F.D. J. Pengemanann bersama-sama dengan Tirto Adhi Soerjo, dapat dikatakan sebagai penulis pribumi asli yang pertama-tama. F.D.J. Pangemanann berprofesi sebagai wartawan dan penulis novel. Pada masa itu hubungan antara dunia pers dan dunia sastra sangat dekat sebab sebagian besar sastrawan berprofesi sebagai wartawan.
Sebagaimana dinyatakan Soebagijo I.N. dalam bukunya Sejarah Pers Indonesia, surat kabar di Indonesia berkembang pesat karena hadirnya penulis pribumi, salah seorang di antaranya Pangemanann.
Claudine Salmon, 1980, dalam tulisannya yang dimuat di Archipel 20: 184; menyatakan bahwa F.D.J. Pangemanann adalah orang Minahasa yang hidup tahun 1870--1910. Kariernya di bidang jurnalistik dimulai saat ia bekerja di surat kabar Bintang Betawi. Surat kabar tersebut terbit tahun 1894--1906. Cerita bersambungnya berjudul "Tjerita Rossina" dimuat dalam harian tersebut, yang kemudian diterbitkan kembali oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Tempo Doeloe. Setelah Bintang Betawi gulung tikar, ia bekerja di harian Kabar Perniagaan yang terbit 1903--1907. dalam dunia kewartawanan ia berjasa memprakarsai berdirinya organisasi pertama wartawan yang didirikan di Betawi tanggal 6 Januari 1906, yang bernama Maleische Journalisten Bond. Dalam organisasi itu Pangemanann menjabat sebagai sekretaris. Selanjutnya, Pramoedya Ananta Toer menyatakan bahwa F.D.J. Pangemanann dapat digolongkan dalam tokoh perbatasan. Kadang-kadang ia bersikap kolonial, tetapi kadang-kadang ia bersikap tidak kolonial, seperti terlihat dalam tulisannya "Tjerita Rossina" dan bersama-sama Tirto Adhi Soerjo dalam tulisan-tulisannya di surat kabar Kabar Perniagaan, Taman Sarie, dan Medan Prijaji yang melancarkan kritiknya terhadap tingkah laku para pembesar negeri yang kemudian memberi jalan bagi lahirnya pers nasional di kemudian hari. Sikap kolonial Pangemanann karena nama marganya yang berasal dari Minahasa yang dalam sistem sosial masyarakat kolonial pada masa itu dipersamakan kedudukannya dengan penduduk Eropa. Nama Pangemanann juga muncul sebagai salah seorang tokoh fiksi dalam salah satu tetralogi novel yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer.
Sebagai sastrawan, F.D.J. Pangemanann menulis dua novel yang pertama berjudul "Tjerita Rossina" terbit tahun 1903 dan "Si Tjonat" terbit tahun 1900. novel "Tjerita Rossina" diragukan keasliaannya karena H.F.R. Kommer juga menulis dengan judul yang sama "Rossinna" (dengan dua n). Novelnya yang pertama ini setelah diterbitkan sebagai cerita bersambung juga dipentaskan di panggung komidi bangsawan yang melakukan pementasan di kota-kota besar pantai utara pulau Jawa. Balai Pustaka juga menerbitkan "Sja'ir Rosina" atas nama Toelis Soetan Sati pada tahun 1933 yang menyebutkan bahwa karangan itu dipetik dari karangan tuan F.D.J. Pangemanann. Tjerita Rossina mengisahkan kehidupan seorang budak perempuan yang dikisahkan memiliki wajah cantik bernama Rossina. Dalam cerita ini dapat dilihat sikap antikolonial penulisnya dengan komentar-komentarnya terhadap golongan peranakan yang terwakilkan oleh tokoh njonja van der Ploegh. Cerita ini sebagaimana kisah-kisah yang lain adalah berbentuk cerita kriminal mengenai kawanan perampok yang dipimpin oleh seorang pemuda bernama Djojo. Novel Pangemanann yang terbit sebelumnya yang berjudul Si Tjonat juga berbentuk cerita kriminal yaitu kisah seorang kepala penyamun bernama si Tjonat. Cerita ini pada awalnya juga menjadi bahan untuk pentas komidi bangsawan, tetapi karena ceritanya rumit orang menjadi segan untuk memakainya.