Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus merupakan sebuah buku kumpulan sajak karya Chairil Anwar yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah "Kerikil Tajam" dan yang kedua adalah "Yang Terempas dan yang Putus". Walaupun kedua kumpulan ini terbit dalam tahun yang sama, yaitu tahun 1949. Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus pertama kali diterbitkan oleh Pustaka Rakyat (1949) yang selanjutnya diterbitkan oleh PT Dian Rakyat hingga mengalami cetak ulang sampai sebelas kali (1991). Sajak-sajak yang ada dalam kumpulan ini sebelumnya sudah pernah dimuat di beberapa meia dan juga ada beberapa sajak yang untuk pertama kali diperkenalkan lewat pembacaan sajak yang dilakukan oleh penyairnya sendiri.
Bagian pertama sajak ini, yaitu Kerikil Tajam memuat sajak-sajak yang ditulis dalam tahun 1942—1943, sedangkan sajak-sajak yang terkumpul dalam bagian kedua semuanya ditulis pada tahun 1948—1949, kecuali satu yang terlahir tahun 1945, yaitu sajak "Malam". Dalam bagian pertama ada 32 judul sajak, yaitu "Nisan", "Penghidupan", "Diponegoro", "Tak Sepadan", "Sia-Sia", 'Pelarian", "Sendiri", "Suara Malam", "Semangat, "Hukum", "Taman", "Lagu Biasa", "Kupu Malam dan Biniku", "Penerimaan", "Kesabaran", "Ajakan", "Kenangan", "Hampa", "Perhitungan", "Rumahku", "Kawanku dan Aku", "Di Mesjid", "Aku", "Cerita", "Bercerai", "Selamat Tinggal", "Dendam", "Merdeka", "Kita Guyah lemah", "?" "Mulutmu Mencubit Mulutku", dan "Kepada Peminta-minta".
Sementara, pada bagian kedua terdapat 11 judul sajak, yaitu "Fragmen", "Malam", "Krawang-Bekasi", "Persetujuan dengan Bung Karno", "Sudah Dulu Lagi", "Ina Mia", "Perajurit Jaga Malam", Buat Gadis Rasid", "Puncak", "Yang Terempas dan yang Putus", dan "Derai-derai Cemara".
Sajak-sajak Chairil diumumkan di majalah dan dalam dua kumpulan. Jassin menyatakan bahwa kumpulan Deru Campur Debu lebih dahulu terbit dibandingkan dengan Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus.
Sajak-sajak yang terkumpul dalam Kerikil Tajam banyak berisi ungkapan perasaan tentang cinta dan kehidupan yang tragis. Pada Yang Terempas dan yang Putus sajak-sajak Chairil banyak berisi mengenai kepahlawanan dan ajal. Dari kumpulan sajak ini ada delapan sajak yang juga dimuat di dalam kumpulan Deru Campur Debu, yaitu "Sia-sia", "Aku" (Kalau Sampai Waktuku), "Penerimaan", "Kesabaran", "Hampa", "Kawanku dan Aku", "Selamat Tinggal", dan "Kepada Peminta-minta".
Chairil sering melakukan perubahan-perubahan dalam penerbitan sajaknya. Sajak-sajak yang dimuat dalam DCD dan Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus banyak yang berbeda walaupun sajak itu sama, misalnya sajak "semangat" dan "aku". Dua judul sajak ini merupakan sajak yang sama, tetapi keduanya memunculkan perbedaan-perbedaan. Hal ini menjadikan kedudukan dua kumpulan sajak ini cukup berarti untuk saling melengkapi satu dengan yang lain. Hal itu menjadikan dua kumpulan sajak ini sama pentingnya dan sama berartinya untuk mencatat perkembangan kepenyairan Chairil Anwar sebagai penyair besar.
Salah satu sajak dalam kumpulan ini yang banyak dibicarakan orang adalah sajak yang berjudul "Semangat", yang sebelumnya berjudul "Aku", seperti tercantum dalam kumpulan Deru Campur Debu. Judul asli sajak ini memang "Aku". Judul sajak ini diubah oleh Pusat kebudayaan mejadi "Semangat" untuk menyesuaikan sajak ini dengan semangat zaman dan supaya lolos sensor. Sajak itu pertama kali diperkenalkan oleh Chairil Anwar dalam pertemuan Angkatan Muda di Pusat Kebudayaan pada bulan Juli tahun 1943. Ungkapan yang paling banyak dikutip orang dari penyair ini adalah Aku ini binatang jalang dan Aku mau hidup seribu tahun lagi yang berasal dari sajak "Aku". Oleh sebab itu, banyak artikel yang secara eksplisit menggunakan ungkapan itu seperti berikut. "Si Binatang Jalang dan Gadisnya" oleh Anis dalam Surabaya Pos, 28 April 1988: "Mengenang Kepergian Chairit Anwar 38 Tahun yang Lalu: Binatang Jalang yang Ingin Hidup Seribu Tahun lagi oleh Wawan Hamzah Arfan Dalam Pikiran Rakyat, 3 April 1987; buku dengan judul Chairil Anwar, Aku Binatang Jalang oleh Sapardi Djoko Damono, Jakarta: Gramedia 1986, "Chairil Anwar Mau Hidup Seribu Tahun Lagi" oleh Oyon Sofyan dalam Berita Buana, 24 uni 1986, "Ah, Binatang Jalang yang Malang" oleh R.M. Surachman dalam Kisah, V/1, Januari 1957; "Chairil Anwar: Aku ini Binatang Jalang" oleh Suyono Suyatno dalam Terbit, 23 April 1988; "65 Tahun Aku Ini Binatang Jalang: Siapa Sebenarnya Chairil Anwar" oleh Yadi Suryadi WS dalam Suara Pembar-uan, 27 Juli 1987, dan "Mengenang Hari Lahir Penyair Binatang Jalang: Pandangan Hidup Pantang Dikalahkan" oleh Yadi Suryadi W.S. dalam Pikiran Rakyat, 26 Juli 1988.
Sajak berikutnya yang juga banyak dibicarakan orang adalah sajak yang berjudul "Krawang-Bekasi". Sajak ini bertema kepahlawanan. Orang yang telah membicarakannya, antara lain, Ade Kostaman dalam "Mengabadikan Kepatriotikan Para Pejuang Bekasi: Sajak Chairil Anwar Logo Golok Terhunus" dimuat dalam Pikiran Rakyat, 15 Agustus 1987, hlm. 5. G.S. dan Kumajas dalamApakah "Krawang—Bekasi" sebuah plagiat?" dimuat di Siasat, VIII/351, 25 Februari 1954.
Ada pula buku-buku yang secara khusus membicarakan Chairil Anwar dan sajak-sajaknya, yaitu Pamusuk Eneste. 1995. Mengenal Chairil Anwar, Jakarta: Yayasan Obor; H.B. Jassin. 1996. <Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45. Jakarta: Grasindo; Bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan kementerian PP & K. 1953. Bara Api Kesusastraan Indonesia, Chairil Anwar. Yogyakarta: Kementerian PP & K; Arief Budiman. 1976. Chairil Anwar. Sebuah Pertemuan. Jakarta: Pustaka Jaya; Nasjah Djamin. 1982. Hari-hari Akhir si Penyair. Jakarta: Pustaka Jaya. Buku-buku yang secara khusus membicarakan Chairil Anwar itu selain membahas kepenyairan Chairil Anwar juga membahas sajak-sajak yang ada dalam kumpulan Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus.
Sajak-sajak dalam Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus selain dibahas oleh kritikus Indonesia juga dibahas oleh kritikus asing, seperti Beb Vuyk. G.J. Resink, Burton Raffel, R. Nieuwenhuys, A,H. John, dan L.F. Brakel. Pembicaraan mengenai sajak-sajak dalam Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus ini juga muncul dalam berbagai jenis majalah mulai Siasat, Kisah, Horison, sampai Sarinah. Pembicaraan juga muncul mulai sajak-sajak itu hadir sampai dengan tahun-tahun yang baru lewat (tahun 1986). Hal itu membuktikan bahwa kedudukan sajak yang ditulis oleh Chairil Anwar diminati berbagai kalangan dan melewati beberapa zaman. Sajak-sajak Chairil Anwar merupakan sajak-sajak yang berbobot dan mempunyai nilai lebih, yakni kepeloporan dalam perkembangan kesastraan Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh H. B. Jassin (1954), "Siapakah yang membawa perubahan radikal dalam kesusastraan Indonesia, yang merombak konsepsi kesenian pujangga baru? Itulah Chairil Anwar, penyair revolusioner Indonesia, pelopor apa yang disebut kemudian Angkatan 45."
Sajak-sajak yang ada dalam kumpulan ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya ke dalam bahasa Inggris oleh Liaw Yock Fang (H. B. Jassin dalam bukunya yang berjudul The Complete of Chairil Anwar). Sajak-sajak yang diterjemahkan adalah Nisan A Tombstone, Penghidupan/Life, Dipo Negoro/Dipo Negoro, Tak Sepadan/Ineguality, Sia-sia/Futility, Pelarian/The Fugitive, Sendiri/Alone; Suara Malam/Voices from the Night, Semangat/Me, Hukum/Law; Taman/A Garden, Lagu Biasa/An Ordinary Song; Kupu Malam dan Biniku/The Whore and my Wife; Penerimaan/Acceptance, Kesabaran/Patience, Perhitungan/Calculation, Kenangan/Memories, Hampa/Empty, Kawanku dan Aku/My Friend and Me, Di Mesjid/At The Mosque, Aku/I, Cerita/A Story, Bercerai/Parting, Selamat Tinggal/Goadbye, Dendam/Hatred, Merdeka/Freedom, Kita Guyah Lemah/We Are Shakilv Weak, ?/?, Mulutmu Mencubit di Mulutku/Your Mouth Pinches Mine, Persetujuan dengan Bung Karno/An Agreement With Bung Karno, Ina Mia/lna Mia, Perajurit Jaga Malam/Night Watch, Puncak/Top of Mountain, Buat Gadis Rasid/To miss Gadis Rasid; Yang Terempas dan jang Putus/The Deprived and The Escaped, dan Krawang Bekasi/Krawang Bekasi.