• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Cepung

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Sasak

Genre : Pertunjukan

Provinsi: Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kabupaten/Kota: Kota.Mataram

Penyebaran: Lombok


Cepung merupakan seni vokal  tradisional daerah Lombok, alat yang digunakan sangat terbatas, hanya diiringi dua alat musik yaitu seruling dan redep. Dengan keterbatasan alat musik yang digunakan maka para pemain mengatasinya dengan cara menirukan bunyi gendang, kenceng, rincik. Para pemain selain bertugas membuat bunyi-bunyian yang menyerupai alat musik tertentu juga  sebagai pembawa syair atau pantun secara bersaut- sautan.

 Jumlah pemain cepung ini 6 orang  yang bertugas sebagai pembaca lontar yang merupakan sumber cerita dan syair cepung itu sendiri. Pembacaan dilakukan bergantian  setiap kali pergantian babak permainan ( merupakan pendahulu gending baru), dua orang sebagai pemain alat musik dan tiga orang sebagai pembawa musik vokal yang dilakukan sambil menari dengan gaya yang lucu sesuai dengan syair dan gending  yang dibawakan dan ketiga pembawa musik  vokal tersebut dalam keadaaan duduk. Para pemain duduk bersila melingkar atau membentuk huruf  U. Ada yang mengenakan baju atau sebaliknya, tetapi tetap mengenakan kain dan destar serta hiasan lainnya. Irama lagu cakepung pada mulanya terdiri atas tiruan bunyi alat – alat gamelan tradisional yang disuarakan melalui mulut para pemainnya seperti: kendang, ricik, petuk, dan gong. Dan bahkan disertai dengan meminum minuman tuak untuk lebih memanaskan suasana permainan. Mengingat seni ini harus dimainkan penuh semangat seperti tari cak.

Kesenian ini merupakan perkembangan dari “pepaosan-pepaosan” , cerita yang diambil dalam seni cepung ini khusus dari Pepaosan Cerita klasik”Monyeh”. Cerita klasik Monyeh sangat terkenal di Lombok, dikarang dalam bentuk pantun (seloka) dalam bahasa sasak oleh Jero Mihran/Mamiq Mihran pada tahun 1859. Seluruhnya terdiri dari 671 bait, dibawakan dengan tembang Sinom, Semarandana, Kumambang, Durma, Dang-dang dan Pangkur.

 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 

Cepung

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Sasak

Genre : Pertunjukan

Provinsi: Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kabupaten/Kota: Kota.Mataram

Penyebaran: Lombok


Cepung merupakan seni vokal  tradisional daerah Lombok, alat yang digunakan sangat terbatas, hanya diiringi dua alat musik yaitu seruling dan redep. Dengan keterbatasan alat musik yang digunakan maka para pemain mengatasinya dengan cara menirukan bunyi gendang, kenceng, rincik. Para pemain selain bertugas membuat bunyi-bunyian yang menyerupai alat musik tertentu juga  sebagai pembawa syair atau pantun secara bersaut- sautan.

 Jumlah pemain cepung ini 6 orang  yang bertugas sebagai pembaca lontar yang merupakan sumber cerita dan syair cepung itu sendiri. Pembacaan dilakukan bergantian  setiap kali pergantian babak permainan ( merupakan pendahulu gending baru), dua orang sebagai pemain alat musik dan tiga orang sebagai pembawa musik vokal yang dilakukan sambil menari dengan gaya yang lucu sesuai dengan syair dan gending  yang dibawakan dan ketiga pembawa musik  vokal tersebut dalam keadaaan duduk. Para pemain duduk bersila melingkar atau membentuk huruf  U. Ada yang mengenakan baju atau sebaliknya, tetapi tetap mengenakan kain dan destar serta hiasan lainnya. Irama lagu cakepung pada mulanya terdiri atas tiruan bunyi alat – alat gamelan tradisional yang disuarakan melalui mulut para pemainnya seperti: kendang, ricik, petuk, dan gong. Dan bahkan disertai dengan meminum minuman tuak untuk lebih memanaskan suasana permainan. Mengingat seni ini harus dimainkan penuh semangat seperti tari cak.

Kesenian ini merupakan perkembangan dari “pepaosan-pepaosan” , cerita yang diambil dalam seni cepung ini khusus dari Pepaosan Cerita klasik”Monyeh”. Cerita klasik Monyeh sangat terkenal di Lombok, dikarang dalam bentuk pantun (seloka) dalam bahasa sasak oleh Jero Mihran/Mamiq Mihran pada tahun 1859. Seluruhnya terdiri dari 671 bait, dibawakan dengan tembang Sinom, Semarandana, Kumambang, Durma, Dang-dang dan Pangkur.

 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa