Suku : Dayak Bidayuh
Genre : Pertunjukan
Provinsi: Provinsi Kalimantan Barat
Kabupaten/Kota: Kabupaten.Bengkayang
Kecamatan: Siding
Desa: Kampung Sebujit
Ritual Nyobeng adalah tradisi yang masih bertahan dan masih dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Bidayuh di daerah Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Ritual Nyobeng berasal dari kata Nibakng atau Sibang yang merupakan kegiatan ritual yang besar dan tidak sembarangan. Dalam prosesinya, ritual ini memandikan atau membersihkan tengkorak manusia hasil mengayau oleh nenek moyang suku Dayak Bidayuh. Ada dua pengertian Nibakng, yaitu pertama Nibakng ini merupakan kegiatan
tahunan yang paling besar sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Tipaiakng (dalam bahasa suku Dayak Bidayuh), atas berkat panen padi yang
diterima masyarakat suku Dayak Bidayuh. Kedua merupakan ritual untuk menghormati kepala
manusia hasil mengayau (memenggal kepala manusia dan diawetkan). Tetapi intinya adalah ucapan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa (tipaiakng), atas berkat panen padi yang melimpah.
Proses ritual ini dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertam, ritual di mulai pukul 04.00 subuh, bertempat di rumah Baluk di pimpin
oleh ketua adat. Ritual pertama ini disebut dengan Paduapm yang artinya memanggil atau menggundang roh-roh para
leluhur untuk datang dalam ritual Nyobeng dan sekaligus memohon izin atas
ritual yang akan dilaksanakan. Tahapan kedua adalah penyambutan tamu. Ritual penyambutan tamu dilaksanakan,
ketua adat telah siap dengan sesajian yang dibawanya. Tetua adat melemparkan anjing
ke udara, dengan Mandau, pihak kedua tamu rombongan harus menebasnya dengan
Mandau hingga anjing itu mati, jika masih hidup harus dipotong begitu jatuh
ketanah. Prosesi juga dilakukan untuk ayam, ketua adat melemparkan ayam ke
udara, dan pihak ketiga rombongan tamu harus menebas ayam itu dengan Mandau
sampai mati. Kemudian dilanjutkan dengan melemparkan telur ayam ke rombongan
tamu undangan yang dilakukan oleh tetua adat perempuan, jika telur ayam tidak pecah,
maka tamu undangan yang datang di anggap tidak tulus, sebaliknya jika pecah di
badan bearti tamu undangan datang dengan ikhlas. Beras putih dan kuning
dilempar sambil membaca mantra. Para gadis lalu menyuguhkan tuak. Usai minum,
rombongan tamu diantar menuju rumah Baluk. Sambil berjalan menuju rumah Baluk,
para tetua adat berjalan paling depan sambil menari dan diiringin musik untuk
mengiringi rombongan tamu sampai ke rumah Baluk, ada yang berseru-seru.
Saat masuk tempat upacara ritual,
rombongan diberi percikan air yang telah diberi mantra dengan daun anjuang,
yang berfungsi sebagai tolak bala. Tujuannya agar para tamu terhindar dari
bencana. Ketika masuk depan area rumah Baluk tempat upacara, para tamu harus
menginjak buah kundur dan batang pisang yang telah di belah disimpan dalam
baskom. Ritual ini lebih dikenal dengan ritual pepasan. Bersama warga dan tetua
adat, para tamu kemudian menari tari simaniamas sambil mengitari rumah Baluk.
Maniamas adalah tarian untuk menyambut dan menghormati para pembela tanah
leluhur yang baru datang dari mengayau. Sambil diiringin tetua-tetua adat
dengan bernyayikan lagu dan berseru-seru beberapa kali dan sambil membaca
mantra-mantra. Ketua adat dan para tetua adat lainya masuk ke rumah Baluk.
Pembukaan acara ritual Nyobeng dilakukan dengan pemukulan sibakng sebanyak
tujuh kali sebagai tanda dimulainya ritual Nyobeng, di rumah Balu.
Ritual dimulai dengan memotong kepala
anjing dan ayam di bawah rumah Baluk. Ayam akan diambil darahnya dan anjing
akan diambil kepalanya untuk sesajian kepada para leluhur. Setelah itu
dilanjutkan dengan tari-tarian dan menari bersama-sama masyarakat, para tamu,
dan tetua adat dengan diiringi musik, yang disebut dengan musik simaniamas
yaitu, musik santai dan persahabatan. Musik dan tari-tarian ini merupakan
ritual sebagi pengantar ke ritual intinya memandikan tengkorak kepala manusia
hasil mengayau. Dua setengah jam lamanya masyarakat menari dengan iringan musik
simaniamas, sekitar pukul 21.30 WIB, ketua adat Bpk. Amin sebagai pemimpin
upacara ritual memandikan tengkorak dan beberapa para tetua adat naik kerumah
Baluk dengan pakaian lengkap kain merah, berkalung manik-manik dari taring
binatang, ikat kepala, dan dengan Mandau di tanggan. Seekor babi yang lumayan
besar terikat pada sebatang kayu, siap untuk di jadikan kurban.
Tim Peneliti : Adelbertus