• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Lusi Lindri   (1987)
Kategori: Karya Sastra

 
 

Lusi Lindri merupakan novel karya Y.B. Mangunwidjaya yang diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 1987 (cetakan I), dicetak dengan kertas buram 512 halaman dan tahun 1994 (cetakan II). Lusi Lindri merupakan bagian dari sebuah trilogi karya Y.B. Mangunwijaya. Dua novel lainnya adalah Roro Mendut dan Genduk Duku.

Lusi Lindri berlatar peristiwa sejarah pada masa kekuasaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Sunan Amangkurat I. Sistem pemerintahan yang kacau, dengan pembunuhan massal terhadap para santri, menyebabkan keretakan hubungan antara Sunan Amangkurat I dan Pangeran Purbaya. Pangeran Purbaya adalah kakak Sultan Agung Hanyokro-kusumo. Selain Pangeran Purbaya, Pangeran Selarong, seorang panglima yang berjiwa seniman, juga merasa kecewa. Dari luar istana, rakyat biasa juga menginginkan kejatuhan Sunan Amangkurat I, di antaranya Trunajaja, pengikut Pangeran Kajoran, dan orang-orang Pagelen.

Lusi Lindri berpusat pada tokoh Lusi Lindri. Keterkaitan peristiwa satu dengan peristiwa lainnya ditambah dengan pengamatan Lusi Lindri dari dalam istana tentang kesewenang-wenangan Sunan Amangkurat I dan pengikutnya memperlihatkan situasi pemerintahan yang kacau. Tokoh Lusi Lindri tidak mengalami penderitaan seperti yang dialami Roro Mendut dan Genduk Duku. Sejak kecil ia hidup di lingkungan istana. Ia dititipkan di puri milik Tumenggung Singaranu. Pada masa remaja ia diangkat sebagai salah satu anggota Trinisat Kenya, pasukan khusus pengawal raja yang terdiri atas para gadis cantik yang mahir olah perang. Ia melarikan diri dari lingkungan istana dan melakukan perlawanan gerilya bersama suami dan kaum pemberontak Pagelen karena kekecewaannya ketika melihat perilaku para pejabat istana yang penuh intrik dan sewenang-wenang terhadap rakyat kecil.

Cara Lusi Lindri mewujudkan perjuangannya cenderung lebih dekat dengan cara yang dipilih Roro Mendut. Ia lebih berani mengemukakan sikap dan melakukan hal yang diyakininya. Kemampuan penalarannya cukup baik. Ia mampu memprediksi masa depan. Pemerintahan yang kacau membulatkan tekad Lusi Lindri untuk berdiri di pihak yang berhadapan dengan pihak istana yaitu dengan melakukan pemberontakan, terlebih lagi setelah Lusi Lindri menikah dengan Peparing, keturunan Pangeran Tepasana, yang bertugas menjaga danau buatan di Segaryasa. Bersama dengan Peparing dan Luwak Luweng, Lusi Lindri berhasil mewujudkan cita-citanya untuk hidup merdeka dan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Sunan Amangkurat I.

Dalam Lusi Lindri, persoalan yang muncul bersifat universal. Motif yang dominan pada Lusi Lindri adalah motif kegagahan dan motif kebebasan. Novel tersebut juga mengemukakan reaksi kelompok tertindas terhadap kekuasaan Raja. Potensi pemberontakan akan semakin berkembang ketika pemilik kekuasaan memanfaatkan kekuasaannya untuk pelanggengan kekuasaan tersebut. Ketika benih-benih pemberontakan muncul, pemegang kuasa hendaknya menyadari akan tibanya akhir dari kekuasaannya.

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Royan Revolusi
    Royan Revolusi merupakan novel karya Ramadhan K.H. yang menggambarkan keadaan masa revolusi di Indonesia. Novel itu diterbitkan pada tahun 1971, oleh Penerbit Gunung Agung, Jakarta, dengan tebal ...
  • Domba-Domba Revolusi
    Domba-Domba Revolusi semula merupakan drama karya B. Soelarto yang diterbitkan pertama kali dalam majalah Sastra No. 8 Tahun II (1962) dan dinyatakan sebagai drama yang memperoleh Hadiah Pertama ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Lusi Lindri   (1987)
    Kategori: Karya Sastra

     
     

    Lusi Lindri merupakan novel karya Y.B. Mangunwidjaya yang diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 1987 (cetakan I), dicetak dengan kertas buram 512 halaman dan tahun 1994 (cetakan II). Lusi Lindri merupakan bagian dari sebuah trilogi karya Y.B. Mangunwijaya. Dua novel lainnya adalah Roro Mendut dan Genduk Duku.

    Lusi Lindri berlatar peristiwa sejarah pada masa kekuasaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Sunan Amangkurat I. Sistem pemerintahan yang kacau, dengan pembunuhan massal terhadap para santri, menyebabkan keretakan hubungan antara Sunan Amangkurat I dan Pangeran Purbaya. Pangeran Purbaya adalah kakak Sultan Agung Hanyokro-kusumo. Selain Pangeran Purbaya, Pangeran Selarong, seorang panglima yang berjiwa seniman, juga merasa kecewa. Dari luar istana, rakyat biasa juga menginginkan kejatuhan Sunan Amangkurat I, di antaranya Trunajaja, pengikut Pangeran Kajoran, dan orang-orang Pagelen.

    Lusi Lindri berpusat pada tokoh Lusi Lindri. Keterkaitan peristiwa satu dengan peristiwa lainnya ditambah dengan pengamatan Lusi Lindri dari dalam istana tentang kesewenang-wenangan Sunan Amangkurat I dan pengikutnya memperlihatkan situasi pemerintahan yang kacau. Tokoh Lusi Lindri tidak mengalami penderitaan seperti yang dialami Roro Mendut dan Genduk Duku. Sejak kecil ia hidup di lingkungan istana. Ia dititipkan di puri milik Tumenggung Singaranu. Pada masa remaja ia diangkat sebagai salah satu anggota Trinisat Kenya, pasukan khusus pengawal raja yang terdiri atas para gadis cantik yang mahir olah perang. Ia melarikan diri dari lingkungan istana dan melakukan perlawanan gerilya bersama suami dan kaum pemberontak Pagelen karena kekecewaannya ketika melihat perilaku para pejabat istana yang penuh intrik dan sewenang-wenang terhadap rakyat kecil.

    Cara Lusi Lindri mewujudkan perjuangannya cenderung lebih dekat dengan cara yang dipilih Roro Mendut. Ia lebih berani mengemukakan sikap dan melakukan hal yang diyakininya. Kemampuan penalarannya cukup baik. Ia mampu memprediksi masa depan. Pemerintahan yang kacau membulatkan tekad Lusi Lindri untuk berdiri di pihak yang berhadapan dengan pihak istana yaitu dengan melakukan pemberontakan, terlebih lagi setelah Lusi Lindri menikah dengan Peparing, keturunan Pangeran Tepasana, yang bertugas menjaga danau buatan di Segaryasa. Bersama dengan Peparing dan Luwak Luweng, Lusi Lindri berhasil mewujudkan cita-citanya untuk hidup merdeka dan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Sunan Amangkurat I.

    Dalam Lusi Lindri, persoalan yang muncul bersifat universal. Motif yang dominan pada Lusi Lindri adalah motif kegagahan dan motif kebebasan. Novel tersebut juga mengemukakan reaksi kelompok tertindas terhadap kekuasaan Raja. Potensi pemberontakan akan semakin berkembang ketika pemilik kekuasaan memanfaatkan kekuasaannya untuk pelanggengan kekuasaan tersebut. Ketika benih-benih pemberontakan muncul, pemegang kuasa hendaknya menyadari akan tibanya akhir dari kekuasaannya.

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Royan Revolusi
    Royan Revolusi merupakan novel karya Ramadhan K.H. yang menggambarkan keadaan masa revolusi di Indonesia. Novel itu diterbitkan pada tahun 1971, oleh Penerbit Gunung Agung, Jakarta, dengan tebal ...
  • Domba-Domba Revolusi
    Domba-Domba Revolusi semula merupakan drama karya B. Soelarto yang diterbitkan pertama kali dalam majalah Sastra No. 8 Tahun II (1962) dan dinyatakan sebagai drama yang memperoleh Hadiah Pertama ...
  • Royan Revolusi
    Royan Revolusi merupakan novel karya Ramadhan K.H. yang menggambarkan keadaan masa revolusi di Indonesia. Novel itu diterbitkan pada tahun 1971, oleh Penerbit Gunung Agung, Jakarta, dengan tebal ...
  • Domba-Domba Revolusi
    Domba-Domba Revolusi semula merupakan drama karya B. Soelarto yang diterbitkan pertama kali dalam majalah Sastra No. 8 Tahun II (1962) dan dinyatakan sebagai drama yang memperoleh Hadiah Pertama ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa