Medan Bahasa merupakan sebuah majalah yang khusus mengkaji masalah-masalah kebahasaan dan kesastraan Indonesia dan daerah. Majalah ini terbit di Jakarta tahun 1951/1952—1958, dengan alamat redaksi di "Djl. Dr. Wahidin I A, Djakarta" atau sekitar kompleks penerbitan Balai Pustaka sekarang. Harga langganan untuk 1 bulan adalah Rp2.50 dan 3 bulan Rp7,00. Medan Bahasa: memuat hal ihwal bahasa Indonesia.
Motivasi penerbitan majalah ini yaitu "guna penyelidikan dan perkembangan bahasa-bahasa [...] yang sedalam-dalamnya, masyarakat membutuhkan bahan-bahan yang diperlukan sehari-hari, sebagai istilah-istilah, kamus dan kitab-kitab, guna perkembangan pelbagai ilmu pengetahuan." ("Pengantar" Medan Bahasa No. 3/III, tahun 1953). Secara eksplisit redaktur menyatakan kriteria pembayaran honor tulisan dengan kata-kata, "Honorarium karangan-karangan menurut peraturan Pemerintah", yang ditulisnya dibalik jilid depan majalah.
Majalah Medan Bahasa No.8, Thn. I, Oktober 1952 memuat tentang "Berita Redaksi" yang menjelaskan keterlambatan penelitian edisi ini. Menurut berita itu, keterlambatan penerbitan disebabkan oleh terbitnya Beslit Kementrian PPK tanggal 11 Agustus 1952 No. 27440/Kab. Beslit atau surat keputusan itu berpengaruh terhadap penerbitan karena Balai Bahasa yang menerima beslit itu merupakan penerbit majalah ini. Dalam surat keputusan itu disebutkan bahwa Balai Bahasa sudah terbagi dua. Sebagian masuk Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia dan sebagian tetap tinggal pada Jawatan Kebudayaan Kementrian PPK. Yang masuk Fakultas Sastra dan Filsafat itu sekarang bernama Lembaga Bahasa dan Budaya, yang mengambil alih tugas Balai Bahasa dahulu dengan titik beratnya terletak pada ilmu pengetahuan. Sementara itu, yang tetap berada di bawah Jawatan Kebudayaan sekarang menjadi Bagian Bahasa Djawatan Kebudayaan Kementrian PPK, yang tugas-tugasnya ialah tugas Balai Bahasa dahulu, yang titik beratnya terletak pada lapangan sosial kultural.
Berdasarkan pembagian tugas seperti itu, Bagian Bahasa Djawatan Kebudayaan Kementrian PKK akan melayani masyarakat, dalam hal bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah. Oleh karena itu, artikel yang dimuat dalam Medan Bahasadimuat berasal dari berbagai daerah, contohnya tembang/puisi Jawa, cerita/dongeng seperti "Kala Ditya" yang berasal dari Jawa.
Majalah ini menyatakan diri sebagai majalah yang memuat hal-ihwal bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Namun, tahun 1954 pernyataan tersebut diperpendek menjadi "memuat hal-ihwal bahasa Indonesia" karena sejak tahun itu sudah ada tempat tersendiri bagi masalah-masalah bahasa daerah dalam bentuk edisi khusus bahasa daerah. Edisi bahasa daerah yang sudah terselenggara adalah edisi yang memuat bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Madura.
Rentang waktu delapan tahun usia hidup bagi sebuah penerbitan majalah khusus (1951--1959) adalah suatu usia yang cukup panjang. Para penulis yang sering menyumbangkan buah pikirannya pada awal-awal pertumbuhan majalah ini, antara lain adalah Tardjan Hadidjaja, Hardjana T., S. Zainuddin, Bermawi, Satjadibrata, dan Surwidjan. Untuk seksi bahasa Indonesia, tampil nama-nama St.Md. Zain, St. Md. Said, dan Dwidjowijoto. Sampai tahun 1954 muncul penulis sastrawan, seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Armijn Pane.
Tulisan mengenai bahasa daerah, antara lain, berasal dari Tardjan Hadidjaja untuk bahasa Jawa, Markus untuk bahasa Sunda, dan Wirjo Asmoro untuk bahasa Madura. Karena konsisten dengan penanganan masalah kebahasaan, majalah ini kerap kali menyertakan senarai istilah dalam berbagai disiplin ilmu (Kehutanan, Teknik, dan lain-lain) yang kelak akan dikembangkan menjadi sebuah kamus. Sebagai media massa, majalah ini pun pernah mengumumkan (iklan) diadakannya Konggres Bahasa Indonesia di Medan pada tahun 1954.
Rubrik yang terdapat dalam majalah ini, antara lain, adalah "Timbangan Buku", yang pernah membahas buku Perintis Sastra karya Dr. C. Hooykaas. Pada tahun 1954, rubrik ini diubah menjadi "Pembicaraan Buku". Rubrik "Serba-Serbi" menjadi tempat untuk menampung segala pertanyaan mengenai kebahasaan dari masyarakat dan sekaligus jawabannya. Rubrik "Surat Menyurat", antara lain, memuat "Bicara tentang bahasa Indonesia" tulisan Pramoedya A.T. (Medan Bahasa, No. 2/IV Februari, 1954) yang semula tulisan itu terdapat dalam Mimbar Penyiaran Duta. Sementara itu, rubrik "Kesusastraan" sebenarnya merupakan pertemuan para penulis, baik dalam penulisan kreatif (puisi) maupun hasil pengamatan (esai) atas karya sastra. Salah satu contoh esai, antara lain, artikel berjudul "Keindahan Sastera" tulisan Intojo (Medan Bahasa No. 1/IV, Januari 1954). Dalam rubrik ini pun pengarang novel Belenggu (Armijn Pane) pernah menulis sebuah esai bertajuk "Irama pantun dan syair" (Medan Bahasa No. 11/IV, April 1954). Rubrik "Pengetahuan Bahasa Indonesia" merupakan tempat menampung segala masalah kebahasaan, tetapi pada penerbitan awal-awal majalah, rubrik ini deskripsi tentang masalah tata bahasa Indonesia. Rubrik "Penerimaan" merupakan ruang pengumuman bagi buku-buku yang diterima redaksi sebagai sumbangan (hadiah) dari para penerbit. Buku-buku yang diterima mencakup buku-buku ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan karya sastra. Para penerbit yang menyumbangkan buku tersebut, antara lain, adalah Noordhof - Kolff N.V., Jakarta. Saiful, Medan; "S. King", Bandung; dan Endang, Jakarta.
Para penulis yang pernah menyumbangkan pikirannya dalam majalah ini selain yang sudah disebutkan, antara lain, adalah M. Nasution, Suradal, Soerawidjaja, Prof. Dr. Prijono, N. St. Iskandar, M.A. Salmun, E. Soemapradja, Kosan Dinama, Sagimun M.D., Intojo, Muljono Purbohadi Widjaja, dan Man Baratjata.
Di samping karangan asli, dalam majalah ini juga terdapat karangan terjemahan dan artikel penerbitan ulang. Artikel terjemahan, antara lain, tulisan yang mengangkat masalah kesenian umumnya, seperti "Artis dan pikiran sehat" tulisan Jon Ortega Y. Gasset, hasil terjemahan Dolf Verspoor (Medan Bahasa, No. 1/IV, Januari 1954).
Beberapa karya sastra yang termuat dalam majalah Medan Bahasa (MB), antara lain, dalam MB, Oktober 1959, No.9, Thn. IX, September 1959, dimunculkan 2 sajak yaitu "Elegi" karya H.G. Tarigan dan "Mencari" karya Rachmadi K, Bengkalis. Dalam MB, No.7. Thn IX, Juli 1959, terdapat 3 judul sajak dan 2 artikel, yakni "Tekad" karya H.C. Tarigan, dan "Adalah Satu Dosa" sajak Armijn Pane; serta dua artikel "Sekali Lagi" dan "Membuka Arsip Seni Sastra Daerah Maluku Utara" karya Labuha. Selain itu, juga ada cerpen "Hilangnya Satu Harapan" karya Seto V.M; puisi "Satu Kisah di Tengah Hari" karya H.G. Mama Tigan. Dalam MB, No.4—5, April/Mei 1959, ada beberapa sajak yakni, "Di taman Bunga" dan "Pemandangan" karya S. Damardjati; "Persimpangan yang Lunak" karya 74; "Tragedi" karya R. Seto B.M.; dan "Duri dalam Hidupku" karya S.Pant.