Majalah Zaman Baru terbit pertama kali tahun 1950 oleh penerbit PT Rakyat, Jalan Pintu Besar No. 93 Jakarta. Majalah ini terbit hampir bersamaan dengan lahirnya Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang berafiliasi pada PKI, tanggal 17 Agustus 1950. Sebagai majalah yang bernaung di bawah Lekra, Zaman Baru cenderung menampilkan karya-karya yang bercorak realisme sosialis. Susunan redaksinya adalah Rivai Apin dan A.S. Dharta (redaksi), S. Rukiah, Bakri Siregar, dan Basuki Effendi (pembantu), serta A. Wakidjan, F.L. Risakota, Agam Wispi, dan Waluyati Toer (penyelenggara). Editor bidang sastra adalah Rivai Apin dan A.S. Dharta. Moto penerbitan majalah ini adalah "Majalah Sastra dan Seni".
Selama beredar, majalah dengan ukuran 40 x 28 cm ini mengalami perubahan waktu terbit; hingga tahun 1957 terbit 10 harian, hingga tahun 1961 terbit sebagai dwimingguan, dan hingga tahun 1964 terbit sebulan sekali. Halaman isi menggunakan kertas koran dan sampulnya kertas HVS dengan tiras penerbitan terbit kurang lebih 5.000 eksemplar dan beredar secara nasional. Kota-kota yang tercakup oleh peredaran majalah ini adalah Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Krawang, Denpasar, Jambi, Madiun, Malang, dan Pekanbaru.
Hingga tahun 1965 harga majalah ini berubah-ubah sesuai fluktuasi nilai rupiah. Harga langganan majalah ini adalah Rp 180,00 untuk satu tahun, Rp 90,00 setengah tahun, eceran Rp30,00, dan nomor rangkap Rp100,00.
Rubrik yang terdapat dalam majalah Zaman Baru, antara lain, adalah ulasan kegiatan kebudayaan, kesenian, sejarah, berita budaya, dan karya sastra. Pengarang yang menulis karya sastra dalam majalah ini, antara lain, adalah Rivai Apin dengan puisinya "Elegi" dalam Nomor 11—12, 20—30 Agustus1957; Klara Akustia dengan puisinya "Satu Diskusi", "Kawan Baru yang Lama", "Granada" dan "Dia yang Berjalan Lagi" dalam Nomor 13, 10 September 1957; A.S. Dharta dengan esainya "Menyambut Sdr. Bakri Siregar dalam Teori" dalam Nomor 11—12, 20—30 Agustus 1957; W.S. Rendra dengan esainya "Metode Stanislavsky" dalam Nomor 16—17, 10—20 Oktober 1957; Riyono Pratikto dengan cerpennya "Darah Wanita" dalam Nomor 5, 10 Juni 1957; Utuy Tatang Sontani dengan dramanya "Di Muka Kelas" dalam Nomor 4, 1 Juni 1957; Sugiarta Sriwibawa dengan puisinya "Lagu di Atas Debu", "Sampur", "Hari Demi Hari", "Kunjungan Penghabisan", dan "Alun" dalam Nomor 16—17, 20—30 Oktober 1957; Trisno Sumardjo dengan esainya "Penyelenggaraan Kesenian Semasyarakat" dalam Nomor 8—9, 20—30 Juli 1957; Agam Wispi dengan puisinya "Sajak Putih Danau Putih", "Semalam", "Amoi", "Penjaja Roti", dan Di Tikungan Jalan" dalam Nomor 8—9, 20—30 Juli 1957; Chairil Anwar dengan puisinya "Diponegoro" dan "Krawang-Bekasi" dalam Nomor 11-12, 20-30 Agustus 1957; Rijonopratikto dengan cerpennya "Darah Wanita" dalam Nomor 5, 10 Juni 1957; dan M. Balfas dengan cerpennya "Seniman Gagal" dalam Nomor 3, 30 Mei 1957.
Majalah ini juga menampilkan sejumlah puisi yang ditulis oleh beberapa penyair setelah melakukan lawatan ke beberapa negara sosialis, seperti Cina, Korea Utara, dan Kuba. Mereka itu antara lain, Sitor Situmorang dengan sajak-sajaknya yang dimuat dan ditulis dalam majalah Zaman Baru yang kemudian diterbitkan dalam kumpulan sajak Zaman Baru.
Beberapa karya sastra yang pernah dimuat dalam majalah ini sudah diterbitkan menjadi buku, yaitu puisi karya Rivai Apin yang berjudul "Eligi". Puisi itu terbit dalam kumpulan puisi Elegi bersama puisi Rivai Apin yang lain.