Achdiat Karta Mihardja terkenal dengan novelnya ]Atheis. Penulisan namanya sering disingkat menjadi Achdiat K. Mihardja. Ia lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat tanggal 6 Maret 1911 dan meninggal di Canberra, Australia tanggal 8 Juli 2010. Ia memulai pendidikan formalnya di HIS Bandung dan tamat tahun 1925. Dia melanjutkan pendidikannya ke AMS, bagian Sastra dan Kebudayaan Timur di Solo tahun 1932. Achdiat mempelajari ajaran tarekat Kadariyyah-Naksyahbandi dari K.H. Abdullah Mubarok dan pernah juga belajar filsafat dari Prof. Beerling dan Pastur Dr. Jacobs S.J., dosen Filsafat Theisme di Universitas Indonesia. Tahun 1956, dalam rangka Colombo Plan, Achdiat mendapat kesempatan belajar bahasa dan sastra Inggris serta karang-mengarang di Australia.
Achdiat mengawali pekerjaannya dengan mengajar di Perguruan Nasional, Taman Siswa. Tahun 1934 ia menjadi anggota redaksi Bintang Timoer dan redaktur mingguan Panindjauan. Tahun 1941 ia menjadi redaktur Balai Pustaka. Pada zaman pendudukan Jepang, Achdiat sempat menjadi penerjemah di bagian siaran radio Jakarta. Tahun 1946 ia memimpin mingguan Gelombang Zaman dan Kemadjoean Rakjat yang terbit di Garut. Pada saat itu juga ia menjadi anggota Bagian Penerangan Penyelidik Divisi Siliwangi. Tahun 1948 ia kembali bekerja sebagai redaktur Balai Pustaka. Tahun 1949 ia menjabat redaktur kebudayaan di berbagai majalah, seperti Spektra dan Poedjangga Baroe, di samping sebagai penyelenggara rubrik "Kebudayaan" harian Indonesia Raja dan Konfrontasi. Pada tahun 1951--1961 ia dipercaya memegang jabatan Kepala Bagian Naskah dan Majalah Jawatan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan.
Pada tahun 1951 Achdiat juga menjabat Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia (OPI) dan anggota pengurus Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN). Pada tahun itu ia juga bertugas sebagai Ketua Seksi Kesusastraan Badan Penasihat Siaran Radio Republik Indonesia (BPSR) dan sebagai Ketua Pen-Club Internasional Sentrum Indonesia. Tahun 1954 Achdiat menjabat Ketua Bagian Naskah/Majalah Baru. Tahun 1959 ia diangkat sebagai anggota juri Hadiah Berkala BMKN untuk kesusastraan. Tahun 1959--1961 Achdiat menjadi dosen Sastra Indonesia Modern di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Jakarta sampai memperoleh jabatan akademik lektor kepala. Pada tahun 1962 ia mendapat kesempatan untuk mengajarkan Drama Indonesia Modern di Australian National University, Canberra, Australia.
Achdiat banyak menulis, baik karya sastra maupun esai sastra dan kebudayaan. Novelnya yang berjudul Atheis menjadikannya sebagai salah seorang pengarang novel terkemuka di Indonesia. Banyak pakar sastra yang membicarakan ketokohan Achdiat. A.Teeuw dalam Sastra Baru Indonesia (1970) menyatakan bahwa Achdiat sebagai tokoh sastra yang penting dan amat terkenal dengan novelnya Atheis sebagai novel yang ditulis sesudah perang benar-benar menarik dan bernilai. Demikian juga Ajip Rosidi dalam Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia (1969) menyatakan bahwa Achdiat memperoleh sukses besar dengan Atheis yang menjadikannya pengarang roman terkemuka di Indonesia. Boen S. Oemarjati menerbitkan buku Satu Pembicaraan Roman Atheis (1992) dan menunjukkan analisis tajam tentang novel itu. Soekono Wiryosudarmo dalam bukunya Sastra Indonesia Modern: Pengantar ke Arah Studi Sastra (1985) dan Jakob Sumardjo dalam bukunya Lintasan Sastra Indonesia Modern I (1992) mengulas keunggulan Achdiat dengan novelnya itu.
Kumpulan cerpennya Keretakan dan Ketegangan (1956) mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN tahun 1957 dan novelnya Atheis (1949) memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI tahun 1969. Tahun 1972 R.J. Maguire menerjemahkan novel ini ke dalam bahasa Inggris dan tahun 1974 Syuman Djaja mengangkat novel ini ke layar perak.
Achdiat dalam usia 94 tahun masih tetap berkarya. Tahun 2005 ia menerbitkan buku yang menurutnya adalah kisah panjang yang berjudul Manifesto Khalifatullah. Nur Mursidi menyatakan bahwa jika dalam Atheis, Achdiat menghadapkan paham komunisme dengan Islam dan si tokoh utama, Hasan, berada dalam tebing skeptisisme, dalam Manifesto Khalifatullah Achadiat menghadapkan sekularisme dengan Islam. Pengarang dalam bukunya itu sangat tegas mengatakan bahwa manusia adalah wakil Tuhan (khalifatullah) di muka bumi, bukan wakil setan. Tampaknya Atheis ataupun Manifesto Khalifatullah merupakan kisah hidup Achdiat dalam pengembaraan spriritual.
Karya Achdiat Karta Mihardja yang berbentuk novel, antara lain adalah (1) Atheis, Jakarta: Balai Pustaka (Cetakan cetakan 1949, Cetakan ketigapuluh tahun 2008). Selain itu, novel ini diterbitkan di Malaysia oleh penerbit Abbas Bandong: Cetakan I, 1966, Cetetakan II, 1969, Cetakan III, 1970, (2) Debu Cinta Bertebaran, Malaysia: Pena Mas, Cetakan I, 1973.
Karya Achdiat Karta Mihardja yang berbentuk kumpulan cerpen, antara lain adalah (1) Keretakan dan Ketegangan. Jakarta: Balai Pustaka (Cetakan I,1956, Cetakan II, 1975, Cetakan III, 1983), (2) Kesan dan Kenangan. Jakarta: Balai Pustaka (Cetakan I, 1960, Cetakan II, 1961, Cetakan III, 1984), dan (3) Belitan Nasib. Singapura: Pustaka Nasional, Cetakan I, 1975, (4) Pembunuh dan Anjing Hitam. Jakarta: Balai Pustaka 1975.
Sebelumnya, cerpen-cerpen Achdiat Karta Mihardja juga dimuat dalam majalah, antara lain (1) "Pak Sarkam", Poedjangga Baroe, No. 5, Tahun XIII, 1951, (2) "Buku Tuan X", Poedjangga Baroe, No. 7--8, Tahun IV, 1953, (3) "Salim, Norma, Sophie", Prosa, No. 2, Tahun I, 1953, (4) "Sutedjo dan Rukmini", Indonesia, No. 8--9, Tahun IV, 1953, (5) "Bekas Wartawan Sudirun", Indonesia, Tahun IV, 1953, (6) "Ajah Menjusul", Konfrontasi, No. 18, 1957, (7) "Si Pemabok", Varia, No. 104, Tahun III, 1960, dan (8) "Latihan Melukis", Budaya Jaya, No. 47, Tahun V, 1972.
Karya Achdiat Karta Mihardja yang berbentuk drama, antara lain adalah (1) Bentrokan dalam Asrama. Jakarta: Balai Pustaka 1952, (2) "Pak Dulah in Extremis". Indonesia, No. 5, Tahun X, 1959, dan (3) "Keluarga R. Sastro", Indonesia, No. 8, Tahun V, 1959. Esainya, antara lain, (1) Polemik Kebudajaan. Jakarta: Balai Pustaka, 1948, sebagai editor, dan (2) "Pengaruh Kebudajaan Feodal", Sikap, No. 13, Tahun X, 1948.