Karya Bhakti merupakan nama surat kabar yang terbit pertama kali pada tanggal 17 Februari 1980 yang diprakasai oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Surat kabar ini berawal dari proyek Koran Masuk Desa (KMD) yang terbit setiap Minggu. Koran berbentuk tabloid berjumlah 8 halaman ini bernaung di bawah badan hukum PT Tulus Bhakti Murti dengan pemimpin IGK Gede dan direktur/pemimpin redaksi bernama I Gusti Ngurah Pindha. Tahun 1982, I Gusti Ngurah Pindha digantikan oleh Ir. I Gede Aryanta Soetama.
Pada pertengahan tahun 1983 Karya Bhakti mengalami perubahan, yaitu yang pada mulanya berbentuk tabloid kemudian diperbesar seperti koran pada umumnya dan dicetak di Bali Post. Dengan diperbesarnya format Karya Bhakti jumlah halamannya menjadi berkurang, yakni yang semula 8 halaman menjadi 4 halaman. Selama dalam format besar ini ternyata terbitnya tidak selancar yang diharapkan. Hal itu terjadi karena adanya beberapa hambatan, di antaranya adalah masalah berita. Koran harian memerlukan berita yang banyak, sedangkan pada saat itu jumlah wartawan Karya Bhakti sedikit sehingga pada pertengahan tahun 1984 pencetakannya di Bali Post dihentikan. Selanjutnya, Karya Bhakti kembali dicetak oleh PT Tulus Bhakti Murti dengan format tabloid hingga saat ini.
Dalam perjalanan penerbitannya, Karya Bhakti, di bawah pimpinan redaksinya Ir. I Gede Aryanta Soetama, pernah menerbitkan suplemen bernama Bali Yuda (berita khusus untuk olah raga, meniru Bola yang diterbitkan Kompas di Jakarta). Di samping itu, Karya Bhakti juga pernah menerbitkan suplemen dalam bahasa Inggris yang diasuh oleh Tony van Den Hout dari Australia dan Sudhayatmaka sebagai penanggung jawab. Rubrik ini pun tidak bertahan lama.
Koran mingguan Karya Bhakti saat ini memuat tulisan-tulisan baik yang berkaitan dengan seni dan budaya daerah maupun nasional. Hal itu menyebabkan kehadiran Karya bhakti mendapat sambutan yang cukup baik di kalangan masyarakat Bali. Dengan demikian, surat kabar Karya Bhakti menjadi cukup populer dan digemari oleh masyarakat Bali. Daya tarik itu, antara lain, dikarenakan kekhasannya sebagai koran yang secara dominan memuat tulisan tentang budaya Bali. Melalui Karya Bhakti, masyarakat bisa mendapatkan informasi khusus mengenai pertumbuhan dan perkembangan sastra dan budaya Bali, juga sastra dan budaya nasional.
Jika dilihat dari perntase publikasi karya sastra Indonesia modern dengan sastra daerah Bali dalam surat kabar Karya Bhakti, perbedaannya tidaklah terlalu jauh. Karena Koran ini hanya terbit seminggu sekali, karya sastra Indonesia modern yang dapat diiventarisasikan dari surat kabar ini begitu banyak. Dalam penerbitan yang hanya seminggu sekali itu Karya Bhakti tidak mungkin memuat karya sastra dalam jumlah banyak. Meskipun demikian, sebagai sumber data, surat kabar Karya Bhakti penting. Karya-karya sastra Indonesia modern yang dimuat adalah karya-karya yang belum pernah muncul di media-media lain, baik yang terbit di Bali maupun di Jakarta. Selain itu, Karya Bhakti juga memiliki peran yang penting dilihat dari upaya pembinaan dan pengembang apresiasi masyarakat pada susastra.
Pengarang yang menulis di Karya Bhakti pada umumnya adalah pengarang dari daerah Bali. Hal ini dapat dimengerti karena surat kabar ini peredarannya masih terbatas di daerah Bali saja. Namun, sesekali ada juga tulisan pengarang dari daerah lain dimuat di surat kabar ini. Hal itu tidak terlepas dari peran Umbu Landu Paranggi sebagai redaktur sastra pada harian Bali Post yang sering membantu dan memasok karya-karya sastra Indonesia modern yang dikirim ke Bali Post.
Para penulis yang karya-karyanya sering dimuat dalam surat kabar Karya Bhakti adalah Raka Kusuma, Nyoman Tusthy Eddy, Jiwa Atmaja, Nyoman Sukaya, Nyoman Wirata, IB Rai Putra, Gde Aryantha Soetama, dan I Gusti Ngurah Oka Supartha. Karya-karya sastra yang dimuat ada yang berbentuk puisi, cerita pendek, dan cerita bersambung (novel). Namun, sastra yang mendominasi berupa puisi.
Dilihat dari isi keseluruhan, surat kabar Karya Bhakti dominan memuat sastra Bali dan tentang daerah Bali. Masalah kebudayaan Bali memang lebih banyak diungkapkan dalam media bahasa Indonesia karena surat kabar Karya Bhakti secara khusus bukan berbahasa Bali.
Isinya yang lebih banyak memuat masalah kebudayaan Bali merupakan ciri khas surat kabar berbentuk tabloid ini. Karya sastra Indonesia modern yang dimuat di dalamnya juga lebih banyak bertemakan atau bernafaskan kebudayaan setempat.