Si Bongkok merupakan novel karya Parakitri yang nama aslinya Tahi Simbolon. Novel itu pernah mendapat hadiah kedua Sayembara Mengarang Novel Gramedia, Kompas tahun 1978. Novel itu pertama kali diterbitkan oleh Gramedia tahun 1981. Sebagaimana dengan novel pertamanya, Ibu (1969), Si Bongkok juga dirangkai lewat jalinan peristiwa yang berliku-liku dan baru pada bagian akhir tabir rahasia novel itu terungkap.
Novel Si Bongkok menceritakan kehidupan Gindo alias Si Bongkok, anak tunggal Andreas Garoga, seorang karyawan yang dituduh terlibat peristiwa G-30-S/PKI. Ayah Gindo meninggal dalam tahanan saat Gindo berusia 14 tahun. Sejak orang tuanya meninggal, Gindo tinggal bersama dengan teman ayahnya, Biliam. Sebagai seorang anak yang dianggap terlibat G-30-S/PKI, Gindo tidak diterima tinggal di kampung halamannya. Ia tidak disukai oleh orang kampungnya termasuk oleh keluarga Sebulon.
Sewaktu Gindo dan Biliam menjalankan usaha dagang dan kebetulan usahanya itu maju, Sebulon iri hati. Ia menyuruh orang untuk membunuh Gindo. Gindo nyaris terbunuh. Untunglah ia mempunyai ilmu bela diri. Ia dapat mengalahkan orang-orang yang mengeroyoknya. Ternyata peristiwa itu berbuntut panjang, Gindo masuk penjara.
Gindo dihukum selama empat tahun. Selama di penjara ia merenungi jalan hidup orang tuanya dan juga jalan hidupnya. Keluar dari penjara, ia berangkat ke Jakarta dan menjadi tukang parkir. Oleh Gana, gadis yang pernah ditolongnya, ia dibawa ke rumah Ester, tantenya yang bersuamikan Japet Romas yang tidak dapat memberikan keturunan kepada Ester. Atas desakan Ester, Gindo dipaksa untuk memberikan benihnya ke rahim Ester. Akhirnya, Ester melahirkan seorang anak. Rupanya perbuatan Gindo dengan Ester ini mengulangi sejarah keluarga dahulu. Kakek Gindo tidak dapat memberikan keturunan. Oleh karena itu, nenek Gindo disuruh berhubungan dengan Batua. Hasil hubungan itu lahirlah Andreas Garoga, ayah Gindo. Akhirnya, Gindo memperoleh jawaban atas segala misteri keluarganya. Tema cerita ini adalah kejadian masa lalu dapat terulang lagi pada masa sekarang.
Maman S. Mahayana, dkk. dalam bukunya yang berjudul Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern (1992) mengatakan bahwa yang menarik dalam novel itu adalah adanya semacam siklus kehidupan, yang dalam konsep Hinduisme disebut karma, yang menimpa diri tokoh utamanya, Gindo yang "memberi" benih kepada Ester, istri Japet Romas. Ternyata hal itu juga pernah dilakukan oleh Batua yang juga pernah memberikan benihnya kepada nenek Gindo--karena kakek Gindo, Panuan mandul. Dari hasil hubungan itu, lahirlah ayah Gindo, Andreas Garoga.