Halaman Beranda
Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan
Ahli Bahasa
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Bahasa Daerah Di Indonesia
Duta Bahasa
KBBI
Penelitian Bahasa
Registrasi Bahasa
UKBI
Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah
Indeks Kemahiran Berbahasa
Revitalisasi Bahasa Daerah
Gejala Sastra
Hadiah/Sayembara Sastra
Karya Sastra
Lembaga Sastra
Media Penyebar/Penerbit Sastra
Pengarang Sastra
Penelitian Sastra
Registrasi Sastra Cetak
Registrasi Sastra Lisan
Registrasi Manuskrip
Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan
Statistik
Info
Suku : Riau
Genre : Pertunjukan
Provinsi: Provinsi Kepulauan Riau
Kabupaten/Kota: Kabupaten.Lingga
Penyebaran: Daek Lingga, Karimun, Pulau Penyengat, Pulau Bintan
Wayang cecak adalah sebuah tradisi wayang dari akulturasi suku Melayu dan Cina yang ada di Kepulauan Riau. Wayang yang dipentaskan dalam wayang cecak tersebut berbentuk seperti boneka yang dipentaskan menggunakan panggung kecil di tengah ruangan dan dipertunjukkan kepada penonton anak-anak dan orang dewasa yang dipentaskan pada siang atau malam hari. Cerita yang dibawakan dalam wayang cecak bersumber pada epos Melayu, seperti Syair Siti Zubaidah, Cerita Nak Kapiten, Syair Kapiten Tik Sing, Syair Raja Haji Fi Sabilillah, dan Syair Silindung. Pada masa lalu, wayang cecak dimainkan hanya di kalangan orang kaya dan bangsawan, sehingga kurang menyebar ke masyarakat luas. Kondisi wayang cecak kini diklasifikasikan sebagai sastra yang keadaannya kritis, bahkan punah karena tradisi ini sudah hampir tidak dipentaskan lagi semenjak kematian dalang wayang cecak yang terkenal pada tahun 1950-an, yaitu Khadijak Terung. Meskipun wayang cecak ini dikatakan punah, namun wayang cecak di alihwahanakan ke dalam cerpen, tari, dan teater agar tetap bertahan dengan mengandalkan ingatan dari para penonton wayang cecak yang masih hidup.