Harian Rakyat sebagai surat kabar umum banyak memuat karya sastra secara berkala dalam rubriknya. Surat kabar berhaluan sosialis ini diterbitkan oleh NV Penerbit Rakjat. Surat kabar yang pertama kali terbit 2 Juni 1951 ini lahir dengan tujuan ingin membebaskan rakyat dari segala tekanan sosial atau politik. Hal itu tercermin dalam motonya yang diuraikan dengan panjang lebar dan ditulis pada halaman pertama sudut kanan atas berdampingan dengan nama surat kabar yang selengkapnya yang berbunyi, "Masyarakat merdeka, bebas dari kemiskinan, bebas dari rasa takut, bebas berpikir, bebas mengutarakan pikiran, bebas dari penindasan, bebas dari bahaya perang, menuju perdamaian dunia, kekal dan abadi". Harian ini bersifat populer dengan sasaran pembaca kalangan umum yang sudah melek huruf latin.
Siauw Giok Tjhan tercantum sebagai pemimpin umum harian yang beralamat di Jalan Pintu Besar 93, Jakarta ini dan tercatat sebagai anggota Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS). Pada tahun 1952 harian ini sudah tidak terbit lagi. Namun, Harian Rakjyat Secara Mengejutkan Terbit Pada 2 Oktober 1965, Sebagai Satu-Satunya Koran Yang Mendukung Gerakan Untung 1965.
Rubrik tetap yang setia mengisi Harian Rakyat ini adalah "Berita" (dalam dan luar negeri), "Olah Raga", "Komentar Kecil", "Lembaran Kebudayaan", "Ruangan Wanita", "Surat Menyurat", "Anak-Anak Harapan Rakyat", "Catatan Sepekan", "Resensi Film", "Suara Pers", "Kita Dengar", "Film", dan "Gelanggang Buruh", "Pojok".
Surat kabar Harian Rakyat turut membina kehidupan kesusastraan Indonesia sekalipun kontribusinya untuk lingkup partai sosialis atau komunis saat itu. Lembar kesusastraan dalam surat kabar ini terdapat dalam rubrik yang diberi nama "Lembaran Kebudayaan". Dalam setiap penerbitannya hampir dapat dipastikan bahwa koran ini sekurang-kurangnya dalam sehari menyajikan dua buah puisi dan satu cerita pendek. Karya sastra yang dimuat terdiri atas karya asli dan terjemahan atau saduran dari sastra asing, terutama dari sastrawan negara komunis, seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau dari negara-negara Eropa Timur. Seluruh karangan sastra dalam Harian Rakyat, baik sajak, cerpen, cerber, maupun esai, isinya mengemukakan muatan politis yang mengagungkan paham partai (komunis). Secara berkala, dimuat juga lukisan sketsa dari perupa Henk Ngantung.
Setelah peristiwa G30-S/PKI, terbukti bahwa para penulis sastra dalam Harian Rakyat adalah orang-orang yang terlibat dalam Partai Komunis Indonesia. Nama-nama mereka yang bergerak di bidang kesusastraan, antara lain adalah Joebaar Ajoeb, Klara Akustia, Agam Wispy, Boejoeng Saleh, dan S. Sudjojono.
Karya-karya sastra yang tampil pada tahun-tahun pertama Harian Rakyat itu terdiri atas puisi, cerpen, cerber, esai sastra, dan kesenian secara umum (kebudayaan). Dalam tiap kesempatan redaktur sering memberikan pernyataan bahwa redaksi sangat menerima karangan sastra secara berlimpah terutama cerpen dan puisi. Namun, sehubungan dengan keharusan adanya pertimbangan mutu, sebagian besar karya sastra itu tidak dapat dimuat dalam Harian Rakyat ini.
Karya sastra yang tampil dalam Harian Rakyat adalah (1) "Kepada Putra-Putra Musso di Belakang Trali" (puisi) karya Budi, terbit 15 September 1951, hlm. 3 (2) "Kepada Nazim Hikmat" (puisi) terjemahan Iramani dari karya Howard Ford, 8 Agustus 1951, (3) "Sepuluh Soneta" (puisi) karya Boejoeng Saleh, terbit 19 Januari 1952, (4) "Sangat Menyolok" (cerpen) karya Godam, terbit 11 Agustus 1952, (5) "Bertugas ke Yogya" (cerpen) karya Haksan Wirasutisna, 8 September 1952, (6) "Jepang dan Aku" (cerpen) karya Klara Akustia, 8 September 1952, (7) "Berita dari Kebun Teh" (cerpen) karya Agam Wispy, terbit 24 September 1951, (8) "Tiongkok Berjuang" (feulleton) karya K. Simanov, terbit Juli 1952, (9) "Paria" (feulleton) ke-1 karya Mulk Raj Anand, terbit 29 Oktober 1951, (10) "Desa di Bulan Agustus" (feulleton) ke-1 karya Tjen Tjun, terbit 3 September 1952, (11) "Kebudayaan dengan Mereka yang Memerintah" (esai) karya Joebaar Ajoeb, terbit 25 Agustus 1951, (12) "Dari Idealisme ke Realisme" (esai) karya Klara Akustia, terbit 13 Oktober 1951, (13) "Pembicaraan sajak Agam Wispy dan Merdeka cap KMB" (esai) karya Klara Akustia, terbit 16 Februari 1952, (14) "Tentang Pernyataan Manusia Seniman dengan Manusia Biasa" (esai) Joebaar Ajoeb, terbit 15 Maret 1952, (15) "Resensi Orang-Orang Sial" (esai), terbit 22 Oktober 1951, dan (16) "Hongkong—Kantoon" (esai) karya S. Sudjojono, terbit 12 Januari 1952.