Aryanti yang merupakan nama samaran Prof. Dr. Haryati Subadio telah menulis tiga buah novel yang berjudul Selembut Bunga (1978), Hidup Perlu Akar (1981), dan Dunia Tak Berhenti Berputar (1982). Semuanya diterbitkan oleh Gaya Favorit Press, sedangkan kumpulan cerpennya yang berjudul Kaca Rias Antik (1987) dicetak oleh Dian Rakyat.
Aryanti atau Haryati Subadio lahir di Jakarta, 24 Juni 1928. Ayahnya bernama Raden Pandji Notosoebagio, seorang ahli hukum yang pernah menjabat sebagai hakim agung. Haryati anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya, laki-laki, bernama Harti Notosoebagio dan adiknya wanita. Haryati menikah dengan Sunarto Soebadio, guru ilmu pasti semasa ia di SLTP dan SLTA tahun 1951. Suaminya meninggal tahun 1961. Mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Lukna Hariani, Admin, dan Windie yang ditinggal ayahnya ketika mereka berusia belum 2 tahun.
Pendidikan yang ditempunya ialah ELS Madiun dan Jakarta (1940); SMP di Jakarta; SMA di Jakarta, (1946), Gemeetelijke Universiteit, Amsterdam, Belanda (1956), spesialis Jawa Kuno dan Sansekerta dari Jurusan Indo-Iraanse Taal en Letterkunde, dan doktor dari universitas yang sama (1971) dengan disertasinya Jnanasiddhanta, Secret Lore of the Balinese Sarvapriest 'Pengetahuan Tertinggi dalam Arti Tersuci', yang diterbitkan oleh Martinus Nijhoff the Hague sebagai Nomor VII Seri Bibliothec Indonesica, naskahnya disimpan di Bali.
Kariernya dimulai sebagai dosen di FSUI sampai menjadi guru besar Bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno (1975--...), Dekan FSUI (1975—1978), Direktur Jenderal Kebudayaan (1978—1987), dan Menteri Sosial (1988—1992).
Anugerah yang pernah diterimanya ialah Bintang Jasa "Knight Commander's Cross" dari Pemerintah Republik Federasi Jerman karena ketekunannya mengumpulkan benda-benda kuno untuk cagar budaya; "Ibu Masyarakat Banten" tahun 1988 karena perhatiannya terhadap tradisi orang Banten, dan penghargaan dari Inia berkat terjemahan cerita-cerita dari bahasa Sansekerta bersama 40 orang dari berbagai negara tahun 1976.
Haryati juga menulis cerita anak dengan nama samaran Amirati, seperti "Pangeran Maui" dan "Baginda Bangau". Umumnya cerita anak itu berasal dari beberapa negara. Cerita anak yang terbit ialah (1) Gadis Bulan, kisah dari Polinesia; (2) Pria Bertudung, kisah dari Prancis; (3) Baginda Bangau, kisah dari Inia; (4) Mencari Orang yang Lebih Bodoh, kisah dari Eropa; (5) Macan Tutul dalam Lubang, kisah dari Afrika; dan (6) Ahli Nujum karena Nasib, kisah dari Persia.
Karya-karya sastra yang dihasilkannya ialah "Episode" cerita bersambung dalam femina No. 96—99 (1976—1977) (2) "Dunia Tak Berhenti Berputar", cerita bersambung dalam femina No. 104—108 (1977), mendapat Hadiah Harapan dari Sayembara femina yang diterbitkan tahun 1982 berbentuk novellet; dan Selembut Bunga semula diterbitkan secara bersambung dalam femina, no. 122, 123, dan 124 Tahun 1977—1978, mendapat Hadiah I dari Femina tahun 1977 dan diterbitkan dalam bentuk buku tahun 1978. Setelah itu, muncul lagi novelnya yang berjudul Hidup Perlu Akar (1981) diterbitkan oleh Gaya Favorit Press; kumpulan cerpennya muncul tahun 1987 berjudul Kaca Rias Antik. Cerpen-cerpennya antara lain adalah (1) "Ceramah untuk Wanita Asing" dalam femina No. 37, (2) "Si Belang" dalam femina No. 26 (1974: 18—19), (3) "Kenang-kenangan" dalam femina, no. 141 (1978: 78—79, 82—84, 87), (4) "Berita di Surat Kabar" dalam femina, no. 166 (1979: 51—53), (5) "Si Silap Wanita" dalam femina No. 155 (1979: 73—74, 90), (6) "Syarat" dalam Horison No. 11 Tahun ke-15 (1980: 379—380), (7) "Tabrak Lari" dalam femina, no. 194 (1980: 103—104), (8) "Bayangan dari Masa Lampau" dalam femina No. 25 (1981: 67—69, 73—75), dan (9) "Irama" dalam femina, no. 14 (1981: 69 –71).
Karyanya yang terakhir adalah Getaran-Getaran (1990) diterbitkan oleh Jambatan dengan nama Haryati S. Ketika menjabat sebagai Menteri Sosial, ia diundang oleh Goethe Institut, Jakarta (22 April 1988) untuk memberikan ceramah atas dua cerpennya yang berjudul "Bagai Beringin Rindang" dan "Balas Dendam".