• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
Sukreni Gadis Bali   (1936)
Kategori: Karya Sastra

 
 

Sukreni Gadis Bali merupakan novel kedua karya Anak Agung Nyoman Pandji Tisna yang diterbitkan pertama kali tahun 1936 oleh Balai Pustaka, Jakarta,sejumlah 150 halaman. Dalam cetakan pertama novel itu tertera nama pengarang I Goesti Njoman P. Tisna, cetakan pertama diterbitkan tahun 1936, cetakan kedua tahun 1942, dan cetakan ketiga tahun 1948 tebal 84 halaman. Cetakan keempat terbit tahun 1952 dan cetakan kelima tahun 1965, tebal 150 halaman. Cetakan keenam terbit tahun 1978, cetakan ketujuh tahun 1983, Cetakan kedelapan tahun 1986, tebal 100 halaman, dan cetakan kesembilan tahun 2010. Seluruh cetakan tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Teeuw (1967 dan 1984) mengatakan bahwa Sukreni Gadis Bali yang dicetak ulang sehabis perang, hampir serupa betul dengan Ni Rawit, baik tentang isi maupun tentang susunannya. Sukreni ialah seorang gadis yang dijual oleh mak propot kepada orang yang mengejar-ngejar perempuan sehingga ia jatuh ke dalam lembah kehinaan dan akhirnya, ia melarikan diri. Anaknya kemudian menjadi seorang penjahat yang terkenal dan mengalami kematiannya secara menyedihkan karena dibunuh bapaknya yang tidak pernah mengenalnya. Dalam novel ini pun terdapat pula lukisan-lukisan yang indah tentang suasana di Bali.

Tema novel ini berkaitan dengan hukum karma. Jika berbuat curang, orang itu akan dicurangi orang lain. Dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Ajip Rosidi (1982) menyatakan bahwa novel ini melukiskan kehidupan masyarakat Bali yang keras dan kejam. Seorang ibu yang hanya mementingkan keuntungan materi yang bakal diperolehnya secara tidak sadar telah menjual anak gadisnya sendiri. Kemalangan ini merupakan hukum karma terhadap tingkah lakunya pada masa yang lampau. Dalam novel ini pun terdapat kritikan pengarangnya yang tidak setuju kepada beberapa cara dan kepercayaan yang ketika itu masih hidup dalam masyarakat Bali. Pandji Tisna memang terkenal sebagai putra Bali yang mempunyai cita-cita hendak mengubah keadaan masyarakat Bali yang terbelakang dan menyedihkan.

Dalam Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia, Yandianto (1998) menyatakan bahwa novel ini membicarakan soal karma dari kejadian baik dan buruk. Jakob Sumardjo (1991) menyatakan bahwa Sukreni Gadis Bali memperlihatkan warna daerah yang menyatu dengan permasalahan yang digarapnya. Latar Bali dipergunakan secara integral dengan tema novelnya. Secara sosiologis, novel ini amat menarik karena memberikan gambaran kehidupan masyarakat Bali sekitar tahun 1930-an antara lain mengenai status orang Bali.

Pada tahun 1954 Pandji Tisna dan anaknya membuat film Sukreni Gadis Bali. Menurut Pandji Tisna, film itu banyak disensor orang-orang pusat. Orang-orang yang berada di sekitar Gubernur Sutedja waktu itu berusaha keras agar film itu dilarang. Penonton tidak dapat menikmati film itu sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Pandji Tisna.

Dalam novel ini kenyataan tersebut tersurat dalam perbuatan Men Negara yang memperkosa Ni Luh Sukreni, anaknya kandungnya. Selain itu, akibat perbuatannya itu harta bendanya hangus terbakar. Tokoh lain yang mendapat hukum karma adalah I Gusti Made Tusan. Karena ketidaktahuannya, ia membunuh I Gustam, anak kandungnya, hasil kejahatannya memperkosa Ni Luh Sukreni. Jadi, siasat busuk Men Negara mendapat hukum karma dengan diperkosanya Ni Luh Sukreni (anaknya sendiri) oleh Mantri Polisi I Gusti Made Tusan. Kemudian, perbuatan jahat I Gusti Made Tusan yang memperkosa Ni Luh Sukreni, mendapat hukum karma dengan terbunuhnya I Gusti Made Tusan, oleh parang I Gustam, anaknya, yang tidak diketahuinya. Demikian juga halnya dengan I Gustam. Ia mati di tangan ayah kandungnya (Tusan) karena merampok.

Dalam novel ini yang diceritakan bukan hanya Ni Luh Sukreni. Jadi, bukan ia yang menjadi tokoh utamanya, melainkan Men Negara. Ni Luh Sukreni baru muncul pada pertengahan cerita dan sangat sedikit diceritakan. Di samping itu, ia tidak langsung terlibat dalam berbagai masalah yang terungkap dalam cerita.

Tokoh-tokoh yang terlibat dalam Sukreni Gadis Bali adalah Men Negara, I Gusti Made Tusan, Ni Luh Sukreni, Ida Gde Swamba, I Made Aseman, dan I Gustam merupakan tokoh-tokoh yang banyak memegang peranan, sedangkan I Negara, Ni Negari, I Gerundung, Pan Gumiarning, I Nyoman Raka, I Mudjana, I Sudiana, I Ketut Rai, Chatterjee, dan lain-lain adalah tokoh-tokoh komplementer yang peranannya tidak dapat diabaikan walau pemunculannya hanya sepintas.

 
PENCARIAN TERKAIT

  • Bali
    Provinsi Lampung Bahasa Bali yang berada di Provinsi Lampung dituturkan di Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Bali Sadar Utara, Kecamatan Banjit, Kabupaten ...
  • Bali
    Provinsi Bali Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Bali. Selain itu, bahasa Bali juga tersebar di beberapa wilayah lain, misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat,  Jawa Timur, ...
  • Sasak Bali
    Provinsi Bali Bahasa Sasak merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sasak hidup dan berkembang pula di daerah lain, termasuk di Provinsi Bali, yaitu di ...
  • Bali
    Provinsi Kalimantan Tengah Bahasa Bali dituturkan oleh masyarakat di Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Bahasa Bali bukan bahasa daerah Kalimantan ...
  • Bali
    Provinsi Sulawesi Tenggara Bahasa Bali merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Bali. Bahasa Bali juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Telutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     
    Sukreni Gadis Bali   (1936)
    Kategori: Karya Sastra

     
     

    Sukreni Gadis Bali merupakan novel kedua karya Anak Agung Nyoman Pandji Tisna yang diterbitkan pertama kali tahun 1936 oleh Balai Pustaka, Jakarta,sejumlah 150 halaman. Dalam cetakan pertama novel itu tertera nama pengarang I Goesti Njoman P. Tisna, cetakan pertama diterbitkan tahun 1936, cetakan kedua tahun 1942, dan cetakan ketiga tahun 1948 tebal 84 halaman. Cetakan keempat terbit tahun 1952 dan cetakan kelima tahun 1965, tebal 150 halaman. Cetakan keenam terbit tahun 1978, cetakan ketujuh tahun 1983, Cetakan kedelapan tahun 1986, tebal 100 halaman, dan cetakan kesembilan tahun 2010. Seluruh cetakan tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka.

    Teeuw (1967 dan 1984) mengatakan bahwa Sukreni Gadis Bali yang dicetak ulang sehabis perang, hampir serupa betul dengan Ni Rawit, baik tentang isi maupun tentang susunannya. Sukreni ialah seorang gadis yang dijual oleh mak propot kepada orang yang mengejar-ngejar perempuan sehingga ia jatuh ke dalam lembah kehinaan dan akhirnya, ia melarikan diri. Anaknya kemudian menjadi seorang penjahat yang terkenal dan mengalami kematiannya secara menyedihkan karena dibunuh bapaknya yang tidak pernah mengenalnya. Dalam novel ini pun terdapat pula lukisan-lukisan yang indah tentang suasana di Bali.

    Tema novel ini berkaitan dengan hukum karma. Jika berbuat curang, orang itu akan dicurangi orang lain. Dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Ajip Rosidi (1982) menyatakan bahwa novel ini melukiskan kehidupan masyarakat Bali yang keras dan kejam. Seorang ibu yang hanya mementingkan keuntungan materi yang bakal diperolehnya secara tidak sadar telah menjual anak gadisnya sendiri. Kemalangan ini merupakan hukum karma terhadap tingkah lakunya pada masa yang lampau. Dalam novel ini pun terdapat kritikan pengarangnya yang tidak setuju kepada beberapa cara dan kepercayaan yang ketika itu masih hidup dalam masyarakat Bali. Pandji Tisna memang terkenal sebagai putra Bali yang mempunyai cita-cita hendak mengubah keadaan masyarakat Bali yang terbelakang dan menyedihkan.

    Dalam Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia, Yandianto (1998) menyatakan bahwa novel ini membicarakan soal karma dari kejadian baik dan buruk. Jakob Sumardjo (1991) menyatakan bahwa Sukreni Gadis Bali memperlihatkan warna daerah yang menyatu dengan permasalahan yang digarapnya. Latar Bali dipergunakan secara integral dengan tema novelnya. Secara sosiologis, novel ini amat menarik karena memberikan gambaran kehidupan masyarakat Bali sekitar tahun 1930-an antara lain mengenai status orang Bali.

    Pada tahun 1954 Pandji Tisna dan anaknya membuat film Sukreni Gadis Bali. Menurut Pandji Tisna, film itu banyak disensor orang-orang pusat. Orang-orang yang berada di sekitar Gubernur Sutedja waktu itu berusaha keras agar film itu dilarang. Penonton tidak dapat menikmati film itu sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Pandji Tisna.

    Dalam novel ini kenyataan tersebut tersurat dalam perbuatan Men Negara yang memperkosa Ni Luh Sukreni, anaknya kandungnya. Selain itu, akibat perbuatannya itu harta bendanya hangus terbakar. Tokoh lain yang mendapat hukum karma adalah I Gusti Made Tusan. Karena ketidaktahuannya, ia membunuh I Gustam, anak kandungnya, hasil kejahatannya memperkosa Ni Luh Sukreni. Jadi, siasat busuk Men Negara mendapat hukum karma dengan diperkosanya Ni Luh Sukreni (anaknya sendiri) oleh Mantri Polisi I Gusti Made Tusan. Kemudian, perbuatan jahat I Gusti Made Tusan yang memperkosa Ni Luh Sukreni, mendapat hukum karma dengan terbunuhnya I Gusti Made Tusan, oleh parang I Gustam, anaknya, yang tidak diketahuinya. Demikian juga halnya dengan I Gustam. Ia mati di tangan ayah kandungnya (Tusan) karena merampok.

    Dalam novel ini yang diceritakan bukan hanya Ni Luh Sukreni. Jadi, bukan ia yang menjadi tokoh utamanya, melainkan Men Negara. Ni Luh Sukreni baru muncul pada pertengahan cerita dan sangat sedikit diceritakan. Di samping itu, ia tidak langsung terlibat dalam berbagai masalah yang terungkap dalam cerita.

    Tokoh-tokoh yang terlibat dalam Sukreni Gadis Bali adalah Men Negara, I Gusti Made Tusan, Ni Luh Sukreni, Ida Gde Swamba, I Made Aseman, dan I Gustam merupakan tokoh-tokoh yang banyak memegang peranan, sedangkan I Negara, Ni Negari, I Gerundung, Pan Gumiarning, I Nyoman Raka, I Mudjana, I Sudiana, I Ketut Rai, Chatterjee, dan lain-lain adalah tokoh-tokoh komplementer yang peranannya tidak dapat diabaikan walau pemunculannya hanya sepintas.

     
    PENCARIAN TERKAIT

  • Bali
    Provinsi Lampung Bahasa Bali yang berada di Provinsi Lampung dituturkan di Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Bali Sadar Utara, Kecamatan Banjit, Kabupaten ...
  • Bali
    Provinsi Bali Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Bali. Selain itu, bahasa Bali juga tersebar di beberapa wilayah lain, misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat,  Jawa Timur, ...
  • Sasak Bali
    Provinsi Bali Bahasa Sasak merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sasak hidup dan berkembang pula di daerah lain, termasuk di Provinsi Bali, yaitu di ...
  • Bali
    Provinsi Kalimantan Tengah Bahasa Bali dituturkan oleh masyarakat di Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Bahasa Bali bukan bahasa daerah Kalimantan ...
  • Bali
    Provinsi Sulawesi Tenggara Bahasa Bali merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Bali. Bahasa Bali juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Telutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten ...
  • Bali
    Provinsi Lampung Bahasa Bali yang berada di Provinsi Lampung dituturkan di Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Bali Sadar Utara, Kecamatan Banjit, Kabupaten ...
  • Bali
    Provinsi Bali Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Bali. Selain itu, bahasa Bali juga tersebar di beberapa wilayah lain, misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat,  Jawa Timur, ...
  • Sasak Bali
    Provinsi Bali Bahasa Sasak merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sasak hidup dan berkembang pula di daerah lain, termasuk di Provinsi Bali, yaitu di ...
  • Bali
    Provinsi Kalimantan Tengah Bahasa Bali dituturkan oleh masyarakat di Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Bahasa Bali bukan bahasa daerah Kalimantan ...
  • Bali
    Provinsi Sulawesi Tenggara Bahasa Bali merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Bali. Bahasa Bali juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Telutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa