Tifa Satra adalah majalah yang memuat banyak karya sastra. Majalah ini diterbitkan pertama kali bulan Maret 1972 oleh Penerbit Biro Majalah Senat Mahasiswa FSUI dengan alamat Gang Kembang III, Nomor 42, Jakarta. Jenis penerbitannya adalah majalah kebudayaan dan sastra. Alamat redaksi majalah Tifa Sastra adalah Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Rawamangun, Jakarta Timur, Kotak Pos 247 dengan pemimpin redaksinya Pamusuk Eneste dan Howrius Da Cost ba, sedangkan staf redaksi Pardoman Pandjaitan, H.B. Poedjianto, Amin Subarkah, Iman Hilman, dan Bambang Widjianto, sekretaris redaksi Rati Ide Faiza dan pembantu umum J.R. Chaniago dan Fauzi Abdullah.
Majalah Tifa Sastra mempunyai moto "mengutamakan kebebasan berpendapat bagi warganya." Majalah yang berukuran 29 x 20,5 cm dengan kertas HVS ini diterbitkan setiap bulan dengan tiras penerbitan sekitar 3.000 eksemplar dijual Rp2,50 per eksemplar ini memuat beberapa jenis karya sastra, seperti puisi, kritik dan esai. Selain itu, majalah ini memiliki ruang khusus "Surat Pembaca", tetapi hanya berasal dari satu kota, yaitu Jakarta. Jenis karangan yang dimuat, selain puisi dan kritik esai, adalah artikel seni dan film, biografi pengarang, sastra bandingan, dan tinjauan buku. Meskipun agen majalah ini hanya ada di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, penyebaran majalah Tifa Sastra cukup luas. Buktinya, majalah ini bisa ditemukan di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pembaca sasarannya adalah masyarakat pecinta sastra dan khalayak umum serta para mahasiswa fakultas sastra. Karya sastra yang dimuat dalam majalah ini hanya puisi, antara lain (1) "Balada Empu Sedah", (2) "Berdua Bersampan", (3) "Berdua Malam-Malam", (4) "Embun", (5) "Malam" karya Piek Ardijanto Soepriyadi" (No. 22, Tahun III, April 1974), (6) "Kubakar Cintaku", (7) "Membayang Besiku Warna di Angkasa", (8) "Menyingkap Wajah Mimpi, Percakapan pada Sunyi", (9) "Senja Hari Bukit Dagi", dan (10) "Tentu Anginlah yang Menyembunyikan Wajah Kasihku" karya Emha Ainun Nadjib" (No. 25, Tahun III, Juli--September 1974), (11) "Jalan Layang", (12) "Malam Kental", (13) "Mentari Senja Kala", (14) "Prambanan I", (15) "Prambanan II--III", (16) "Sajak" Linus Suryadi A.G." (No, 26, Tahun III, Oktober--Desember 1974), (17) "Rambutku yang Lepas", (18) "Sajak tentang Perempuan yang Berdatangan ke Rinduku" karya Joss Sarhadi (No. 28, Tahun IV, Maret--April 1975). Selain itu, sajak-sajak T. Mulya Lubis, (Tahun IV, Agustus--Desember 1975 dan puisi-puisi perdamaian oleh Ruminten Harahap (No. 37, Tahun V, Juni 1976).
Majalah ini lebih banyak memuat kritik dan esai, antara lain (1) "Ballada Kasan dan Fatima: Pembicaran Puisi" oleh H.B. Jassin (No. 4, Tahun I, Juni 1972), (2) "Pentingnya Penulisan Biografi Pengarang" oleh Fauzi, S.H. (No. 4, Tahun I, Juni 1972), (3) "Dialog Lewat: Dingin Tak Tercatat-nya: Goenawan Mohamad" oleh Utjen Djusen Ranabrata (No. 6, Tahun I, Agustus 1972), (4) "Mengenang Pengarang Bali: Nyoman Rasta Sindhu" oleh Pamusuk Eneste (No. 7, Tahun I, September--Oktober 1972), (5) "Kreativitas dalam Puisi" oleh Utjen Djusen Ranabrata, (6) "Menuju Sastra Bandingan" oleh Riga, (7) "Sejarah Kesusastraan dan Penulisannya" oleh J.R. Chaniago, (8) "Kesusastraan Indonesia di Mata Subagio Sastrowardoyo", (9) "Stilistik dan Karya Sastra Tito Soewojo" oleh Siti Adiprigadari, (10) "Pentingnya Ikhtisar Sastra Daerah" oleh Drs. Nalom Siahaan, (11) "Tiga Hari di Dunianya Trisno Sumardjo (Sebuah Penyajian yang Gagal)" oleh Riris K.Toha Sarumpaet, (12) "Sutardji Calzoum Bachri: Penyair atau Dukun?" oleh Putu Arya Tirtawirya, (13) "Katanya Sutardji dan Metode Praktis" oleh A. Fuad Salim, (14) "Sebuah Potret Lama: Gerson Poyk" oleh Putu Arya Tirtawirya, (15) "Rayani Lubis yang Konsisten" oleh Linus Suryadi A.G. (16) "Kritikus dan Pengarang Dua dalam Satu Napas" oleh Gde Sukara, (17) "Unsur Virtuoso dalam Puisi" oleh Linus Suryadi A.G., (18) "Aduh-nya Putu Wijaya" oleh H.B. Poedjianto, (18) "Sajak-Sajak Parewa 1922" oleh Rusli Marzuki Saria, (20) "Kronik, Wildan Yatim: Pengalaman dan Pemikiran dalam Mencipta", (21) "Humanisme Universil Realisme Sosial" oleh Dinullah Rayes, (21) "Daerah Perbatasan: Penjinakan Kader Intelektual dalam Puisi" oleh Linus Suryadi A.G., (22) "Tentang Sajak Emha Ainun Nadjib", (23) "Sajak tentang Sajak" oleh Utjen Djusen Ranabrata, (24) "Goenawan Mohammad: Mengendor? Sekilas tentang Interlude Sesudah Parikesit buat Goenawan Mohammad" oleh Ignes Kleden, (25) "Badan Koordinasi Sastrawan Indonesia" oleh Ayatrohaedi, (26) "Apresiasi Puisi" oleh Linus Suryadi A.G., (27) "Sekali-kali Kesimpangsiuran dalam Kritik Sastra Kita" oleh Emha Ainun Nadjib, (28) "Makna Puisi untuk Kehidupan Kita Dewasa Ini" oleh M.S. Hutagalung, (29) "Kesusastraan Tidak harus Menjadi Cermin Keadaan Masyarakat" oleh Ignes Kleden, (30) "Sekali Lagi tentang Pengarang Sastrawan Indonesia" oleh Dami N. Toda, (31) "Pertanyaan untuk Puisi Kontemporer " oleh Sumardi, (32) "Catatan untuk Emha Ainun Nadjib" oleh M.S. Hutagalung, (33) "Proses Kreatif: Kelahiran Sebuah Puisi", (34) "Diskusi Berisi Cerpen: Apa yang Kau Cari" oleh T. Mulya Lubis, (35) "Puisi: Analisis Perjalanan Terakhir" oleh Made Sukada, (36) "Sebuah Sajak Ibarat Sebatang Rokok" oleh Putu Arya Tirtawirya, (37) "Karya Sastra dalam Kehidupan Agama" oleh John Titaley, (38) "Penyair-Penyair, Sudahkah Anda Memilih Peran Sebagai Penyaksi Mata Zaman" oleh Dami N. Toda, (39) "Manifes Kebudayaan" oleh Wiratmo Sukito, (40) "Perkembangan Seting dalam Novel Indonesia" oleh Jakob Sumardjo, (41) "Catatan Kritik Sastra Sekitar Penciptaan Novel 1970-an" oleh Dami N. Toda dan Abdul Hadi W.M., (42) "Kejujuran yang Kurang Mujur" anonim, (43) "Sebuah Impian dari Konflik Sosial" anonim, dan (44) "Satire" oleh Mochtar Lubis.