Suara Muhammadiyah adalah salah satu majalah yang terbit di Yogyakarta. Dalam kancah sastra Indonesia di Yogyakarta, nama Suara Muhammadiyah adalah penting karena dalam setiap terbit, majalah ini selalu memuat rubrik sastra. Rubrik sastra yang terdapat dalam Suara Muhammadiyah biasa dikenal dengan nama rubri "Naviri". Rubrik "Naviri" diisi oleh jenis sajak, cerita pendek, dan esai sastra. Bahkan, dalam rubrik ini juga di muat cerita sejarah para pejuang Islam atau tarich, kisah perjuangan para sahabat atau tokoh pejuang Islam di zaman Rasulullah atau zaman sahabat.
Menurut sejarahnya, Suara Muhammadiyah diterbitkan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Terbitnya majalah ini dimaksudkan sebagai corong atau sarana dakwah organisasi. Majalah ini terbit pertama kali pada bulan Januari 1915, tiga tahun setelah organisasi Muhammadiyah berdiri (1912). Majalah ini pertama kali terbit dicetak degan huruf Jawa dan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Di samping itu, majalah ini juga hanya berisi hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan seperti masalah toharoh (bersuci), shalat, kitab puasa, dan masalah zakat. Adapun redaksi majalah dipimpin langsung oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dalam perkembangan selanjutnya, Suara Muhammadiyah mengalami perubahan dari bahasa Jawa ke bahasa Melayu, dari tulisan Jawa ke tulisan latin. Perubahan itu berkaitan dengan berkembangnya jumlah oplah majalah yang dikirim ke luar Jawa. Karena oplah Suara Muhammadiyah beredar sampai ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagainya, sejak tahun 1928, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Dengan perubahan itu, diharapkan Suara Muhammadiyah bisa dibaca dan dipahami oleh seluruh bangsa di Nusantara.
Dalam perkembangannya, majalah tersebut mengalami perubahan. Perubahan itu sejalan dengan perkembangannya yang semakin besar. Setiap kali terbit, penomoran halaman selalu berurutan dengan edisi sebelumnya. Misalnya, Suara Muhammadiyah edisi Februari 1952 tidak dimulai dari halaman 1, tetapi dimulai dari halaman 217. Kemudian edisi Desember dimulai dari halaman 377 dan seterusnya. Setiap terbit, Suara Muhammadiyah terdiri atas 17 halaman yang daftar isinya meliputi halaman judul, dari hati ke hati, maklumat pusat Muhammadiyah, pembaharuan, permusyawaratan daerah, ruangan majlis tabligh, ruang majlis ekonomi, halaman bergambar, halaman/kolom Aisiyah, dan warta berita.
Sejak tahun 60-an , Suara Muhammadiyah mulai menampilkan kisah-kisah nukilan tarich dengan judul "Naviri". Rubrik ini banyak menampilkan kisah para nabi dan kisah para sahabat nabi, cerita pendek, dan esai sastra. Di samping itu, Suara Muhammadiyah juga menampilkan rubrik puisi. Puisi yang dimuat, antara lain, berjudul "Api Revolusi di Tanah Air" karya Maria Amin dan "Kepada Siapa" karya Abdul Muin. Sejak saat itu, setiap kali terbit, Suara Muhammadiyah selalu memuat rubrik puisi. Kemudian, sejak munculnya Mohammad Diponegoro sebagai redaktur, pemuatan rubrik puisi dikurangi porsinya dan diganti dengan rubrik "Puitisasi Alquran". Hal itu berjalan selama lebih kurang sepuluh tahun. Sejak pertengahan tahun 1980-an sampai dengan tahun 1997, Suara Muhammadiyah memuat rubrik sastra secara umum lagi (puisi, cerita pendek, esai, dan tarich). Namun, sejak Indonesia mengalami krisis moneter (tahun 1998), rubrik sastra ditiadakan diganti dengan rubrik kebudayaan.