Peneliti : Tri Saptarini, Yusup Irawan, Muhammad Rizqi, Cucu Suminar
Tanggal Penelitian : 04-02-2017
Tahun Terbit : -
Abstrak :
Penelitii dan di mana sajaan ini adalah penelitian wilayah tutur bahasa daerah dengan tiga tujuan. Pertama, bertujuan untuk memperoleh data bahasa daerah apa saja yang hidup di kota Bekasi. Kedua, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah manakah yang menjadi wilayah tutur tiap bahasa daerah di kota Bekasi. Terakhir, penelitian ini bertujuan mengetahui realisasi leksikon dari bahasa-bahasa daerah yang hidup di kota Bekasi dan bagaimana tingkat kekerabatannya.
Metode penelitian ini menggunakan metode survei dan observasi lapangan.Tim peneliti mendatangi daerah-daerah di kota Bekasi untuk mencari tahu keberadaan bahasa daerah di kota Bekasi untuk mencaritahu keberadaan bahasa daerah di kota Bekasi dan di mana saja bahasa daerah itu dituturkan.
Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dengan narasumber dan informan berikt pengamatan lapangan. Dalam pemilihan informan digunakan kriteria utama sebagai berikut:
a. Berjenis kelamin pria dan wanita,
b. B. Berusia antara 25—60 tahun,
c. C. Tinggal dan menetap di wilayah tersebut dalam waktu yang cukup lama,
d. Berpendidikan minimal sekolah menengah atas,
e. E. Sehat jasmani dan rohani. Sehat jasmani maksudnya tidak cacat organ bicaranya, sedangkan sehat rohani, maksudnya waras, tidak gila (Cr.Mahsun, 1995 dengan Nothefer, 1981:5).
Wawancara dengan narasumber dan informan dilakukan dengan berpedoman pada instrumen penelitian, yaitu berupa daftar tanyaan yang telah didiapkan. Ada dua instrumen daftar tanyaan yang digunakan, yaitu (1) daftar tanyaan yang terikat dengan kewilayahan dan wilayah tutur bahasanya dan (2) daftar Kosta kata Swadesh yang berjumlah 200 kata. Hasil wawancara dicatat dan didokumentasikan.
Setelah data dikumpulkan dari lapangan, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Pertama, data diinput ke dalam komputer. Kedua, data wilayah tutur bahasa dikelompokkan berdasarkan bahasanya sehingga terlihat bahasa apa yang digunakan dan dituturkan di mmelihat perbedaan apakah sampel data yang diambil itu berbeda secara dialektologis atau secara bahasa.ana saja. Kemudian, dari data instrumen daftar kosakata Swadesh diinput dan ditabulasi. Terakhir dilakukan perhitungan dialektometri untuk melihat perbedaan apakah sampel data yang diambil itu berbeda secara dialektologis atau secara bahasa. Seperti yang ditutip oleh Lauder (1993:141) rumus Seguy (1973) digunakan untukperhitungan dialektrometrinya. Rumusnya adalah
(sx100)
--------- = d%
N
S adalah jumlah beda dengan titik pengamatan lain,
N adalah jumlah peta yang dibandingkan, dan
D adalah jarak kosakata dalam %.
Setelah dilakuka kajian diperoleh kesimpulan bahwa di kota Bekasi hanya hidup dua bahasa daerah, yaitu bahasa Melayu Betawi (pinggir) dan bahasa Sunda. Berdasarkan data yang dikumpulkan bahasa Melayu Betawi hidup di sebelas kecamatan dari dua belas kecamatan yang berada di kota Bekasi , sedangkan bahasa Sunda hanya hidup di dua kecamatan saja. Bahasa Sunda hanya hidup di Kecamatan Jati Sampurna dan Kecamatan Bantar Gebang. Kemudian, bahasa Melayu Betawi dan bahasa Sunda memiliki realisasi leksikon yang berbeda.
Berdasarkan uji dialektometri, diketahui derajat perbedaan di antara keduanya pada angka 76,5% maka dapat dikatakan tingkat kekerabatan antara bahasa Melayu Betawi di kota Bekasi dan bahasa Sunda di kota Bekasi ada pada 23,5%.