• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Cerita Detektif
Kategori: Gejala Sastra

 

Cerita detektif memiliki ciri khas, yaitu ragam cerita yang mengungkapkan rahasia suatu pembunuhan. Dalam cerita detektif pertama-tama harus ada mayat atau peristiwa kematian sebagai hasil kejahatan (crime) atau pembunuhan. Untuk mencapai efek ketegangan, dalam alur pokok cerita detektif selalu diselingi flashback, yakni secara bertahap diperlihatkan apa yang menjadi motif pembunuhan dan siapa pelakunya. Dalam proses pengungkapan rahasia itu terlebih dulu diciptakan konflik berupa kesimpangsiuran atau keragu-raguan tentang siapa pelaku pembunuhan. Setiap orang yang pernah berhubungan dengan korban tak luput dari sasaran kecurigaan. Di akhir cerita baru ditunjukkan bahwa ternyata pelaku pembunuhan bukan orang yang disangka-sangka. Ia bisa orang terdekat dengan korban, salah satu anggota keluarganya, anak wayang yang belum balig, orang yang sudah tua renta, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat berkaitan dengan kejiwaan yang mengalami gangguan (pathologist).

Cerita detektif klasik yang sudah mendunia, antara lain rangkaian seri cerita James Bond karya Ian Fleming dan seri petualangan detektif karya Sir Arthur Conan Doyle berjudul Sherlock Holmes. Dalam bacaan populer Indonesia pada tahun 50-an pernah dikenal tokoh detektif dalam buku Patjar Merah kaya Njoo Cheong Seng dan seri karya S. Mara. G.D. yang tumbuh sejak tahun 80-an. Apabila meninjau sejarah kesusastraan Indonesia maupun daerah (Jawa, Sunda) masing-masing pernah memiliki karya bercorak cerita detektif.

Suman H.S. pada masa-masa awal pertumbuhan sastra Indonesia pernah menghasilkan karya novel berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan yang dinilai para kritikus sebagai salah satu contoh cerita detektif. Selain itu, sebuah novel berjudul Tjintjin Stempel karya Ardisoma yang terbit tahun 1930-an juga dianggap sebagai karya sastra dari ragam cerita detektif. Dalam kesusastraan Sunda pernah ditulis novel berjudul Laleur Bodas 'Lalat Putih' karya Samsu dan Si Bedog Panjang 'Si Golok Panjang' karya Ki Umbara, saduran dari cerita detektif dalam bacaan berbahasa Belanda. Kedua novel itu juga dinilai sebagai cerita detektif.

Cerita Detektif lain adalah karya Agatha Christie, diantaranya (1) Anjing Kematian, (2) Gadis Ketiga, (3) Kenangan Kematian, (4) Mawar Tak Berduri, (5) Mereka Datang ke Bagdad, (6) Misteri Burung Hitam, (7) Misteri Kereta Api Biru, (8) Pembunuhan di Lorong, (9) Pembunuhan di Wisma Pendeta, (10) Pena Beracun, (11) Perjanjian dengan Maut, (12) Rumah di Tepi Kanal, (13) Skandal Perjamuan Natal, dan (14) Tiga Belas Kasus.

Kehadiran buku pertama cerita detektif karya Yokie, Detective Diary (DD), disambut positif. Buku tersebut diterbitkan oleh Gagas Media, Jakarta, cetak I tahun 2004- tebal VIII—2227. Tokoh cerita adalah peran pembantu yang sama. Tokoh detektif tersebut bernama Javit Adityo, seorang pemuda bertubuh kecil, berkacamata minus, dan berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di sebuah universitas di Depok. Yokie mulai menulis komik sejak sekolah dasar, tetapi baru tahun 2003 ia menulis DD. Sebelum itu, Yokie aktif menulis cerita detektif di buletin kampus Iqro. Oleh karena itu, sebagian besar kisah ceritanya merupakan kumpulan dari tulisan lepas-lepas yang pernah terbit dalam Iqro. Cerita Yokie ini juga cocok untuk jenis pembaca yang tidak punya waktu membaca novel panjang, tetapi ingin membaca kisah dan kasus-kasus pendek yang cepat terungkap dalam 10—20 halaman. Dalam cerita detektif hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah motif pelaku. Sebagai upaya menyajikan alternatif lokal, karya perdana Yokie ini patut dihargai.

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Cerita Wayang
    Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat ...
  • Cerita Kentrung Sarahwulan
    Suku : Jawa Timur Genre : Cerita Rakyat Provinsi: Provinsi Jawa Timur Kabupaten/Kota: Kabupaten.Tuban Penyebaran: Semarang, Pati, Jepara, Blora, dan Tuban  Cerita kentrung dimainkan pada ...
  • Cerita Silat
    Cerita silat sangat populer sebagai bacaan hiburan bagi para penggemarnya di Indonesia pada masa sekitar sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Cerita silat sebagai hiburan biasanya hadir dalam ...
  • MITOS DALAM CERITA “BUKIT TAMBUN TULANG”
    Peneliti : Sarman , S.Pd Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2013 Abstrak :Mitos, menurut pandangan Levi-Strauss, adalah dongeng yang dihasilkan oleh daya nalar manusia, ...
  • AKTUALITAS CERITA DAN NILAI MORAL NOVELET "MADRE" SEBAGAI SASTRA POPULER DALAM BUKU MADRE KARYA DEE
    Peneliti : Prima Hariyanto, S.Hum Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2012 Abstrak :Peristiwa Reformasi 1998 telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Cerita Detektif
    Kategori: Gejala Sastra

     

    Cerita detektif memiliki ciri khas, yaitu ragam cerita yang mengungkapkan rahasia suatu pembunuhan. Dalam cerita detektif pertama-tama harus ada mayat atau peristiwa kematian sebagai hasil kejahatan (crime) atau pembunuhan. Untuk mencapai efek ketegangan, dalam alur pokok cerita detektif selalu diselingi flashback, yakni secara bertahap diperlihatkan apa yang menjadi motif pembunuhan dan siapa pelakunya. Dalam proses pengungkapan rahasia itu terlebih dulu diciptakan konflik berupa kesimpangsiuran atau keragu-raguan tentang siapa pelaku pembunuhan. Setiap orang yang pernah berhubungan dengan korban tak luput dari sasaran kecurigaan. Di akhir cerita baru ditunjukkan bahwa ternyata pelaku pembunuhan bukan orang yang disangka-sangka. Ia bisa orang terdekat dengan korban, salah satu anggota keluarganya, anak wayang yang belum balig, orang yang sudah tua renta, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat berkaitan dengan kejiwaan yang mengalami gangguan (pathologist).

    Cerita detektif klasik yang sudah mendunia, antara lain rangkaian seri cerita James Bond karya Ian Fleming dan seri petualangan detektif karya Sir Arthur Conan Doyle berjudul Sherlock Holmes. Dalam bacaan populer Indonesia pada tahun 50-an pernah dikenal tokoh detektif dalam buku Patjar Merah kaya Njoo Cheong Seng dan seri karya S. Mara. G.D. yang tumbuh sejak tahun 80-an. Apabila meninjau sejarah kesusastraan Indonesia maupun daerah (Jawa, Sunda) masing-masing pernah memiliki karya bercorak cerita detektif.

    Suman H.S. pada masa-masa awal pertumbuhan sastra Indonesia pernah menghasilkan karya novel berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan yang dinilai para kritikus sebagai salah satu contoh cerita detektif. Selain itu, sebuah novel berjudul Tjintjin Stempel karya Ardisoma yang terbit tahun 1930-an juga dianggap sebagai karya sastra dari ragam cerita detektif. Dalam kesusastraan Sunda pernah ditulis novel berjudul Laleur Bodas 'Lalat Putih' karya Samsu dan Si Bedog Panjang 'Si Golok Panjang' karya Ki Umbara, saduran dari cerita detektif dalam bacaan berbahasa Belanda. Kedua novel itu juga dinilai sebagai cerita detektif.

    Cerita Detektif lain adalah karya Agatha Christie, diantaranya (1) Anjing Kematian, (2) Gadis Ketiga, (3) Kenangan Kematian, (4) Mawar Tak Berduri, (5) Mereka Datang ke Bagdad, (6) Misteri Burung Hitam, (7) Misteri Kereta Api Biru, (8) Pembunuhan di Lorong, (9) Pembunuhan di Wisma Pendeta, (10) Pena Beracun, (11) Perjanjian dengan Maut, (12) Rumah di Tepi Kanal, (13) Skandal Perjamuan Natal, dan (14) Tiga Belas Kasus.

    Kehadiran buku pertama cerita detektif karya Yokie, Detective Diary (DD), disambut positif. Buku tersebut diterbitkan oleh Gagas Media, Jakarta, cetak I tahun 2004- tebal VIII—2227. Tokoh cerita adalah peran pembantu yang sama. Tokoh detektif tersebut bernama Javit Adityo, seorang pemuda bertubuh kecil, berkacamata minus, dan berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di sebuah universitas di Depok. Yokie mulai menulis komik sejak sekolah dasar, tetapi baru tahun 2003 ia menulis DD. Sebelum itu, Yokie aktif menulis cerita detektif di buletin kampus Iqro. Oleh karena itu, sebagian besar kisah ceritanya merupakan kumpulan dari tulisan lepas-lepas yang pernah terbit dalam Iqro. Cerita Yokie ini juga cocok untuk jenis pembaca yang tidak punya waktu membaca novel panjang, tetapi ingin membaca kisah dan kasus-kasus pendek yang cepat terungkap dalam 10—20 halaman. Dalam cerita detektif hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah motif pelaku. Sebagai upaya menyajikan alternatif lokal, karya perdana Yokie ini patut dihargai.

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Cerita Wayang
    Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat ...
  • Cerita Kentrung Sarahwulan
    Suku : Jawa Timur Genre : Cerita Rakyat Provinsi: Provinsi Jawa Timur Kabupaten/Kota: Kabupaten.Tuban Penyebaran: Semarang, Pati, Jepara, Blora, dan Tuban  Cerita kentrung dimainkan pada ...
  • Cerita Silat
    Cerita silat sangat populer sebagai bacaan hiburan bagi para penggemarnya di Indonesia pada masa sekitar sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Cerita silat sebagai hiburan biasanya hadir dalam ...
  • MITOS DALAM CERITA “BUKIT TAMBUN TULANG”
    Peneliti : Sarman , S.Pd Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2013 Abstrak :Mitos, menurut pandangan Levi-Strauss, adalah dongeng yang dihasilkan oleh daya nalar manusia, ...
  • AKTUALITAS CERITA DAN NILAI MORAL NOVELET "MADRE" SEBAGAI SASTRA POPULER DALAM BUKU MADRE KARYA DEE
    Peneliti : Prima Hariyanto, S.Hum Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2012 Abstrak :Peristiwa Reformasi 1998 telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek ...
  • Cerita Wayang
    Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat ...
  • Cerita Kentrung Sarahwulan
    Suku : Jawa Timur Genre : Cerita Rakyat Provinsi: Provinsi Jawa Timur Kabupaten/Kota: Kabupaten.Tuban Penyebaran: Semarang, Pati, Jepara, Blora, dan Tuban  Cerita kentrung dimainkan pada ...
  • Cerita Silat
    Cerita silat sangat populer sebagai bacaan hiburan bagi para penggemarnya di Indonesia pada masa sekitar sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Cerita silat sebagai hiburan biasanya hadir dalam ...
  • MITOS DALAM CERITA “BUKIT TAMBUN TULANG”
    Peneliti : Sarman , S.Pd Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2013 Abstrak :Mitos, menurut pandangan Levi-Strauss, adalah dongeng yang dihasilkan oleh daya nalar manusia, ...
  • AKTUALITAS CERITA DAN NILAI MORAL NOVELET "MADRE" SEBAGAI SASTRA POPULER DALAM BUKU MADRE KARYA DEE
    Peneliti : Prima Hariyanto, S.Hum Tanggal Penelitian : Dipublikasikan : TERBIT Tahun Terbit : 2012 Abstrak :Peristiwa Reformasi 1998 telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa