Orang-Orang Trans merupakan novel karya Nh. Dini yang diterbitkan pada tahun 1985 dengan ketebalan 205 halaman dan terbagi atas 12 bab. Novel tersebut masih berbentuk naskah ketikan di atas kertas dorslak yang tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin, Jakarta. Tahun 1985 pula novel tersebut sudah diterbitkan oleh penerbit Sinar Harapan.
Novel tersebut mengisahkan seorang tokoh Samirin yang bersifat jujur, pemberani, dan bersemangat dalam bekerja. Meskipun sudah berjuang keras dalam melakukan tugasnya dan berhasil, ia masih juga prihatin menyaksikan kawannya di daerah transmigrasi yang tidak beruntung. Untunglah, Samirin tabah dan tidak pernah berputus asa sehingga ia mampu bertahan menjalankan tugasnya di tengah pedesaan yang sangat terpencil di Kalimantan.
Samirin merupakan seorang pemuda Yogyakarta yang mandiri dan jujur dalam bekerja. Ia menolak ketika ayahnya ingin membantu mencarikan pekerjaan lewat kawannya. Hal itu mengakibatkan ayah Samirin kecewa melihat perlakuan anaknya. Perkawinan Samirin dengan Marsi yang kurang direstui oleh ayahnya juga mengakibatkan ia semakin jauh dari ayahnya. Untunglah ibunya masih mempedulikan dirinya. Setelah menikah, ia tinggal di rumah istrinya dan membantu usaha mertuanya membuat tahu. Setahun kemudian, Marsi melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Pembayun. Sambil memajukan usaha mertuanya, Samirin mencoba melamar pekerjaan menjadi guru. Lamaran itu ternyata diterima dan ia segera pergi ke Tanah Laut, di Desa Kintab, Kalimantan Tengah.
Setelah Samirin mempersiapkan segala sesuatunya, barulah istrinya menyusul. Samirin bersama Wakijan, kawannya, mendapat lahan untuk bertani dan memperoleh sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas untuk menanam sayuran. Sambil mengajar, ia bertani di sawah dan berkebun di halaman rumahnya. Satu tahun berlalu, ia berhasil panen yang pertama. Kemudian, istrinya menyusul ke Kalimantan. Kehadiran istri dan anaknya sungguh-sungguh membahagiakan hatinya. Akan tetapi, kebahagiaan yang baru berumur dua tahun itu tiba-tiba berubah. Kejadian penting terjadi ketika Samirin mengajar di Kintab. Samirin mendapat undangan dari Bupati di Pleihari untuk menghadiri pertemuan para wakil di DPR Tingkat I. Samirin menyiapkan laporan keberhasilan dalam tugasnya di bidang pendidikan dan bercocok tanam disertai dengan pertanyaan dan keluhan yang dihadapinya selama bertugas. Pertemuan itu tampaknya memuaskan hati Samirin dan kawannya.
Kenyamanan Samirin tidak bertahan lama karena kemudian Samirin diharuskan pindah ke desa lain untuk membangun sekolah lagi dan berjuang dari permulaan di desa yang lebih terpencil. Suasana rumah tangga Samirin menjadi resah karena kesulitan demi kesulitan ia temui. Istrinya marah dan mulai mengerti bahwa suaminya itu sedang menerima hukuman karena kekeliruan yang sudah diperbuat suaminya. Mungkinkah laporan yang disampaikan Samirin itu justru menyinggung pimpinan dan terkesan bahwa Samirin angkuh?
Keguguran istri Samirin membuat mereka sekeluarga sempat menjadi putus asa. Akan tetapi berkat ketekunannya bertani, Samirin cepat menikmati hasil kebunnya. Ia juga tidak terlepas dari kekecewaan dan kesulitan. Ia yang sudah merasa berhasil terlepas dari kesulitan masih harus membantu kawan-kawannya yang kurang beruntung. Mereka ada yang mendapat lahan yang tidak subur sehingga harus berjuang keras memindahkan permukimannya ke tempat lahan yang subur. Selain itu, gangguan binatang buas yang memakan hasil kebunnya perlu mendapat perhatian khusus sehingga Marsi dan anaknya kurang mendapat perhatian. Ia pernah diserang oleh kawanan orang hutan yang akan menjarah hasil kebunnya. Untunglah, Samirin selamat berkat pertolongan anak seorang pembakal atau pemimpin di kampung itu. Samirin juga harus menelan pil pahit ketika mendapat kunjungan dari pemerintah daerah. Ia sangat terkejut mendengar kesan dari pejabat tersebut yang mengkritik hasil usaha Samirin dan kawan-kawannya yang dianggap kurang berhasil. Pemimpin itu menilai mereka masih termasuk pemalas. Untunglah, Samirin dengan sabar dan jiwa besar mau menerima kritikan itu dan mereka hidup rukun bersama-sama penduduk di daerah tersebut.