• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Jantan   (1977)
Kategori: Karya Sastra

 
 

Jantan merupakan novel karangan Edijushanan yang diterbitkan pada tahun 1989 oleh Gramedia, Jakarta. Semula novel itu merupakan cerita bersambung di surat kabar Kompas. Dalam novel Jantan diungkapkan permasalahan dampak peperangan terhadap kepribadian seseorang. Novel itu mendapat Hadiah Kedua Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1977. Judul novel itu diangkat dari nama tokoh utamanya, yaitu Jantan.

Novel Jantan mengisahkan tokoh Jantan yang mengalami trauma atas kejadian pada masa peperangan. Ayah, ibu, dan adiknya meninggal pada masa perang dan ia tidak tahu di mana kuburan keluarganya itu. Ia juga dihadapkan pada kenyataan, bahwa istri yang sangat dicintainya ternyata seorang pengkhianat bangsa. Jantan mendapati istrinya sedang bercengkerama dengan serdadu-serdadu Belanda. Ia sangat terpukul dengan perilaku istrinya itu. Di satu pihak Jantan dengan gigih memanggul senjata untuk melawan Belanda. Di pihak lain, istrinya menjadi penghibur serdadu Belanda.

Setelah perang selesai, Jantan mengalami gangguan jiwa dan frustrasi. Setiap pagi ia pergi ke bukit sambil membawa cambuk. Setelah sampai di atas bukit, ia berdiri tegak di hadapan sebuah tonggak kayu. Di atas tonggak kayu itu diikatkannya sebuah bungkusan, kemudian ia mengayunkan cambuknya ke bungkusan itu sebanyak tujuh kali. Suara cambuk itu melengking memecah kesunyian. Setelah mengayunkan cambuknya itu, ia merasa puas dan tertawa terbahak-bahak. Kegiatan mencambuki bungkusan itu merupakan pelampiasan rasa dendamnya kepada peperangan yang telah merenggut nyawa keluarganya. Jantan dianggap sinting oleh orang kampung karena perbuatannya itu.

Akhirnya, Jantan bertemu dengan Rasdi, teman seperjuangannya. Pada saat itu Rasdi bercerita tentang adik Jantan. Jantan berharap Rasdi akan membawa kabar gembira mengenai adiknya. Ternyata kedatangan Rasdi membawa malapetaka. Rasdi menceritakan, bahwa adik Jantan telah meninggal dunia dan dikubur tanpa kedua lengannya. Setelah mendengar cerita Rasdi, Jantan sangat terpukul. Bungkusan yang setiap pagi dicambuknya itu dibayangkannya sebagai kedua lengan adiknya. Selanjutnya, Jantan berlari-lari sambil menjerit histeris. Akhirnya, Jantan terperosok ke dalam jurang.

Melalui novel itu, pengarang ingin menyampaikan gagasan utama, bahwa peperangan akan menelan korban dan menimbulkan penderitaan. Selain itu, peperangan juga akan melahirkan pahlawan dan pengkhianat.

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Kejantanan di Sumbing
    Kejantanan Di Sumbing merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Subagio Sastrowardoyo. Buku kumpulan cerita ini pertama kali diterbitkan oleh PT Pembangunan Djakarta tahun 1965. Pada ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Jantan   (1977)
    Kategori: Karya Sastra

     
     

    Jantan merupakan novel karangan Edijushanan yang diterbitkan pada tahun 1989 oleh Gramedia, Jakarta. Semula novel itu merupakan cerita bersambung di surat kabar Kompas. Dalam novel Jantan diungkapkan permasalahan dampak peperangan terhadap kepribadian seseorang. Novel itu mendapat Hadiah Kedua Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1977. Judul novel itu diangkat dari nama tokoh utamanya, yaitu Jantan.

    Novel Jantan mengisahkan tokoh Jantan yang mengalami trauma atas kejadian pada masa peperangan. Ayah, ibu, dan adiknya meninggal pada masa perang dan ia tidak tahu di mana kuburan keluarganya itu. Ia juga dihadapkan pada kenyataan, bahwa istri yang sangat dicintainya ternyata seorang pengkhianat bangsa. Jantan mendapati istrinya sedang bercengkerama dengan serdadu-serdadu Belanda. Ia sangat terpukul dengan perilaku istrinya itu. Di satu pihak Jantan dengan gigih memanggul senjata untuk melawan Belanda. Di pihak lain, istrinya menjadi penghibur serdadu Belanda.

    Setelah perang selesai, Jantan mengalami gangguan jiwa dan frustrasi. Setiap pagi ia pergi ke bukit sambil membawa cambuk. Setelah sampai di atas bukit, ia berdiri tegak di hadapan sebuah tonggak kayu. Di atas tonggak kayu itu diikatkannya sebuah bungkusan, kemudian ia mengayunkan cambuknya ke bungkusan itu sebanyak tujuh kali. Suara cambuk itu melengking memecah kesunyian. Setelah mengayunkan cambuknya itu, ia merasa puas dan tertawa terbahak-bahak. Kegiatan mencambuki bungkusan itu merupakan pelampiasan rasa dendamnya kepada peperangan yang telah merenggut nyawa keluarganya. Jantan dianggap sinting oleh orang kampung karena perbuatannya itu.

    Akhirnya, Jantan bertemu dengan Rasdi, teman seperjuangannya. Pada saat itu Rasdi bercerita tentang adik Jantan. Jantan berharap Rasdi akan membawa kabar gembira mengenai adiknya. Ternyata kedatangan Rasdi membawa malapetaka. Rasdi menceritakan, bahwa adik Jantan telah meninggal dunia dan dikubur tanpa kedua lengannya. Setelah mendengar cerita Rasdi, Jantan sangat terpukul. Bungkusan yang setiap pagi dicambuknya itu dibayangkannya sebagai kedua lengan adiknya. Selanjutnya, Jantan berlari-lari sambil menjerit histeris. Akhirnya, Jantan terperosok ke dalam jurang.

    Melalui novel itu, pengarang ingin menyampaikan gagasan utama, bahwa peperangan akan menelan korban dan menimbulkan penderitaan. Selain itu, peperangan juga akan melahirkan pahlawan dan pengkhianat.

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Kejantanan di Sumbing
    Kejantanan Di Sumbing merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Subagio Sastrowardoyo. Buku kumpulan cerita ini pertama kali diterbitkan oleh PT Pembangunan Djakarta tahun 1965. Pada ...
  • Kejantanan di Sumbing
    Kejantanan Di Sumbing merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Subagio Sastrowardoyo. Buku kumpulan cerita ini pertama kali diterbitkan oleh PT Pembangunan Djakarta tahun 1965. Pada ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa