Arjuna Mencari Cinta merupakan novel karya Yudisthira Ardi Nugraha Masardi yang diterbitkan pada tahun 1977 oleh Cypres, Jakarta. Novel ini memperoleh Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1977, untuk kategori bacaan remaja. Novel ini bersambung dengan novel Arjuna Mencari Cinta Part II (Arjuna Drop Out) dan Arjuna Wiwahahaha sehingga menjadi sebuah trilogi dengan Arjuna sebagai tokoh utama.
Arjuna Mencari Cinta ini mengisahkan seorang pemuda yang cerdas dan pintar memikat gadis-gadis layaknya Arjuna dalam cerita wayang. Pertama kali Arjuna menjalin cinta dengan Satyawati. Dalam pengembaraannya mencari cinta yang tulus, Arjuna yang mata keranjang itu mengobral cintanya kepada beberapa orang gadis, yakni Permoni, gadis Menado, Dewi Sukesi anak gadis penjual gudeg, dan Utari anak gadis pedagang batik. Utari yang paling dicintainya itu kemudian kawin dengan pengusaha tembakau di Wonosobo. Dalam pengembaraannya itu juga ada dua wanita yang dicintainya ternyata juga dicintai oleh bapaknya, yakni Arimbi dan Pergiwati yang menjadi sekretaris bapaknya. Pacar pertamanya yang bernama Satyawati karena kekecewaannya menjadi pasangan adik perempuan Arjuna. Arjuna mengalami sakit hati setelah cintanya kepada Permoni tidak memperoleh tanggapan dan cintanya kepada Pergiwati juga kandas karena bapaknya sama-sama menghendaki gadis itu. Kisah Arjuna Mencari Cinta berakhir di sini. Kisah tersebut berlanjut dalam dua novel berikutnya, yakni Arjuna Mencari Cinta Part II (Arjuna Drop Out) dan Arjuna Wiwahahaha.
Novel ini memperoleh tanggapan yang beragam. Ada kelompok yang merasa "risih" dengan upaya pengarang mempermainkan wayang yang dianggapnya sebagai pelecehan. Hal ini dikemukakan oleh Veven S. Wardhana (1980) akan ihwal penolakan pihak berwenang ketika novel itu akan diangkat ke layar lebar dengan alasan bahwa Yudistira dianggap menghina budaya adiluhung karena nama-nama wayang itu tidak ditempatkan sesuai dengan cerita asli wayang itu. Untuk itu, H.B. Jassin (1980) pun termasuk yang berkeberatan. Namun, Bambang Bujono (1978) bersikap lebih bijak dengan menyatakan bahwa nama-nama wayang yang dipakai dalam novel sekadar dipinjam oleh penulis untuk menuangkan kisah tokoh utama Arjuna dalam bertualang mencari cinta sebagai Arjuna bin Yudhistira. Bagi Bambang Bujono (1978), Yudhistira menuangkan ceritanya dengan bahasanya yang hidup untuk memikat pembaca dengan sisipan humor yang segar. Tokoh wayang yang ditampilkan hanya karikatur semata-mata untuk memancing tawa pembaca. Lebih lanjut dinyatakan Bujono bahwa dalam novel itu terselip kritik tajam bagi orang tua yang sibuk sendiri dan membiarkan anak-anak mereka diasuh oleh pembantu rumah tangga.
Novel ini pernah diangkat ke layar lebar dan mendapatkan sambutan yang lumayan ramai. Melalui novel yang sudah dilayarlebarkan itu, pengarang mengingatkan para orang tua pada zaman itu agar lebih memperhatikan pendidikan moral bagi anak-anak mereka. Judul novel ini pada tahun 2002 juga diangkat menjadi judul salah satu lagu yang diciptakan oleh Ahmad Dhani dan hal itu yang kemudian menjadi polemik apakah Ahmad Dhani melanggar hak cipta atau tidak.