1990 adalah Iskanwassid untuk kumpulan cerpen Halimun Peuting 'Kabut Malam', dan Sjarif Amin untuk jasa; (3) Tahun 1991 adalah R.A.F (Rahmatullah Ading Affandi) untuk buku roman pendeknya Nu Kaul Ku Lagu Kaleon 'Yang Bernazar dengan Lagu Kaleon', dan Ki Umbara untuk jasa; (4) Tahun 1992 adalah Yoseph Iskandar untuk roman sejarahnya Tanjeur na Juritan Jaya di Buana, dan Muh Rustandi Kartakusuma untuk jasa; (5) Tahun 1993 adalah Godi Suwarna untuk kumpulan sajaknya Blues Kere Lauk 'Blues Selai Ikan', dan Kis.Ws. untuk jasa; (6) Tahun 1994 adalah pengarang Sunda Tatang Sumarsono untuk roman Demung Janggala 'Demung Jenggala', Sayudi untuk jasa, pengarang Jawa adalah Naniek P.M untuk novel Sumpahmu Sumpahku, dan H. Subagjo untuk jasa; (7) Tahun 1995 adalah Etti RS (Sunda) untuk kumpulan sajak Maung Bayangan 'Harimau Terluka', Rusman Sutiasumarga untuk jasa, sedangkan hadiah untuk karya tidak ada, dan H. Karkono Partokusumo untuk jasa; (8) Tahun 1996 adalah Godi Suwarna (Sunda) untuk kumpulan cerpen Serat Sarwasatwa, Satim Kadaryono (Jawa) untuk romannya Timbreng 'Mendung', dan Muryalela untuk jasa penulisan kritik sastra Jawa; (9) Tahun 1997 adalah Yoseph Iskandar (Sunda) untuk romannya Prabu Jaya Dewata dan Tri Tangtu di Bumi 'Tiga Hukum di Dunia', Wahyu Wibisana untuk jasa, Djalmin K. (Jawa) untuk Siter Gadhing 'Kecapi Gading', dan Tajib Ermadi untuk jasa; (10) Tahun 1998 adalah Tjaraka (Sunda) untuk cerpen Awewe Dulang Tinande, R.A.F untuk jasa, Esmiet (Jawa) untuk Nalika Langite Obah, Anjar Any untuk jasa, Made Sanggra (Bali) untuk kumpulan sajak Kidung Republik, dan I Nyoman Manda untuk jasa; (11) Tahun 1999 adalah Darpan Ariawinangun (Sunda) untuk kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan, Duduh Durahman untuk jasa, Suharmono Kasiyun Jawa untuk roman Pupus kang Pépés, St. Iesmaniasita (Sutistyautami) untuk jasa, I Komang Berata untuk kumpulan cerpen Lekad Tumpek Wayang, danProf. Dr. I Ngurah Bagus untuk jasa; (12) Tahun 2000 adalah Chyé Retty Isnéndés (Sunda) untuk kumpulan puisi Kidang Kawisaya, Prof. Dr. H. Yus Rusyana untuk jasa, Widodo Basuki (Jawa) untuk kumpulan sajak Layang Saka Paran, Suparto Brata untuk jasa, I Ketut Rida (Bali), untuk roman Sunari, dan I Gdé Darna untuk jasa; (13) Tahun 2001 adalah Dyah Padmini (Sunda) untuk kumpulan puisi Jaladri Tingtrim, Moh. E. Hasim untuk jasa, Suparto Brata (Jawa) untuk kumpulan cerpen Trem, Esmiet untuk jasa, Agung Wiyat A. Ardhi (Bali), untuk kumpulan puisi dan drama Gending Girang Sisi Pakerisan, dan I Ketut Suwija untuk jasa; (14) Tahun 2002 adalah Tatang Sumarsono (Sunda) untuk roman Galuring Gending, Prof. Dr. H. Edi S. Ekajati untuk jasa, Jayus Pete (Jawa) untuk kumpulan cerpen Kreteg Emas Jurang Gupit, Dr. K. R. T. R. M. T. Sudi Yatmana untuk jasa, Jelantik Santha (Bali), untuk roman Sembalun Rinjani, IDK Raka Kusuma untuk jasa, dan Hadiah Samsudi Dadan Sutisna untuk buku Nu Ngageugeuh Legok Kiara; (15) Tahun 2003 adalah Holisoh M.E. (Sunda) untuk roman Kembang-kembang Petingan, Dra. Tini Kartini untuk jasa, Sugiarta Sriwibawa (Jawa) untuk roman Candhikala Kapuranta, Drs. Mochtar untuk jasa, I Nyoman Manda (Bali), untuk roman Bunga Gadung Ulung Abancang, Nyoman Tusthi Eddy untuk jasa, dan Hadiah Samsudi adalah Ki Umbara untuk buku Utara Utari; (16) Tahun 2004 adalah Dédén Abdul Aziz (Sunda) untuk roman Panganten, Tatang Benyamin Koswara untuk jasa, J. F. X. Hoery (Jawa) untuk kumpulan geguritan Pagelaran, Moch. Nursyahid Purnomo untuk jasa, I Dewa Gde Windhu Sancaya (Bali) untuk karya Coffee Shop,Nyoman Tusthi Eddy untuk jasa, dan Hadiah Samsudi adalah Dadan Sutisna untuk buku Misteri Haur Geulis; (17) Tahun 2005 adalah Mh. Rustandi Kartakusumah (Sunda) untuk kumpulan cerpen Amanat dina Napas Panungtungan, K. H. Ahmad Maki untuk jasa, Suparto Brata (Jawa) untuk kumpulan roman Donyane Wong Culika, Drs. K. R. T. Suryanto Sastroatmojo untuk jasa, I Made Suarsa (Bali) untuk kumpulan puisi Ang Ah lan Ah Ang, dan Drs. Made Taro untuk jasa; (18) Tahun 2006 adalah Yous Hamdan (Sunda) untuk kumpulan cerpen Geus Surup Bulan Purnama, Abdullah Mustappa untuk jasa, Suwardi Endraswara (Jawa) untuk kumpulan cerpen Senthir, Antologi Cerkak, Suwignyo Adi untuk jasa, Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten (Bali) untuk kumpulan cerpenBuduh Nglawang, Drs. Ida Bagus Gdé Agastia untuk jasa, dan Hadiah Samsudi Darpan Ariawinangun, Yuhdiatna, dan Suhendar Yudamulia untuk buku Dongéng-dongéng ti Karawang.