• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Komisi Bacaan Rakyat   (1908)
Kategori: Lembaga Sastra

 

Komisi Bacaan Rakyat yang nama lengkapnya adalah Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan Pribumi merupakan sebagai terjemahan dari Commissie voor de Inlandsche School en Volkslectuur. Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 September 1908 sebagai salah satu wujud kebijakan politik etis. Pembentukan komisi itu berdasarkan keputusuan Departement van Onderwijs en Eredienst No. 12. Tugas komisi ini adalah memberikan masukan kepada Direktur Pendidikan dalam memilih buku yang baik untuk bacaan di sekolah dan bacaan rakyat pada umumnya.

Pada waktu pertama kali dibentuk, Komisi ini dipimpin oleh Dr.G.A.J. Hazeu yang dibantu oleh enam orang anggota. Kerja Komisi ini baru terlaksana pada masa kepemimpinan Dr.D.A. Rinkes pada tahun 1910 dengan menerbitkan buku bacaan rakyat sejumlah 598 naskah selama enam tahun kerja Komisi (1916). Naskah yang terbit menjadi buku itu berasal dari berbagai bahasa dengan rincian 117 naskah berbahasa Jawa, 68 naskah berbahasa Sunda, 33 naskah berbahasa Melayu dan 1 naskah berbahasa Madura.

Komisi Bacaan Rakyat sebelumnya hanya merupakan bagian dari Komisi Volkslectuur. Jenis cerita yang diterbitkan mencakupi cerita rakyat, cerita wayang, ringkasan hikayat, cerita berisi teladan, dan buku pengetahuan umum. Kisah tentang Komisi Volkslectuur sangat berhubungan erat dengan politik Hindia-Belanda terhadap pengajaran penduduk Pulau Jawa. Pemerintah Belanda ingin menerima pegawai negeri sesuai dengan kebutuhan. "Dengan putusan Radja tanggal 30 September 1848 No. 95, Gubernur Djendral diberi kuasa: …" Antara lain, Gubernur Djendral berhak memakai dana pemerintah untuk membangun sekolah pemerintah Belanda. Sekalipun pemerintah Kolonial agar menghkawatirkan dampak pengajaran yang kelak diterima siswa dengan baik mengakibatkan rakyat pribumi semakin cerdas. Maka disusunlah peraturan dalam pendidikan itu: "Tetapi." Katanya pula "Peladjaran itu belum tjukup." Dan seterusnya: "Tambahan lagi harus pula ditjegah, djanganlah hendaknya kepandaian membaca dan kepandaian berpikir yang dibangkitkan itu menjadikan hal jang kurang baik dan djanganlah daja upaja itu dipergunakan untuk hal-hal jang kurang patut, sehingga merusakkan tertib dan keamanan negeri dan lain-lain." Pemerintah Kolonial Belanda sangat menghkawatirkan para siswa itu akan terprofokasi bacaan yang dapat mengancam pemerintahan Belanda. Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan buku bacaan rakyat yang sesuai dengan peraturan pemerintah Hindia Belanda sehingga para penulis pun tidak leluasa mengemukakan ceritanya, banyak sensor yang dilakukan agar negara Hindia Belanda tetap aman.

Semula komisi tersebut belum banyak menerima pegawai, hanya seorang juru tulis di kantor itu Barulah pada tahun 1910 sewaktu Dr. D. A. Rinkes menjadi ketua Komisi, barulah kantor tersebut melaksanakan kewaajibannya. Mereka menerbitkan buku bacaan rakyat untuk umum, tetapi tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, dibentuklah Volksbiblotheek yaitu Taman Pustaka, di berbagai sekolah negeri yang ditangani kepala sekolah sendiri. Peraturan Taman Pustaka ditetapkan dengan G.B. tanggal 1916, No.37. Pada tahun 1912 sudah dapat didirikan 170 Taman Pustaka berbahasa Sunda; kemudian pada tahun 1913 sudah mencapai 500 Taman Pustaka yang berbahasa Jawa. Pada tahun 1916 pekerjaan Komisi Volkskectuur mulai meningkat dalam jumlah 700 lebih, yang terdiri dari naskah berbahasa Jawa dan naskah berbahasa Sunda.

Pada perkembangan lebih lanjut, Komisi Bacaan Rakyat diubah menjadi Balai Pustaka yakni sejak tanggal 22 September 1917. Sejak itu Balai Pustaka tidak lagi mencetak manuskrip yang diterima, tetapi menerjemahkan sendiri berbagai buku berbahasa asing.

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Permainan Rakyat Bambu Gila
    Suku : Liang Genre : Pertunjukan Provinsi: Provinsi Maluku Kabupaten/Kota: Kabupaten.Maluku Tengah Bambu Gila merupakan permainan rakyat di daerah Liang, Maluku Tengah. Permainan ini pada umumnya ...
  • Rakyat Aceh
    Rakyat aceh merupakan surat kabar yang berada di bawah naungan grup Jawa Pos. Harian Rakyat Aceh memiliki "saudara kandung" yang tersebar mulai dari wilayah barat sampai dengan wilayah timur ...
  • Harian Rakyat
    Harian Rakyat sebagai surat kabar umum banyak memuat karya sastra secara berkala dalam rubriknya. Surat kabar berhaluan sosialis ini diterbitkan oleh NV Penerbit Rakjat. Surat kabar yang pertama ...
  • Cerita Rakyat Indragiri Hulu: Analisis Strukturalisme Levi-Strauss
    Peneliti : Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Devi Fauziyah, Marlina Tanggal Penelitian : 01-02-2016 Tahun Terbit : 2016 Abstrak :ABSTRAK Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Devi Fauziah, ...
  • Cerita Rakyat Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak Sri Indrapura: Pendokumnetasian dan Pengkajian Strukturalisme Vlamidir Propp
    Peneliti : Yulita Fitriana, Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Zihamussholihin Tanggal Penelitian : 01-02-2016 Tahun Terbit : 2016 Abstrak :ABSTRAK Yulita Fitriana, Sri Sabakti, Chrisna Putri ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Komisi Bacaan Rakyat   (1908)
    Kategori: Lembaga Sastra

     

    Komisi Bacaan Rakyat yang nama lengkapnya adalah Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan Pribumi merupakan sebagai terjemahan dari Commissie voor de Inlandsche School en Volkslectuur. Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 September 1908 sebagai salah satu wujud kebijakan politik etis. Pembentukan komisi itu berdasarkan keputusuan Departement van Onderwijs en Eredienst No. 12. Tugas komisi ini adalah memberikan masukan kepada Direktur Pendidikan dalam memilih buku yang baik untuk bacaan di sekolah dan bacaan rakyat pada umumnya.

    Pada waktu pertama kali dibentuk, Komisi ini dipimpin oleh Dr.G.A.J. Hazeu yang dibantu oleh enam orang anggota. Kerja Komisi ini baru terlaksana pada masa kepemimpinan Dr.D.A. Rinkes pada tahun 1910 dengan menerbitkan buku bacaan rakyat sejumlah 598 naskah selama enam tahun kerja Komisi (1916). Naskah yang terbit menjadi buku itu berasal dari berbagai bahasa dengan rincian 117 naskah berbahasa Jawa, 68 naskah berbahasa Sunda, 33 naskah berbahasa Melayu dan 1 naskah berbahasa Madura.

    Komisi Bacaan Rakyat sebelumnya hanya merupakan bagian dari Komisi Volkslectuur. Jenis cerita yang diterbitkan mencakupi cerita rakyat, cerita wayang, ringkasan hikayat, cerita berisi teladan, dan buku pengetahuan umum. Kisah tentang Komisi Volkslectuur sangat berhubungan erat dengan politik Hindia-Belanda terhadap pengajaran penduduk Pulau Jawa. Pemerintah Belanda ingin menerima pegawai negeri sesuai dengan kebutuhan. "Dengan putusan Radja tanggal 30 September 1848 No. 95, Gubernur Djendral diberi kuasa: …" Antara lain, Gubernur Djendral berhak memakai dana pemerintah untuk membangun sekolah pemerintah Belanda. Sekalipun pemerintah Kolonial agar menghkawatirkan dampak pengajaran yang kelak diterima siswa dengan baik mengakibatkan rakyat pribumi semakin cerdas. Maka disusunlah peraturan dalam pendidikan itu: "Tetapi." Katanya pula "Peladjaran itu belum tjukup." Dan seterusnya: "Tambahan lagi harus pula ditjegah, djanganlah hendaknya kepandaian membaca dan kepandaian berpikir yang dibangkitkan itu menjadikan hal jang kurang baik dan djanganlah daja upaja itu dipergunakan untuk hal-hal jang kurang patut, sehingga merusakkan tertib dan keamanan negeri dan lain-lain." Pemerintah Kolonial Belanda sangat menghkawatirkan para siswa itu akan terprofokasi bacaan yang dapat mengancam pemerintahan Belanda. Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan buku bacaan rakyat yang sesuai dengan peraturan pemerintah Hindia Belanda sehingga para penulis pun tidak leluasa mengemukakan ceritanya, banyak sensor yang dilakukan agar negara Hindia Belanda tetap aman.

    Semula komisi tersebut belum banyak menerima pegawai, hanya seorang juru tulis di kantor itu Barulah pada tahun 1910 sewaktu Dr. D. A. Rinkes menjadi ketua Komisi, barulah kantor tersebut melaksanakan kewaajibannya. Mereka menerbitkan buku bacaan rakyat untuk umum, tetapi tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, dibentuklah Volksbiblotheek yaitu Taman Pustaka, di berbagai sekolah negeri yang ditangani kepala sekolah sendiri. Peraturan Taman Pustaka ditetapkan dengan G.B. tanggal 1916, No.37. Pada tahun 1912 sudah dapat didirikan 170 Taman Pustaka berbahasa Sunda; kemudian pada tahun 1913 sudah mencapai 500 Taman Pustaka yang berbahasa Jawa. Pada tahun 1916 pekerjaan Komisi Volkskectuur mulai meningkat dalam jumlah 700 lebih, yang terdiri dari naskah berbahasa Jawa dan naskah berbahasa Sunda.

    Pada perkembangan lebih lanjut, Komisi Bacaan Rakyat diubah menjadi Balai Pustaka yakni sejak tanggal 22 September 1917. Sejak itu Balai Pustaka tidak lagi mencetak manuskrip yang diterima, tetapi menerjemahkan sendiri berbagai buku berbahasa asing.

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Permainan Rakyat Bambu Gila
    Suku : Liang Genre : Pertunjukan Provinsi: Provinsi Maluku Kabupaten/Kota: Kabupaten.Maluku Tengah Bambu Gila merupakan permainan rakyat di daerah Liang, Maluku Tengah. Permainan ini pada umumnya ...
  • Rakyat Aceh
    Rakyat aceh merupakan surat kabar yang berada di bawah naungan grup Jawa Pos. Harian Rakyat Aceh memiliki "saudara kandung" yang tersebar mulai dari wilayah barat sampai dengan wilayah timur ...
  • Harian Rakyat
    Harian Rakyat sebagai surat kabar umum banyak memuat karya sastra secara berkala dalam rubriknya. Surat kabar berhaluan sosialis ini diterbitkan oleh NV Penerbit Rakjat. Surat kabar yang pertama ...
  • Cerita Rakyat Indragiri Hulu: Analisis Strukturalisme Levi-Strauss
    Peneliti : Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Devi Fauziyah, Marlina Tanggal Penelitian : 01-02-2016 Tahun Terbit : 2016 Abstrak :ABSTRAK Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Devi Fauziah, ...
  • Cerita Rakyat Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak Sri Indrapura: Pendokumnetasian dan Pengkajian Strukturalisme Vlamidir Propp
    Peneliti : Yulita Fitriana, Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Zihamussholihin Tanggal Penelitian : 01-02-2016 Tahun Terbit : 2016 Abstrak :ABSTRAK Yulita Fitriana, Sri Sabakti, Chrisna Putri ...
  • Permainan Rakyat Bambu Gila
    Suku : Liang Genre : Pertunjukan Provinsi: Provinsi Maluku Kabupaten/Kota: Kabupaten.Maluku Tengah Bambu Gila merupakan permainan rakyat di daerah Liang, Maluku Tengah. Permainan ini pada umumnya ...
  • Rakyat Aceh
    Rakyat aceh merupakan surat kabar yang berada di bawah naungan grup Jawa Pos. Harian Rakyat Aceh memiliki "saudara kandung" yang tersebar mulai dari wilayah barat sampai dengan wilayah timur ...
  • Harian Rakyat
    Harian Rakyat sebagai surat kabar umum banyak memuat karya sastra secara berkala dalam rubriknya. Surat kabar berhaluan sosialis ini diterbitkan oleh NV Penerbit Rakjat. Surat kabar yang pertama ...
  • Cerita Rakyat Indragiri Hulu: Analisis Strukturalisme Levi-Strauss
    Peneliti : Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Devi Fauziyah, Marlina Tanggal Penelitian : 01-02-2016 Tahun Terbit : 2016 Abstrak :ABSTRAK Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Devi Fauziah, ...
  • Cerita Rakyat Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak Sri Indrapura: Pendokumnetasian dan Pengkajian Strukturalisme Vlamidir Propp
    Peneliti : Yulita Fitriana, Sri Sabakti, Chrisna Putri Kurniati, Zihamussholihin Tanggal Penelitian : 01-02-2016 Tahun Terbit : 2016 Abstrak :ABSTRAK Yulita Fitriana, Sri Sabakti, Chrisna Putri ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa