Cintaku Di Kampus Biru merupakan novel karya Ashadi Siregar yang semula berupa cerita bersambung dalam surat kabar Kompas tahun 1972. Cerita bersambung yang diterbitkan sebagai buku tahun 1974 oleh Penerbit Gramedia Jakarta. Novel itu mengalami lima kali celak ulang pada tahun 1970-an. Cintaku di Kampus Biru merupakan sebuah novel yang bercerita tentang seorang mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, bernama Anton. Anton adalah mahasiswa yang ceria dan brilian. Selain itu, juga menyenangi buku-buku. Sayangnya, ia sedang dihadapkan pada berbagai masalah dalam perkuliahannya.
Selain berkarakter demikian, Anton juga ahli dalam merayu dan sering terlibat dalam percintaan. Cerita dengan beberapa wanita di kampus tempat ia berkuliah merupakan peristiwa yang diangkat dalam novel itu. Berikut dipaparkan beberapa kisah percintaannya dengan para wanita.
Dalam novel itu diceritakan, seorang gadis bernama Marini yang ditinggalkan Anton karena Marini mendesak Anton agar segera mengawininya, sedangkan Anton belum memikirkan soal itu. Anton masih bergelut dengan persoalan kuliahnva yang belum rampung. Selain itu, karena ia pandai merayu para mahasiswi, akhirnya Erika pun jatuh cinta kepadanya. Anton sebelumnya memang telah jatuh cinta kepada Erika.
Karena cintanya itu pula, Anton datang ke rumah Erika hampir setiap hari sehingga membuat kecurigaan ibu Erika tentang hubungan mereka. Kecurigaan ibu Erika itulah yang membuat suatu pagar penghalang bagi Anton terhadap Erika. Ibu Erika hanya mengharapkan agar Anton dapat melupakan Erika karena Erika telah bertunangan dengan Usman yang sedang belajar di Jerman.
Sejak saat itu, Anton tidak pernah lagi datang ke rumah Erika. Hal itu membuat Erika merasa kehilangan sesuatu. Erika tidak mengetahui bahwa ibunya telah bertemu dengan Anton dan melarangnya untuk bertemu dengan Erika. Erika mengalami kekecewaan yang berkepanjangan apalagi setelah mendengar kabar bahwa Usman telah kawin dengan seorang gadis Jerman. Badan Erika makin kurus.
Pada suatu hari Anton bertengkar dengan Ibu Yusnita mengenai soal kuliah. Pertengkaran itu membuahkan suatu keputusan dari Ibu Yusnita bahwa tidak ada pembicaraan lagi tentang ujian Anton. Kata-kata itu membuat hati Anton menjadi panas, tetapi tidak pernah terpikirkan oleh Anton untuk berbuat sesuatu yang tidak diinginkan di dalam kampus.
Pada suatu hari terjadi demonstrasi terhadap Bu Yusnita. Secara langsung, Bu Yusnita menuduh Anton sebagai dalangnya. Bu Yusnita meminta agar Anton disidangkan dan dikeluarkan dari perguruan tinggi itu. Padahal, Anton tidak tahu-menahu tentang demonstrasi itu. Pada akhirnya, diketahui bahwa demonstrasi itu bukanlah perbuatan Anton seperti yang diiuduhkan oleh Bu Yusnita.
Dalam suatu survei ke daerah, Anton mendekati Bu Yusnita dengan harapan agar dapat menghasilkan perbaikan bagi dirinya. Bu Yusnita memang terbilang cantik. Tampaknya, Anton juga menyadari hal itu. Dalam suasana survei itu, Anton berhasil melemahkan hati Bu Yusnita hingga mereka bersahabat sangat akrab. Anton pun diam-diam mengagumi kecantikan Bu Yusnita dan secara terus terang hendak melamarnya. Namun, hasrat hati Anton untuk hidup sebagai suami istri dengan Bu Yusnita tidak dapat diterima Bu Yusnita karena umur mereka terpaut jauh. Bu Yusnita menyatakan bahwa ia akan menikah dengan salah seorang dosen di fakultas itu juga. Anton pun terpaku.
Anton sangat kecewa kemudian ia mendatangi Martini, tetapi gadis itu menolak. Bahkan, Martini berterus terang bahwa ia akan menikah dengan yang lain. Sementara itu, Erika pun telah dilupakannya dan Bu Yusnita akan pergi. Kekecewaannva itu membuat perasaan Anton tidak karuan.
Suatu hari, ketika Anton berkunjung ke rumah Widyasari, mantan kekasih kakak Erika. Anton mencoba merayu Widyasari. Pada saat itu Erika datang dengan wajah yang kusut. Karena menyadari di depannya ada Anton, dengan gugup Erika meninggalkan tempat itu terburu-buru. Widyasari sadar bahwa Anton itulah yang telah menghancurkan hati Erika hingga kondisi Erika demikian. Widyasari akhirnya bertindak sebagai dokter yang sedang menghadapi pasien yang parah. Ia menganjurkan agar Anton secepatnya kembali kepada Erika.
Sri Rahayu Th. Prihatmi (1975) dalam artikelnya yang berjudul "Terminal Cinta, Bagian dari Trilogi Ashadi" yang dimuat dalam Kompas 27 Mei 1975 menyatakan bahwa Cintaku di Kampus Biru memang merupakan potret jujur orang-orang muda zaman ini, kejujuran dalam memiliki problema dan nurani muda yang mampu mengundang keakraban penikmatnya.
Novel itu menampilkan persoalan bahwa kekecewaan atas putusnya cinta dapat menimbulkan kekeliruan dalam berpikir dan bertindak. Novel Cintaku di Kampus Biru sudah difilmkan. Ashadi Siregar mengatakan dan memberikan keterangan tentang novelnya itu sebagai berikut. Kehidupan mahasiswa dalam berpetualang cinta merupakan proyeksi masyarakat muda-mudi. Selama ini, kampus merupakan tempat yang paling menyenangkan. Di situ kegelisahan-kegelisahan diredakan dan frustrasi-frustrasi diendapkan.