Perjalanan Hitam merupakannovel karya Muspa Edow yang diterbitkan pada tahun 1979 oleh Pustaka Jaya, Jakarta dengan ketebalan 117 halaman.
Perjalanan Hitam bercerita tentang "perjalanan hitam" pemuda Makasar, Baso Makkulau, di sebuah sel tahanan di Surabaya. Baso adalah kepala gudang sebuah pabriktekstil di Surabaya. Ketika ia sedang cuti dan menengok ibunya yang sakit di Ujung Pandang, terjadi pencurian empat dinamo di gudang yang menjadi tanggung jawabnya. Ia dituduh sebagai pencuri oleh direkturnya. Baso harus masuk kamar tahanan. Di kamar tahanan inilah ia berkenalan dengan berbagai macam kejahatan baik yang profesional atau yang terpaksa. Hanya Baso yang masuk kamar tahanan karena "nasib sial".
Baso berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya yang baru. Setelah dua puluh hari disekap dalam tahanan itu akhirnya ia dibebaskan oleh direkturnya, meskipun Baso sempat mengalami siksaan berat di kantor polisi. Dendam Baso terhadap direkturnya dan beberapa orang yang menjerumuskannya dalam tahanan tak bisa dibendung. Bahkan, ia berniat melakukan balas dendam terhadap polisi yang telah menyiksanya. Pada waktu niat membunuh polisi kriminal itu akan dilakukan, tiba-tiba ia tersentuh oleh pemandangan yang kebetulan dilihatnya di jalan, yakni kemesraan sederhana dari sebuah keluarga kecil. Kebahagiaan hidup yang sederhana itu menyentuh Baso. Mengapa ia harus melenyapkan kebahagiaan suatu rumah tangga hanya untuk melampiaskan dendam yang akan berakhir di penjara juga? Akhirnya, ketika polisi yang akan dibunuhnya itu lewat, Baso hanya tersenyum padanya.
Menurut Jakob Sumardjo (1979), nilai kuat Perjalanan Hitam adalah eksplorasi kehidupan di kamar tahanan. Alur cerita berputar pada tuduhan yang membuat seorang pemuda masuk ke dalam tahanan, penderitaan, perjuangan untuk hidup, balas dendam, dan kesadaran. Pengarang tidak melakukan eksplorasi di perwatakan, kehidupan kepolisian, dan unsur-unsur lain.
Lebih lanjut Jakob Sumardjo mengatakanMuspa, melalui Perjalanan Hitam, telah mengangkat sebuah tema aktuil yang belum pernah ditulis di Indonesia setelah kemerdekaan. Muspa telah menggambarkan keadaan di kamar-kamar tahanan di Indonesia serta "keganasan" yang terjadi di ruang-ruang pemeriksaan. Muspa Edow menurut Jakob "...telah menguakkan sebuah pengalaman yang keluar dari dunia itu."