Mimpi dan Pretensi merupakan kumpulan sajak Toeti Heraty yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1982. Kumpulan sajak itu memuat 64 sajak yang terbagi atas lima kelompok, yakni "Sajak-Sajak 33" (23 sajak), "Dua Wanita" (3 sajak), "Dunia Nyata" (25 sajak), "Siklus" (4 sajak), dan "Manifesto" (9 sajak). Beberapa sajak Toeti yang dimuat dalam buku ini pernah diterbitkan, seperti "Sajak-Sajak 33".
Sebagai kumpulan sajak karya penyair perempuan, sajak-sajak dalam Mimpi dan Pretensi mengungkapkan pengalaman dan persoalan seputar dunia perempuan. Sajak-sajak dalam Mimpi dan Pretensi mengungkap gejala stereotip perempuan Indonesia yang kemudian menjadi ilham bagi penulisan sajak perempuan pada umumnya. Sajak-sajak Toeti tersebut mengungkapkan secara khas perasaan perempuan yang perlu diperhatikan dalam dunia yang dikuasai oleh kaum lelaki. Ada semacam gugatan di dalam sajaknya, yakni pemberontakan terhadap dominasi kekuasaan lelaki terhadap kaum perempuan, terutama dominasi antara hubungan lelaki dan perempuan sebagai suami istri ataupun sejawat. Contoh yang sangat baik mengenai gugatan perempuan terhadap dominasi laki-laki ini dapat dilihat dalam sajaknya yang berjudul "Manifesto".
Korrie Layun Rampan (1984) mengemukakan ihwal pemberontakan atau gugatan kaum perempuan terhadap laki-laki yang terungkap dalam beberapa sajak Toeti Heraty. Korrie juga mengatakan bahwa sajak-sajak Toeti yang terhimpun dalam Mimpi dan Pretensi jelas-jelas menunjukkan sikap rasional dan intelektual. Sajak-sajak tersebut secara keseluruhan menyuarakan kesangsian dan karena selalu sangsi, sang penyair membawa tokoh-tokoh dalam sajaknya untuk memberontak dan untuk dapat menemukan personalitas manusia yang hakiki sebagai manusia yang bisa seratus persen menyandang kemerdekaannya.
Dalam menginterpretasikan sajak-sajak Toeti Heraty kadang-kadang diperlukan pemahaman yang filosofis. Sajak-sajaknya kadang-kadang membawa pembaca kepada semacam perenungan dan pemahaman yang matang mengenai kemanusiaan. Sebagai pengarang, Toeti juga dapat menertawakan diri sendiri atau pembaca, sebagai bagian dari dunia yang digambarkannya, tanpa harus menimbulkan kecengengan sebagai perempuan yang merasa tertindas oleh dominasi lelaki.
Teeuw (1980) mengupas beberapa sajak Toeti Heraty yang terdapat dalam Mimpi dan Pretensi, seperti "Cocktail Party". Menurut Teeuw, sajak ini sangat halus dan rumit. Struktur dan maknanya bertingkat-tingkat, yakni mulai dengan fakta, kemudian berkembang pada perenungan tentang makna Cocktail Party itu. Kerangka sajak ini memiliki konvensi sajak modern yang sangat banyak menggunakan konvensi pemakaian 'aku' dan 'kau' sebagai rangkanya. Selain itu, sajak ini dapat dipandang sebagai contoh sajak modern yang menarik karena menyulitkan pembaca untuk memahaminya. Yang paling menonjol dari sajaknya ini adalah ironi, bahasa keseharian, dan semangat individualistik yang dapat dianggap sebagai ciri sajak modern.