Gema Islam merupakan majalah pengetahuan dan kebudayaan Islam yang terbit pada tahun 1960-an dan mempunyai arti penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Majalah yang pertama kali terbit tanggal 15 Januari 1962 itu berdiri di bawah naungan Yayasan Perpustakaan Islam Pusat dengan Akta Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo, No.29, tanggal 11 November 1961, dengan izin peperda Jakarta Raya No. 222, tanggal 15 Desember 1961.
Majalah Gema Islam yang merupakan majalah setengah bulanan, terbit tiap tanggal 1 dan 15. Motivasi kelahiran majalah itu ialah kehendak untuk mengisi dan melaksanakan pola pembangunan semesta berencana. Hal itu terlihat dari pembuka kata majalah Gema Islam, "Pembangunan Semesta Berentjana adalah pembangunan bangsa dan tanah air besar2-an meliputi segala bidang, sehingga terwujud bangsa Indonesia yang besar, layak duduk setaraf dengan bangsa lain. Termasuk pembangunan mental dan rokhani". Majalah Gema Islam tidak mempunyai moto.
Sasaran pembaca majalah itu adalah masyarakat Islam pada umumnya. Gema Islam ingin membangun kekuatan iman dan tauhid yang terpendam dalam jiwa umat Islam dalam rangka pembangunan semesta berencana. Penerbitan majalah itu bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan kebudayaan Islam serta mengukuhkan jiwa beragama. Atas dasar tujuan itu, dibuka agen hampir di seluruh kota Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Sumedang, Cirebon, Garut, Palembang, Bukittinggi, Padang, Medan, Pematangsiantar, Padangsidempuan, Banda Aceh, Tanjung Pandan, Tanjung Karang, Bogor, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bangil, Kediri, Pekalongan, Semarang Lombok Timur, Ambon, dan Banjarmasin.
Artikel keislaman yang termuat dalam majalah Gema Islam, itu antara lain sejarah perkembangan Islam di Indonesia, tafsir Alquran, pengetahuan dan kebudayaan tentang keislaman, perekonomian, dan pandangan dan pikiran Presiden Sukarno tentang ajaran Islam di Indonesia.
Majalah Gema Islam ikut menyumbangkan dan menyebarluaskan sastra. Karya sastra yang bernuansa Islam merupakan karya yang mendapat prioritas untuk dimuat. Sastra yang tampil dalam majalah itu sebagian besar berbentuk puisi, yang berjumlah 70 sajak, antara lain (1) "Bahtera-Kala" karya Abu Zaki (Hamka), GI, No. 1, tahun. I, 15 Januari 1962 ; (2) "Gema Islam", karya A. Makarausu Amansjah, GI No. 2, tahun I, 1 Februari 1962; (3) "Telah Kami Singsingkan Lengan Baju" karya Edy Tatapangarsa, GI, No.3, tahun I, 15 Februari 1962; (4) sajak "Di Udara Sedingin Ini", karya Bur Raswanto, GI, No. 31 tahun II, 1 Mei 1963; (5) "Subuh" karya Muhamad Dawam, GI, No. 23, tahun II, 1 Januari 1963; (6) "Pulang" karya Muhamad Dawam, GI, No. 56, tahun III, 15 Agustus 1964; (7) "Lelaki Tua", karya Muhamad Dawam, GI, No. 56, 15 Agustus 1964; (8) "Anak Masa" karya Kasim Mansoer, GI, No. 75, tahun IV, 1 Mei 1965; (9) "Pesan" karya Bahrum Rangkuti, GI, No.85, tahun V, 15 Oktober 1966 , (10) "Ini adalah Tonggak-tonggak Kebenaran" karya Salim Fachri, GI, No. 87, tahun V, 15 November 1966; (11) sajak "Kepada Angkatan 66" karya Achmad Rivai, GI, No. 84, tahun V, Oktober 1966 dan; (12) "Pasrah" karya M. Achjat, GI, No. 92, tahun V, Maret 1967.
Beberapa cerpen dan esai yang muncul dalam majalah Gema Islam sebagai pelengkap sekalipun tidak tertera tanggal dan nomor terbit akan dipaparkan berikut ini; (1) "Benang Halus" karya Ali Badaur, (2) "Sisa-Sisa Korban" karya Djamaluddin, Al Buny, dan (3) "Tanduk Kerbau" karya Nasrul Sidik. Esai sastra yang tampil dalam majalah itu antara lain (1) "Pertemuan dengan Sadjak" karya Armaya dan (2) "Islam dan Kesusasteraan Indonesia Modern" karya Bahrum Rangkuti yang dimuat secara bersambung. Karya itu berasal dari skripsi sarjana muda Bahrum Rangkuti pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, tahun 1962. Majalah itu juga memuat cerita bergambar dengan judul "Sultan Saladin" karya C. Israr. Selain itu, Gema Islam juga memuat rubrik "Surat Pembaca". Surat-surat yang ditujukan kepada Gema Islam datang dari berbagai daerah.
Keberadaan majalah Gema Islam tidak dapat terlepas dari peran para pengasuhnya. Gema Islam muncul atas ide Jendral Abdul Haris Nasution. Penanggung jawab dan para pengasuh majalah itu ialah Brigadir Jendral Soedirman sebagai pemimpin umum, Letnan Kolonel M. Rowi sebagai penanggung jawab, H. Anwar Tjokroaminoto, Dr. A.Mukti Ali, M. Isa Idris, dan H. Mahbub Djunaidi sebagai dewan redaksi, Rusjdi Hamka sebagai sekretaris, dan H.M. Jusuf Ahmad sebagai pemimpin usaha. Redaksi majalah tersebut berada di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Majalah tersebut memuat berita: (1) Ilmu Pengetahuan Modern; (2) Kronik Internasional; (3) Editorial; (4) Kesehatan; (5) Tasauf ; (6) Surat Pembaca, (7) Tanya Jawab; (8) Ilmu Kebudayaan Islam; (9) Puisi; dan (10) Cerpen. Editor pada saat itu adalah Hamka, Bahrum Rangkuti, dan S. Baroroh Baried. Para redaksi majalah hanya tinggal menunggu naskah yang datang dari berbagai daerah.
Majalah Gema Islam pada penerbitan Januari 1962 dicetak oleh percetakan NV Dharma. Namun, pada bulan Desember 1962 majalah tersebut dicetak oleh NV Pemandangan. Awal tahun 1963 Gema Islam kembali dicetak oleh percetakan NV Dharma. Pada akhir tahun 1962 oplah Gema Islam mencapai 30.000 eksemplar. Tiras majalah itu mengalami perkembangan pada awal tahun 1963, yaitu 34.000 eksemplar. Adapun harga setiap eksemplar Rp8,00 pada bulan Januari 1962; Rp15,00 pada bulan September 1962; Rp80,50 pada bulan November 1964; dan Rp120,00 pada bulan Mei 1965. Majalah itu tersimpan di Perpustakaan Nasional berjumlah 64 ek esemplar, dengan Nomor katalog B 3009.