Hadiah Horison pertama kali diberikan pada tahun 1969 untuk karya-karya sastra terbaik yang telah dimuat dalam Horison tahun 1966, 1967, dan 1968. Hadiah itu berupa uang sebesar Rp5.000,00. Di samping karya sastra terbaik, dipilih juga karya sastra yang mendapat pujian dari redaksi tanpa mendapat hadiah. Rapat juri ini diadakan pada Jumat, 21 Februari 1969 pukul 12.00 WIB di Balai Budaya. Sebagai juri untuk cerita pendek, puisi, dan esai ialah H.B. Jassin, Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, dan Arief Budiman, sedangkan sebagai penulis Mansur Sjahdan. Rapat dibuka oleh Arief Budiman.
Hadiah Horison tahun 1966—1967 untuk cerita pendek diberikan kepada Umar Kayam untuk ceritanya yang dimuat pada Horison No.4 tahun 1966, berjudul "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan". Sementara itu, cerita pendek yang mendapat pujian dari redaksi Horison untuk tahun 1966—1967 adalah cerpen karya M. Fudoli yang dimuat dalam Horison No.1 tahun 1966 dengan judul "Si Kakek dan Burung Dara"; cerpen karya M. Abnar Romli yang dimuat Horison No.2 tahun 1967, dengan judul "Penjual Kapas".
Hadiah Horison tahun 1966—1967 untuk puisi diberikan kepada Subagio Sastrowardojo, untuk puisinya yang dimuat dalam Horison No.2 tahun II, Februari 1967, berjudul "Dan Kematian Makin Akrab: Sebuah Rekwin". Puisi yang mendapatkan pujian redaksi Horison tahun 1966—1967 adalah karya Sanento Juliman yang dimuat Horison No.12 tahun II, Desember 1967 dengan judul "Laut".
Hadiah Horison untuk cerita pendek tahun 1968 diberikan kepada Danarto untuk cerita pendeknya yang dimuat Horison No.2 tahun 1968, yang judulnya merupakan gambar panah di jantung. Cerita pendek yang mendapat pujian redaksi Horison tahun 1968 adalah Julius Sijaranamual yang dimuat Horison No.7 tahun 1968 dengan judul "Larut Malam"; karya Satyagraha Hoerip dengan judul "Sebelum yang Terakhir" yang dimuat Horison No.12 tahun 1968; karya Gerson Poyk dengan judul "Oleng Kemoleng". yang dimuat Horison No.7 tahun 1968
Hadiah Horison untuk esai tahun 1966—1967 tidak ada. Hadiah Horison untuk esai tahun 1968 diberikan kepada Sanento Juliman dengan esai berjudul "Dalam Bayangan Sang Pahlawan" yang dimuat dalam Horison No.3 tahun III, Maret 1968.
Hadiah Horison untuk ilustrasi diberikan kepada para pelukis yang diberi kesempatan untuk membuat illustrasi di dalam majalah ini yang dipilih oleh redaksi. Dengan demikian, hadiah di sini lebih merupakan pendorong bagi beberapa pelukis tertentu di lingkungan majalah Horison untuk lebih memperkembangkan bakatnya. Tahun 1966—1967 hadiah ini diberikan kepada Djufri Tannisan untuk ilustrasi cerita pendek "Agnieska dan Pietrek". Pujian dari redaksi diberikan kepada Sriwidodo untuk illustrasi cerita pendek "Pada Terangnya Bulan". Tahun 1968 hadiah ini diberikan kepada Popo Iskandar dengan gambar kulit muka. Pujian dari redaksi diberikan kepada Djufri Tannisan untuk ilustrasi cerita pendek "Sebelum yang Terakhir".Untuk selanjutnya hadiah Horison diberikan tidak menentu (teratur) waktunya.
Tahun 1977—1978 untuk pertama kalinya Horison mengadakan sayembara penuliskan cerita pendek. Dewan juri terdiri atas Ali Audah, Goenawan Mohamad, Mochtar Lubis, dan Sapardi Djoko Damono. Dalam sayembara itu dipilih satu cerita pendek terbaik dan diberi hadiah sebesar Rp50.000,00. Naskah cerita pendek yang masuk ke dewan juri sebanyak 215 naskah. Oleh karena itu, pada terbitan Horison bulan April 1978, dewan juri menunda mengumumkan pemenangnya. Akhirnya, pada terbitan bulan Mei 1978, dewan juri memutuskan pemenang sayembara penulisan cerita pendek Horison 1977—1978 sebagai berikut
-
Pemenang hadiah untuk cerita pendek terbaik tidak ada.
-
Tiga cerita pendek terpilih mendapatkan hadiah hiburan sebesar Rp25.000,00, yaitu Mohammad Fudoli untuk cerita pendeknya berjudul "Sisifus"; Putu Wijaya untuk cerita pendeknya berjudul "Tidak"; dan Wildan Yatim untuk cerita pendeknya berjudul "Perburuan Penghabisan".
Selain itu, dewan juri juga mengusulkan 22 cerita pendek yang sudah terseleksi untuk dimuat dalam Horison.
Dewan Juri Sayembara Mengarang Esai Ulang Tahun ke-31 Horison, yang terdiri dari Ikranagara (Ketua), Jamal D. Rahman (Anggota), dan Fadli Zon (Anggota) setelah membaca dan menilai 110 esai yang masuk ke panitia dengan memperhatikan segi isi, penyajian, dan bahasa memutuskan dan menetapkan para pemenang sebagai berikut. Pemenang pertama hadiah Rp3.000.000,00 diberikan kepada Tirto Suwondo (Yogyakarta) untuk esainya berjudul "Dari Krisis Politik sampai Legitimasi Kekuasaan: Studi tentang Sastra, Masyarakat, dan Raja di Jawa Abad XIII dan XIX"; pemenang kedua hadiah Rp2.500.000,00 diberikan kepada Afrizal Malna (Tangerang) untuk esainya berjudul "Narasi Baru dari Kematian Kata dan Pluralisasi Media"; pemenang ketiga hadiah Rp2.000.000,00 diberikan kepada Joko Pinurbo (Yogyakarta) untuk esainya berjudul "Puisi di Tengah Wacana Kekuasaan"; pemenang keempat dan kelima tidak ada.
Dewan Juri Sayembara Mengarang Cerita Pendek Ulang Tahun ke-31 Horison, yang terdiri dari Hamsad Rangkuti (Ketua), Sutardji Calzoum Bachri (Anggota), Ikranagara (Anggota), dan Agus R. Sarjono (Anggota) setelah membaca dan menilai 1.471 cerita pendek yang masuk ke panitia dengan memperhatikan segi isi, penyajian dan bahasa, memutuskan dan menetapkan para pemenang sebagai berikut. Pemenang pertama hadiah Rp3.000.000,00 diberikan kepada Taufik Ikram Jamil (Pekanbaru) untuk cerita pendeknya berjudul "Menjadi Batu"; pemenang kedua hadiah Rp2.500.000,00 diberikan kepada Ramadhan K.H. (waktu itu bermukum di Berlin) untuk cerita pendeknya berjudul "Enclave" (Daerah Kantong); pemenang ketiga hadiah Rp2.000.000,00 diberikan kepada Sri Kuncoro (Yogyakarta) untuk cerita pendeknya berjudul "Lukisan Semata Pisau"; pemenang keempat hadiah Rp1.500.000,00 diberikan kepada Motinggo Busye (Jakarta) untuk cerita pendeknya berjudul "Bangku Batu"; dan pemenang kelima hadiah Rp1.000.000,00 diberikan kepada Mardjono (Jepara) untuk cerita pendeknya berjudul "Rumah". Cerita-cerita pendek tersebut di atas dimuat dalam edisi-edisi Horison tahun 1997.
Horison tahun 2004 menyelenggarakan "Penerima Anugerah Sastra Horison". Dewan Juri memutuskan: pengarang cerita pendek Raudal Tanjung Banua menerima Anugerah Sastra Horison 2004 melalui cerpennya "Cerobong Tua Terus Mendera". Cerpen tersebut menyisihkan 1.500-an peserta Sayembara Menulis Cerita Pendek yang diadakan dalam rangka ulang tahun ke-38 Horison.
Anugerah Sastra Horison 2004 berupa hadiah uang tunai sebesar lima belas juta rupiah yang penyerahannya dilakukan pada acara penutupan program Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB), 30 September 2004, di Balikpapan, Kalimantan Timur. Acara itu sendiri diikuti sekitar 600 siswa dan guru SMU dan sekolah sederajat se-Balikpapan. Perlu dijelaskan bahwa SBSB adalah program Horison berupa apresiasi sastra untuk siswa SMU, yang diselenggarakan sejak tahun 2000 atas dukungan dana The Ford Foundation. Raudal Tanjung Banua yang kini tinggal di Yogyakarta menerima langsung Anugerah Sastra Horison 2004 sekaligus menjadi sastrawan tamu pada acara SBSB tersebut.
Di samping itu, Dewan Juri Sayembara (Taufiq Ismail, Jamal D. Rahman, Agus R. Sarjono, Cecep Syamsul Hari, Moh. Wan Anwar, dan Joni Ariadinata) menetapkan 14 cerpen yang disebutnya sebagai Cerpen Terbaik Sayembara Horison 2004. Keempat belas cerpen adalah karya (berdasarkan abjad penulis) sebagai berikut. (1) A. Rahim Qahhar, Medan, judul karya "Angin Arbain"; (2) Beni Setia, Madiun, judul karya "Enam Janin pada Kelamin Saya"; (3) Eriyandi Budiman, judul karya "Prasasti Kesedihan Ijrail yang Pertama"; (4) Gunawan Tri Atmodjo, Surakarta, judul karya "Gerimis Bermata Batu"; (5) Isbedy Stiawan ZS, Bandar Lampung, judul karya "Setiap Malam Kami Dengar Jeritan dari Ladang Tebu Itu"; (6) Khairul Jasmi, Padang, judul karya "Sengketa Mayat"; (7) Kurnia Effendi, Jakarta Timur, judul karya "Terompet"; (8) Puthut EA, Yogyakarta, judul karya "Dalam Pusaran Kampung Kenangan"; (9) Puthut EA, Yogyakarta, judul karya "Kupu-Kupu Bersayap Gelap"; (10) Ratih Kumala, Solo, judul karya "Nach Westen"; (11) Raudal Tanjung Banua, Yogyakarta, judul karya "Tali Rabab"; (12) Sunlie Thomas Alexander, Bangka Belitung, judul karya "Jelaga Hio"; (13) Wayan Sunarta, Denpasar, judul karya "Puncak Ketujuh"; (14) Yonhs Wunang, Waingapu (Nusa Tenggara Timur), judul karya "Saunggi". Cerita-cerita pendek tersebut dimuat pada edisi-edisi Horison tahun 2005.