Saadah Alim adalah pengarang dari kelompok Balai Pustaka yang karyanya berupa cerpen dan terjemahan karya asing. Saadah Alim, pengarang wanita Indonesia pertama, ini lahir pada 9 Juni 1898 di Padang, tahun 1917. Dalam menulis ia menggunakan nama samaran Aida S.A. Dia menikah dengan Alim Sultan Maharaja Besar dan dikaruniai empat orang putri dan tiga orang putra yang semuanya sudah berumah tangga. Salah seorang anaknya sampai saat ini menjabat direktur pabrik ban good year. Suami Saadah Alim meninggal pada tahun 1958 dan sepuluh tahun kemudian Saadah Alim menyusul suaminya. Tepatnya pada hari Minggu, 18 Agustus 1968 pukul 21.45 di rumahnya Jalan Salemba Tengah 14, Jakarta Pusat dan jenazahnya dimakamkan tanggal 19 Agustus 1986 di Karet.
Pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah Kweekschool (sekolah guru) di Bukittinggi. Setamat sekolah itu, ia menjadi guru HIS di Padang dari tahun 1918—1920 kemudian menjadi guru Meisjesnormaalschool (Sekolah Guru Puteri) di Padang Panjang.
Satu keistimewaan sebagai pengarang sebelum Perang Dunia II adalah bahwa Saadah Alim telah berani menentang adat dalam karyanya dan apa yang telah disumbangkan oleh Saadah Alim untuk zamannya merupakan sesuatu yang amat berharga bagi generasi muda.
Andil Saadah Alim dalam bidang penerbitan juga patut diperhitungkan. Dia mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi majalah bulanan wanita Suara Perempuan. Majalah ini berisi karya-karya berbahasa Indonesia dan Belanda dengan harapan akan memberi kesempatan bagi kaum wanita untuk berkarya. Akan tetapi, yang memasukkan karya-karyanya dalam majalah ini hanyalah kaum pria, antara lain, Mohammad Hatta, Bahder Djohan, Mohammad Yamin dan Adi Negoro yang waktu itu masih duduk di sekolah lanjutan. Tahun 1925 Saadah Alim menjadi pembantu majalah mingguan Bintang Hindia dan harian Bintang Timur pimpinan Parada Harahap. Pada tahun 1930—1943 ia menjadi redaksi majalah Krekots Magazine yang kemudian dijadikan lampiran harian Bintang Timur. Sebagian besar karangannya pada waktu itu berupa cerita pendek. Pada tahun 1939 Saadah Alim menjadi pembantu majalah mingguan Pustaka Timur pimpinan Andjar Asmara, dan tahun 1940 menjadi pembantu Het Dag Blad Volks Editie dari Java Bode.
Saadah Alim sebenarnya mulai menulis tahun 1920-an, tetapi baru tahun 1940-an karya-karyanya diterbitkan, antara lain Pembalasannya, yakni sebuah drama yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Tokoh-tokoh dalam drama ini adalah sekitar pelajar Indonesia sebelum perang.
Dia adalah satu-satunya wanita pengarang drama pada waktu itu. Pengarang drama sebelum perang didominasi pria, seperti Muhammad Yamin, Sanusi Pane, dan Armjn Pane.
Kumpulan cerita pendeknya Taman Penghibur Hati sebenarnya ditulis sebelum perang, tetapi baru diterbitkan pada tahun 1941 oleh Balai Pustaka. Kumpulan cerpen tersebut memuat 13 cerpen. Dalam cerpen-cerpen itu terlihat pandangan yang optimistis dari pengarangnya, seperti masalah-masalah selalu dapat dipecahkan dengan cara yang memuaskan. Saadah Alim menulis cerita dengan tema berkisar antara pertemuan dan perceraian, yang akhirnya terjadi pertemuan kembali dengan keadaan yang lebih bahagia. Hal ini berbeda dari pengarang lain angkatan 20-an, yang menampilkan tema dengan mematikan tokoh-tokohnya.
Karya-karya Saadah Alim yang merupakan hasil terjemahan dari buku-buku pengarang asing, seperti Jalan Pengajaran Menurut Widuri karya F.A. Volkers Scippers, Angin Barat Angin Timur karya Pearl S. Buck, Pengalaman Huckleberry Finn karya Mark Twain, Rahasia Bilik Kuning karya Diet Kramer, Zuleika Menyisingkan Lengan Baju karya Ruisco, Menghadapi Hidup Baru karya G.A. Leen Bruggen, dan Jacob si Lurus Hati karya Kapitein Marryat.