• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Gambang Rancag

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Betawi

Genre : Puisi

Provinsi: Provinsi DKI Jakarta

Kabupaten/Kota: Kota.Jakarta Timur

Kecamatan: Pasar Rebo

Desa: Gandaria Pekayon

Penyebaran: Jabodetabek


Gambang rancag merupakan gabungan berbagai kesenian, seperti musik, sastra, dan teater. Kata rancag berarti irama cepat dan rancagan dapat juga diartikan penyajian lagu dan musik dengan irama cepat. Pengertian lain rancag, yaitu tuturan atau juga disebut pantun berkait (Sopandi, dkk., 1992: 16, dalam Meinindarto [2009]). Rancagan ini diiringi oleh musik gambang kromong dan gambang rancag itu sendiri memang berawal dari kesenian gambang kromong. Performa gambang rancag disebut "rancagan".  Di dalam rancagan diceritakan suatu kisah dalam format pantun berkait.

Gambang rancag merupakan bagian dari  tradisi lisan masyarakat Betawi pinggir yang letak pertumbuhannya di daerah Timur Jakarta berbatasan dengan  Depok dan Bogor. Namun, menurut Jali Jalut (seorang budayawan Betawi), awalnya kesenian ini justru berkembang di Kemayoran. Menurut Jalut, ia belajar dari mertuanya Pak Samad dan mertuanya tersebut belajar dari Pak Samsu di Kemayoran. Dari Kemayoran, gambang rancag kemudian  berkembang ke arah Jakarta Timur di sekitar Cijantung dan Pasar Rebo.

Dalam sejarahnya, menurut Yahya Saputra (2011), tradisi lisan ngerancag  diduga bermula pada akhir abad ke-19 jika dilihat dari tema ngerancag yang dibawakan, seperti Rancag Si Pitung dan Kramat Karem. Si Pitung diketahui tewas pada tahun 1894, sedangkan Kampung Kramat tenggelam sebagai akibat dari meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1881. Pendapat ini didasarkan pada argumentasi bahwa rancag dapat berfungsi sebagai kontrol sosial tidak secara langsung. Rancag dan cerita sohibul hikayat yang berkembang pada zaman Belanda digunakan oleh masyarakat untuk mengkritik pemerintah Belanda, tetapi dengan cara aman untuk menghidar dari penangkapan. Salah satu tema rancag adalah si Pitung.  Rancagan si Pitung adalah bagian dari kritik sekaligus transformasi nilai semangat perlawanan terhadap otoritas pemerintah Belanda.

Pada tahun 1911, menurut Yahya (2011), Toko DJIN VICH & Co (Loa Yoe Djin), Pancoran, Batavia, pernah menjual macam-macam versi atau judul rancag. Berbagai judul rancag ini menunjukkan bahwa pertunjukan tersebut pernah mengalami kejayaan. Judul-judul rancag yang dikemukakan oleh Yahya, misalnya:

  1. Rancak Roema Angoes Besar di Maoek, ka 1-6
  2. Rancak Sie Mioen (dengen Pake Gambang Piano dan Laen-laen)
  3. Rancak Nona Boedjang ka 1-4
  4. Rancak Orang Maen Kartoe ka 1-4
  5. Rancak Entjek A Kiong Mati Diboenoe ka 1-4
  6. Rancak Pa Bairah di Tamboen ka 1-6
  7. Rancak Si Pitoeng ka 1-4
  8. Rancak Orang Bersobat Sama Komedi Bangsawan ka 1-4
  9. Rancak Orang Dimadoe ka 1-2
  10. Rancak Orang Derep Keleboe ka 1-6
  11. Rancak Patima Mati Diboenoe ka 1-4
  12. Rancak Toekang Ketjrot di Betawi ka 1-4
  13. Rancak Anak Ajem ka 1-4
  14. Rancak Sang Kodok ka 1-2
  15. Rancak Roepa-roepa Boeroeng ka 1-2
  16. Rancak Djago Si Angkri ka 1-6
  17. Rancak Pa Tjenteng Soekain Mantoenja ka 1-4
  18. Rancak Orang Diboei Poenja Sangsara ka 1-4
  19. Rancak Toekang Sado Ditjela-tjelain ka 1-

Lagu-lagu rancagan yang dijual tersebut bisa jadi tidak menunjukkan jumlah sebenarnya rancagan, artinya banyak lagu-lagu gambang rancag yang tidak terdokumentasikan. Alat musik utama yang digunakan dalam penyajian gambang rancag adalah gambang, yaitu alat musik perkusi idiofon yang berjajar bilah kayu berjumlah antara 17 sampai dengan 21 bilah di atas sebuah wadah tempat menyimpan suara (resonator).

Musik Gambang Kromong

Gambang kromong merupakan musik yang mengiringi kesenian gambang rancag. Musik dalam tradisi lisan ini berfungsi sebagai penggugah suasana, membantu mengingat, dan menjaga keselarasan serta keseimbangan rasa. Musik gambang kromong terdiri atas gambang dan kromong--yang menurut Untung Yuwono dkk.(2011)--berasal dari perpaduan unsur budaya Cina dan pribumi. Unsur budaya Cina terlihat dari alat musik tehyan, kongahyan, dan sukong. Unsur budaya pribumi terliaht pada alat musik gendang, kempul, gong, gong enam, kecrek, dan ningnong. Menurut Meinindarto (2009) menjelaskan bahwa alat musik utama yang digunakan dalam penyajian gambang rancag adalah gambang.

Gambang merupakan alat musik perkusi idiofon yang menjajarkan bilah kayu berjumlah antara 17 sampai dengan 21 dengan pembagian bilah di atas sebuah wadah tempat menyimpan suara (resonator). Instrumen musik pengiring yang lain terdapat tiga buah alat musik dawai (kordofon) gesek yang bernama kong ahyan, tehyan, dan sukong. Ketiganya memiliki ukuran yang berbeda. Selain intrumen tersebut masih ada instrumen yang lain, yaitu gendang, suling, kecrek, gong, dan kromong (kemor). Gendang adalah alat musik membranofon yang menyerupai susunan gendang untuk karawitan Sunda, sedangkan suling seperti yang digunakan pada musik Melayu dangdut yang ditiup (aerofon) secara horizontal. Instrumen idiofon yang lain adalah kecrek dari beberapa lembar lempengan besi, gong, dan kemor yang memiliki gundukan logam yang berpencon.

Musik yang mengawali keberadaan gambang rancag ini dalam sejarahnya hanya dimainkan oleh golongan cina peranakan, tetapi kemudian mengalami intereksi kultural dengan masyarakat pribumi. Sama dengan rancag, gambang kromong awalnya juga berasal dari daerah Jakarta Pusat (kemayoran), tetapi kemudian tergusur ke pinggiran kota (Yuwono, 2011: 2).


 
PENCARIAN TERKAIT

  • Hadiah Sastra Rancage
    Hadiah Sastra Rancage merupakan hadiah sastra yang diberikan Ajip Rosidi kepada sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan orang yang dianggap berjasa dalam mengembangkan sastra daerah. Ajip ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     

    Gambang Rancag

    Kategori: Registrasi Sastra Lisan

     

    Suku : Betawi

    Genre : Puisi

    Provinsi: Provinsi DKI Jakarta

    Kabupaten/Kota: Kota.Jakarta Timur

    Kecamatan: Pasar Rebo

    Desa: Gandaria Pekayon

    Penyebaran: Jabodetabek


    Gambang rancag merupakan gabungan berbagai kesenian, seperti musik, sastra, dan teater. Kata rancag berarti irama cepat dan rancagan dapat juga diartikan penyajian lagu dan musik dengan irama cepat. Pengertian lain rancag, yaitu tuturan atau juga disebut pantun berkait (Sopandi, dkk., 1992: 16, dalam Meinindarto [2009]). Rancagan ini diiringi oleh musik gambang kromong dan gambang rancag itu sendiri memang berawal dari kesenian gambang kromong. Performa gambang rancag disebut "rancagan".  Di dalam rancagan diceritakan suatu kisah dalam format pantun berkait.

    Gambang rancag merupakan bagian dari  tradisi lisan masyarakat Betawi pinggir yang letak pertumbuhannya di daerah Timur Jakarta berbatasan dengan  Depok dan Bogor. Namun, menurut Jali Jalut (seorang budayawan Betawi), awalnya kesenian ini justru berkembang di Kemayoran. Menurut Jalut, ia belajar dari mertuanya Pak Samad dan mertuanya tersebut belajar dari Pak Samsu di Kemayoran. Dari Kemayoran, gambang rancag kemudian  berkembang ke arah Jakarta Timur di sekitar Cijantung dan Pasar Rebo.

    Dalam sejarahnya, menurut Yahya Saputra (2011), tradisi lisan ngerancag  diduga bermula pada akhir abad ke-19 jika dilihat dari tema ngerancag yang dibawakan, seperti Rancag Si Pitung dan Kramat Karem. Si Pitung diketahui tewas pada tahun 1894, sedangkan Kampung Kramat tenggelam sebagai akibat dari meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1881. Pendapat ini didasarkan pada argumentasi bahwa rancag dapat berfungsi sebagai kontrol sosial tidak secara langsung. Rancag dan cerita sohibul hikayat yang berkembang pada zaman Belanda digunakan oleh masyarakat untuk mengkritik pemerintah Belanda, tetapi dengan cara aman untuk menghidar dari penangkapan. Salah satu tema rancag adalah si Pitung.  Rancagan si Pitung adalah bagian dari kritik sekaligus transformasi nilai semangat perlawanan terhadap otoritas pemerintah Belanda.

    Pada tahun 1911, menurut Yahya (2011), Toko DJIN VICH & Co (Loa Yoe Djin), Pancoran, Batavia, pernah menjual macam-macam versi atau judul rancag. Berbagai judul rancag ini menunjukkan bahwa pertunjukan tersebut pernah mengalami kejayaan. Judul-judul rancag yang dikemukakan oleh Yahya, misalnya:

    1. Rancak Roema Angoes Besar di Maoek, ka 1-6
    2. Rancak Sie Mioen (dengen Pake Gambang Piano dan Laen-laen)
    3. Rancak Nona Boedjang ka 1-4
    4. Rancak Orang Maen Kartoe ka 1-4
    5. Rancak Entjek A Kiong Mati Diboenoe ka 1-4
    6. Rancak Pa Bairah di Tamboen ka 1-6
    7. Rancak Si Pitoeng ka 1-4
    8. Rancak Orang Bersobat Sama Komedi Bangsawan ka 1-4
    9. Rancak Orang Dimadoe ka 1-2
    10. Rancak Orang Derep Keleboe ka 1-6
    11. Rancak Patima Mati Diboenoe ka 1-4
    12. Rancak Toekang Ketjrot di Betawi ka 1-4
    13. Rancak Anak Ajem ka 1-4
    14. Rancak Sang Kodok ka 1-2
    15. Rancak Roepa-roepa Boeroeng ka 1-2
    16. Rancak Djago Si Angkri ka 1-6
    17. Rancak Pa Tjenteng Soekain Mantoenja ka 1-4
    18. Rancak Orang Diboei Poenja Sangsara ka 1-4
    19. Rancak Toekang Sado Ditjela-tjelain ka 1-

    Lagu-lagu rancagan yang dijual tersebut bisa jadi tidak menunjukkan jumlah sebenarnya rancagan, artinya banyak lagu-lagu gambang rancag yang tidak terdokumentasikan. Alat musik utama yang digunakan dalam penyajian gambang rancag adalah gambang, yaitu alat musik perkusi idiofon yang berjajar bilah kayu berjumlah antara 17 sampai dengan 21 bilah di atas sebuah wadah tempat menyimpan suara (resonator).

    Musik Gambang Kromong

    Gambang kromong merupakan musik yang mengiringi kesenian gambang rancag. Musik dalam tradisi lisan ini berfungsi sebagai penggugah suasana, membantu mengingat, dan menjaga keselarasan serta keseimbangan rasa. Musik gambang kromong terdiri atas gambang dan kromong--yang menurut Untung Yuwono dkk.(2011)--berasal dari perpaduan unsur budaya Cina dan pribumi. Unsur budaya Cina terlihat dari alat musik tehyan, kongahyan, dan sukong. Unsur budaya pribumi terliaht pada alat musik gendang, kempul, gong, gong enam, kecrek, dan ningnong. Menurut Meinindarto (2009) menjelaskan bahwa alat musik utama yang digunakan dalam penyajian gambang rancag adalah gambang.

    Gambang merupakan alat musik perkusi idiofon yang menjajarkan bilah kayu berjumlah antara 17 sampai dengan 21 dengan pembagian bilah di atas sebuah wadah tempat menyimpan suara (resonator). Instrumen musik pengiring yang lain terdapat tiga buah alat musik dawai (kordofon) gesek yang bernama kong ahyan, tehyan, dan sukong. Ketiganya memiliki ukuran yang berbeda. Selain intrumen tersebut masih ada instrumen yang lain, yaitu gendang, suling, kecrek, gong, dan kromong (kemor). Gendang adalah alat musik membranofon yang menyerupai susunan gendang untuk karawitan Sunda, sedangkan suling seperti yang digunakan pada musik Melayu dangdut yang ditiup (aerofon) secara horizontal. Instrumen idiofon yang lain adalah kecrek dari beberapa lembar lempengan besi, gong, dan kemor yang memiliki gundukan logam yang berpencon.

    Musik yang mengawali keberadaan gambang rancag ini dalam sejarahnya hanya dimainkan oleh golongan cina peranakan, tetapi kemudian mengalami intereksi kultural dengan masyarakat pribumi. Sama dengan rancag, gambang kromong awalnya juga berasal dari daerah Jakarta Pusat (kemayoran), tetapi kemudian tergusur ke pinggiran kota (Yuwono, 2011: 2).


     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Hadiah Sastra Rancage
    Hadiah Sastra Rancage merupakan hadiah sastra yang diberikan Ajip Rosidi kepada sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan orang yang dianggap berjasa dalam mengembangkan sastra daerah. Ajip ...
  • Hadiah Sastra Rancage
    Hadiah Sastra Rancage merupakan hadiah sastra yang diberikan Ajip Rosidi kepada sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan orang yang dianggap berjasa dalam mengembangkan sastra daerah. Ajip ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa