Saman merupakan novel karya Ayu Utami yang pertama kali terbit tahun 1998 dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Pertama kali terbit mendapat banyak sambutan sehingga terjual 100.000 eksmplar. Tiga tahun sejak diterbitkan, karya ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda (penerbit de Geuss, 2001). Dua tahun kemudian ke dalam bahasa Inggris oleh Pamela Allen (penerbit Equinox Publishing, Singapore, 2005). Novel ini merupakan Pemenang Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998.
Novel ini mengisahkan Laila Gagarina, Yasmin Moningka, Cokorda Gita Magaresa, dan Shakuntala sebagai perempuan-perempuan yang gelisah dalam masyarakat, tepatnya kegelisahan seksual. Mereka berempat sudah bersahabat sejak kecil. Laila adalah seorang fotografer yang jatuh cinta pada Sihar Situmorang, seorang insinyur perminyakan yang bekerja di rig. Meskipun Laila tahu bahwa Sihar sudah berisitri, namun hasratnya untuk bercumbu (petting) dengannya terus membayangi. Bahkan ketika Sihar berangkat ke Amerika Serikat (New York), Laila berusaha melakukan hubungan seks itu. Berbeda perasannya ketika berada di Indonesia, ketika di NewYork, Laila merasakan atmosfer yang lain, bahwa di kota itu orang-orang tidak memerdulikan apakah seseorang masih perawan atau tidak, apakah seseorang perempuan menikah atau tidak. Namun, upaya Laila untuk merebut hati Sihar menemui kegagalan, karena Sihar berangkat ke New York bersama istrinya.
Shakuntala adalah seorang penari professional yang memperdalam ilmunya di New York. Ia bisa memerankan Sita dan Rawana sekaligus dengan bertelanjang dada. Ketika menari ia seperti baling-baling, hingga seperti gasing, ia merasa ada unsur kelaki-lakian dalam dirinya. Sehingga berkesimpulan, dalam dirinya ada sisi perempuan dan ada sisi laki-laki. Dengan demikian, dalam urusan seks ia seorang biseks. Sejak kecil ia sudah membenci ayahnya, karena ayahnya sering menghambat ruang geraknya. Dan ketika melihat Laila sedih karena gagal kencan dengan Sihar, Tala menghiburnya dengan mengajak tari Tango, sebuah tarian dengan gerakan-gerakaan angkuh. Saat menari itulah kelelakian Tala tumbuh dan ia mengajak Laila tidur.
Yasmin yang sudah bersuamikan Lukas Hadi Prasetyo, berselingkuh dengan seorang pastor, Romo Wis, yang berganti nama menjadi "Saman" saat berada dalam status buronan. Mereka melakukan hubungan seksual saat Yasmin dan Saman berada di Pekanbaru, ketika Saman mau dilarikan ke Amerika Serikat. Hubungan Yasmin yang "memperjakai" Saman (Romo Wis) itu berlanjut melalui surat elektronika (e-mail), yang mampu membuat Yasmin orgasme membaca surat-surat Saman. Selanjutnya, hubungan itu semakin konkret ketika Yasmin menyusul ke New York.
Sementara Cok adalah perempuan yang sejak duduk di bangku SMA sudah menganut aliran freesex. Ia bahkan pernah dipindahkan ke SMU di Bali gara-gara orang tuanya menemukan kondom di tas sekolahnya. Di Bali justru petualang seksnya makin menjadi-jadi hingga menginjak dewasa. Ia tidur dengan banyak lelaki, di antaranya dengan menjadi simpanan pejabat militer, Brigjen Rusdanyan Wardhana. Dengan pejabat militer itulah ia mendapat berbagai fasilitas usaha, sehingga menjadi pengusaha yang banyak uangnya. Ia pula yang menjebak Yasmin dan Saman menginap dua hari di bungalownya, sehingga mereka berdua tak mampu mempertahankan hasrat seksualnya. Saaman yang memilih hidup selibat justru merangsang Yasmin supaya memperjakainya.
Novel ini memperoleh penghargaan dari Pusat Bahasa pada tahun 2008 sebagai novel yang mengembangkan komposisi bahasa yang baru yang sebelumnya tidak dikenal.
Menurut Keith Foulcher (2008) kehadiran Saman tepat akhir era Suharto yang menarik perhatian umum justru soal pemberian hadiah sastra bergengsi pada novel pertama pengarang perempuan ini yang penuh dengan tema seksual yang eksplisit.Saman mengabaikan hambatan-hambatan konvensional terhadap tulisan perempuan dengan mengenyampingkan kritik mengenai ketidakadilan dalam hubungan gender Saman sekedar menyimpulkan adanya kesetaraan dan otonomi pada perempuan—dalam kerja kegiatan politik, cinta, dan seks.