Ibu merupakan novel pertama karya Tahi Simbolon yang diterbitkan tahun 1969 oleh Penerbit Erlangga. Novel itu memperoleh hadiah Penghargaan Sayembara Cerita Anak Muda-Mudi UNESCO dan IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tahun 1968.
Novel setebal 176 halaman itu diawali dengan cerita tentang kepulangan Remon dari sekolah di kota untuk berlibur setelah menempuh ujian akhir SMA. Di perjalanan ia berselisih dengan seorang gadis yang menurutnya sombong karena diantar oleh ayahnya. Ia juga bertemu dengan Paman Marajo yang sangat memedulikannya seolah-olah kepada anaknya sendiri. Kedua hal tersebut membuat Remon yang sudah menjadi anak yatim itu ingin tahu siapa ayahnya.
Novel Tahi Simbolon ini sebenarnya mengisahkan kecurigaan Remon atas ibunya, Maria, karena Maria tidak pernah mau mengatakan siapa ayahnya, sampai ia lulus SMA. Maria takut kehilangan Remon jika mengatakan hal yang sebenarnya. Sebaliknya, Remon mencurigai sikap ibunya itu sebagai sesuatu yang dirahasiakan. Mungkinkah ia anak haram? Kecurigaan itu menimbulkan keresahan di hati Remon karena ia ingin membangun hari depan dengan sesuatu yang jelas.
Kecurigaan Remon memuncak ketika ia melihat ibunya bersama dengan seorang lelaki yang selalu menghindarinya sehingga ia yakin, bahwa dirinya memang anak haram. Hal itu membuatnya berontak dan lari dari rumah. Dalam pelariannya itu Remon mendapat kecelakaan dan jatuh ke tangan perampok. Pemimpin perampok itu, Guru Jotak, satu kampung dengannya. Dari Guru Jotak itulah, Remon dapat mengetahui siapa bapak dan ibunya. Bapak Marajo dan ibu kandungnya, Tianna, telah menelantarkannya sejak lahir. Peristiwa itu membuat Remon makin mencintai ibu angkatnya yang dengan tulus telah memeliharanya sampai dewasa.
Novel itu menampilkan tema pencarian jati diri seorang anak yang tidak pernah mengenal ayahnya sampai remaja. Keistimewaannya terletak pada tokoh ibu. Ia bukan wanita yang bersuami dan juga bukan janda. Maria menjadi seorang ibu karena telah menemukan bayi dan telah membesarkannya hingga bayi itu tamat SMA. Sejak Maria menemukan bayi yang menjadi anak angkatnya, seluruh hidup dan cintanya diberikan kepada si anak sehingga ia tidak ingin bersuami. Bagi Maria, Remon merupakan segala-galanya karena kekasihnya yang pergi merantau tidak kembali dan ia sendiri merupakan anak tunggal dari ayah dan ibu yang telah meninggal. Hidup Maria sepenuhnya untuk Remon.
Maman Mahayana (1992) menyatakan, bahwa meskipun tidak banyak kritikus yang membahas novel Ibu, karya itu sangat menarik. Gambaran tokoh Maria sebagai ibu dan Guru Jotak sebagai bapak mencerminkan tipe ideal seorang ibu dan ayah. Pencarian jati diri tokoh ditampilkan melalui alur cerita yang rumit demi pencapaian amanat cerita atau mendukung tema.