Majalah Aktuil merupakan majalah musik yang banyak memuat karya sastra. Majalah ini terbit dua minggu sekali dengan ukuran 21 x 28 cm dan diterbitkan oleh CV Aktuil yang beralamat di Lengkong Kecil 57, Bandung. Pemimpin redaksinya B. Juyanto dan Toto Rahardjo. Perwakilan redaksi majalah Aktuil terdapat di Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Majalah ini terbit dengan sampul kertas luks, tetapi di dalamnya digunakan kertas koran.
Tiras Aktuil menembus angka 126 ribu eksemplar. Oplah sebesar itu dicapai dalam kurun 1973-1974 atau setelah Aktuil Fans Club, komunitas kaum muda pembaca Aktuil, terbentuk di berbagai daerah. Di Jakarta, Aktuil Fans Club diurus kelompok musik Panbers. Sedangkan di Bandung, ditangani antara lain oleh A.M. Ruslan (penanggung jawab redaksi Pikiran Rakyat). Akhir 1978, oplah Aktuil secara dramatis meluncur tajam. Tinggal 3.000 atau 4.000 eksemplar. Pada tahun 1970-an, majalah ini tercatat membuka jaringan kantor perwakilan dan korespondennya di luar negeri (Hamburg, Munich, Berlin, Swedia, Stockholm, Ottawa, Tokyo, Hong Kong, Kowloon, New York). Pada tahun 1975, Aktuil juga mengejutkan publik Indonesia dengan mengundang kelompok musik Deep Purple untuk berpentas di Indonesia.
Jenis rubrik yang dimuat dalam majalah ini berupa pendapat-pendapat pembaca, artikel tentang politik, budaya, kesenian, hukum, film, ekonomi, dan biografi. Bentuk karya sastra yang dimuat adalah cerpen, puisi, dan kritik esai. Banyak sastrawan terkenal menulis dalam majalah ini, seperti Sitor Situmorang, W.S. Rendra, Ikranegara, Hamid Djabbar, Sutardji Calzoum Bachri, Umar Kayam, Abdul Hadi W.M., dan Subagio Sastrowardoyo. Melalui majalah ini Remy Sylado dan beberapa kawannya memproklamasikan karya puisi mbeling, yakni puisi yang mengusung tema anti kemapanan dan protes sosial.
Dalam majalah Aktuil terdapat ruang khusus "Surat Pembaca". Pengirimnya berasal dari berbagai kota, seperti Surabaya, Manado, Medan, Yogyakarta, Bali, Padang, Jakarta, dan Semarang. Selain itu, majalah Aktuil juga memuat ruang khusus sastra, yaitu "Prokem" dengan redaktur Nurhadie Irawan. Pada tahun 1980 majalah ini memuat lembaran khusus untuk penyair.
Jenis karya sastra yang berbentuk cerpen banyak dimuat dalam majalah ini, seperti (1) "Iyem yang Babu dan yang Ibu" karya Djoko Quartantyo, Tahun XII No. 11, 24 Maret 1980; (2) "Mamadon Galogo" karya Bram Andrianto, Tahun XII No.16, 2 Juni 1980; (3) "Dua Wanita" karya Anastasia W., Tahun XII No. 18, 30 Juni1980; (4) "Dari Cupido ke Narita" karya Buyunk, Tahun XII No. 21, 18 Agustus 1980; (5) "Perjanjian dengan Perdamaian" karya Asbari Nurpatria Krisna, Tahun XII No. 23, 18 Agustus1980; (6) "Surat Seorang Suami" karya J.S. Giovani Sitohang, Tahun XIII No. 18, 6 Juli 1981 (7) "Yang Lalu Biar Saja Berlalu" karya Otje A, Tahun XIII No. 20, 3 Agustus1981; (8) "Cinta Seorang Seniman" karya Zainuddin Tamir Koto, Tahun XIII No. 20, 3 Agustus1981; (9) "Melawan Misteri" karya Firman Triyadi, Tahun XIII No. 22, 31Agustus 1981; (10) "Protes" karya Firman Triyadi, Tahun XIII No. 22, 31Agustus 1981; (11) "Sahabat" karya Afrizal Anoda, Tahun XIII No. 25, 12 Oktober 1981; (12) "Si Pardidam" karya Jack Koetabarat, Tahun XIV No. 1, 15 November 1981; (13)"Anugerah" karya Firman Triyadi, Tahun XIV No. 2, 30 November 1981; (14) "Lingkungan" karya Pudwianto Arisanto, Tahun XIV No. 3, 12 Desember 1981; (15) "Tumbal Memperpanjang Hidup" karya Mp Wesi Geni, Tahun XIV No. 4, 24 Desember 1981; (16) "Episode Manis di Ginza" karya Buyunk, Tahun XIII No. 6, 22 Januari 1981 (17); "Apa yang Bisa dan Apa yang Tidak Bisa Kawin" karya Teguh Esha, Tahun XIII No. 8, 16 Februari 1981; (18) "Buku Harian" karya Jack Hutabarat, Tahun XIII No. 9, 2 Maret 1981; (19) "Maria Aku Berdiri antara Hidup Menanti Mati" karya D. Sj. Giovani Sitohang, Tahun XIII No. 10, 16 Maret 1981; (20) "Yang Paling Gombal dalam Hidup Ini" karya Mira Sato, Tahun XIII No. 11, 30 Maret 1981; (21) "Pertaruhan" karya Anton Cheko, Tahun XIII No. 14, 11 Mei 1981; (22) "Santet" karya Firman Triyadi, Tahun XIII No. 15, 25 Mei 1982; dan (23) "Pareira" karya Agus Susarso, Tahun XIII No. 16, 8 Juni 1981.
Puisi juga banyak dimuat dalam majalah ini, antara lain (1) "Kebayoran", (2) "Norodom-Norodom", dan (3) "Langit di Kaki Tentara" karya Nurhadi Irawan, Tahun XIII No. 20, 3 Agustus 1981; (4) "Lima Puisi Ikranegara", Tahun XIII No. 11, 30 Maret 1981; (5) "Lima Puisi Ali Ahmad Said", Tahun XIII No. 12, 13 April 1981; (6) "Empat Puisi Pablo Neruda", Tahun XIII No. 14, 11 Mei 1981; (7) "Puisi-Puisi Hamid Djabbar" karya Eksekusi, "Telegram", "Slogan", dan "UUUUU", Tahun XIII No. 15, 25 Mei 1981; (8) "Balon Gas"; (9) "Senandung di Hutan Rara", dan (10) "Paradoks" karya Sandy Tyas, Tahun XIII No. 16, 8 Juni 1981; (11) "Nyanyian Seorang Pelarian"; (12) "Beri Aku Seberkas"; (13) "Ke dalam Luka-Luka Kuserahkan Sangsiku"; dan (14) "Soliloqui" karya Eddy Soet Riyono, Tahun XII No. 8, 11Februari 1980.
Selain cerpen dan puisi, majalah Aktuil juga memuat kritik dan esai, seperti (1) "Sajak Sandy Tyas Tidak Hanya Sajak Protes Sosial" karya Sutardji Calzoum Bahri, Tahun XIII No. 22, 31Agustus 1981; (2) "Darmanto Penyair Kurang Berbobot" karya Subagio Sastrowardoyo, Tahun XIII No. 23, 14 September 1981; (3) "Teater Putu Wijaya Penganjur Paham Euthanasia Terbalik" karya Nurhadi Irawan, Tahun XIII No. 24, 28 September 1981; (4) "Menyimak Puisi Penyair Cilik Evelyn" karya Ny. Sjamsoeddin Ch. Haesy, Tahun XIII No. 26, 2 November 1981; (5) "Sastra Indonesia Masih Konsep Wayang dan Dongeng Pelanduk" karya Nurhadi Irawan, Tahun XII No. 26, 2 November 1981; (6) "Doel Kocek" karya Nurhadi Irawan, Tahun XIV No. 4, 24 Desember 1981; (8) "Pembacaan Sajak di TIM Kenapa Harus Diteriaki" karya Djoko Quartantyo, Tahun XIII No. 6, 22 Januari 1981; (9) "Soemardjono Mempertahankan Kehormatannya" karya Wibowo Soenadji, Tahun XIII No. 9, 2 Maret 1981; (10) "Bengkel Teater Rendra Sekarang" karya Janoe, Tahun XIII No. 9, 2 Maret 1981; (11) "Tuan Kondektur Sebuah Teater" karya AS, Tahun XIII No. 11, 30 Maret 1981; (12) "Melawan Mesin" karya W.S. Rendra, Tahun XIII No. 13, 27 April 1981; (13) "Srimulat atau Rendra Mana yang Kita Butuhkan" karya Umar Kayam, Tahun XIII No. 14, 11 Mei 1981; (14) "Sastra Berhasil Dipayungi Raja" karya Agus Susarso, Tahun XIII No. 16, 8 Juni 1981; (15) "Zatako dan Puisi-Puisinya karya Irawan dan Beny pun Pulang Kandang" karya Nirwan, Tahun XIII No. 17, 22 Juni 1981; (16) "Teater Mandirinya Putu Wijaya Diangkat dari Kisah Tragis Kematian Kusni Kasdut" karya Firdaus H.M., Tahun XII No. 20, 28 Juli 1980; (17) "Novel Merdeka Tanahku Merdeka Negeriku" karya W.Y., Tahun XII No. 23, 14 September 1980; (18) "Main Teater Menjadi Setting" karya Djoko Quartantyo, Tahun XIII No. 1, 10 November 1980; dan (19) "Puisi-Puisi Pancasila, Why Not?" karya Drs. Nurden Haka, Tahun XIII No. 3, 8 Desember 1980. Selain itu, biografi para tokoh politik, negarawan, dan sastrawan juga dimuat dalam majalah ini, seperti "Biografi Sitor Situmorang", Tahun XII No. 11, 24 Maret 1980.