Danarto yang lahir pada 27 Juni 1940 di Sragen, Jawa Tengah dikenal sebagai penulis cerpen tahun 1970-an yang kehadirannya cukup mengejutkan pembaca sastra Indonesia. Anak mandor pabrik gula Mojo, Sragen, Jawa Tengah, Jakio Harjodinomo dan ibu Siti Aminah, seorang pedagang batik di pasar, ini punya pengalaman penulis cerita pendek, melukis, menyair, menyutradarai teater, dan menjadi penata artistik. Danarto menikah dengan Siti Zainab Luxfiati tahun 1986, tetapi pernikahan itu tidak berlangsung lama, Danarto bercerai setelah berumah tangga selama 15 tahun.
Danarto disebut oleh berbagai kalangan sebagai pembaharu dan karya-karyanya menampilkan berbagai eksperimen. Pembaharuan yang dilakukan oleh Danarto bukan dari segi tema tetapi dari segi penyajiannya. Di dalam cerpen-cerpen hadir unsur puisi, musik, dan seni lukis sehingga tampak efek puitis, musikal, dan artistik dekoratif. Selain itu, di dalam karya-karya Danarto juga hadir muatan moral patheistis yang meyakini bahwa segala-galanya merupakan penjelmaan Tuhan. Danarto berhasil mengaduk-aduk berbagai sumber cerita. Kritikus sastra memposisikannya sebagai cerpenis kebatinan atau sufi berfaham Wahdatul Wujud sebagai dasar kepercayaannya (lihat Sarjono, Horison 2001). Karya-karyanya merupakan kiasan kaum kebatinan, yang luar biasa dinamikanya dan daya imajinasinya.
Pendidikan yang pernah ditempuh Danarto antara lain SD, Sragen (1954), SMP, Sragen (1958), SMA, Solo (1958) bagian sastra, tetapi tidak lama kemudian ia pindah ke Akademi Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta (ASRI) (1958-1961). Saat itu ASRI masih menerima lulusan SMP yang di kemudian hari berubah menjadi Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) setingkat SMA. Selain itu, Danarto pernah mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat (1976).
Danarto juga pernah menjadi dosen Institut Kesenian Jakarta selama 11 tahun (1973-1984), dan wartawan majalah Zaman, 6 tahun(1979-1985), dan Karyawan Media Komunikasi, Taman Ismail Marzuki (1968-1974). Dia juga pernah menjadi tukang poster saat Taman Ismail Marzuki didirikan (1968) sampai 1975.
Tulisan Danarto yang pertama dimuat di majalah Si Kuncung tahun 1958 saat ia masih duduk di bangku SMP. Namun, Danarto kemudian baru dikenal publik sastra Indonesia saat cerpennya yang berjudul ♥ dimuat di majalah Horison tahun 1968 dan cerpennya ini berhasil menjadi cerpen terbaik majalah Horison tahun 1968.
Sebagai pelukis, pada tahun 1959—1964 Danarto pernah bergabung dengan Sanggar Bambu melaksanakan berbagai pameran lukisan, seni rupa, teater, musik, dan seni tari. Danarto bersama Soenarto Pr, Mulyadi W., Syahwil, Handogo, dan Wardoyo adalah pendiri Sanggar Bambu.
Danarto juga aktif di dunia teater. Dia adalah penata pentas pagelaran teater Bengkel Teater Rendra, Teater Kecil Arifin C. Noer, pementasan-pementasan Ikranegara, dan pagelaran tari Sardono W. Kusumo. Bersama Sardono, Danarto sempat keliling Eropa dengan pagelaran tari "Dongeng Dari Dirah" dalam rangka Festival Fantastique (1974). Danarto juga pernah pergi ke Osaka, Jepang untuk mengikuti Expo '70. Pengalamannya yang lain pada tahun 1983 Danarto mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam. Dia juga menulis naskah drama dan pernah membantu tata artistik film, antara lain Mutiara dalam Lumpur (1972) dan Suci Sang Primadona (1977).
Kumpulan cerpennya, Godlob (1975) sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Abracadabra oleh Harry Aveling, pengamat sastra Indonesia dari Australia. Beberapa cerpennya diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan Belanda. Kumpulan cerpennya yang lain, Adam Ma'rifat, memenangkan Hadiah Sastra 1982 Dewan Kesenian Jakarta, dan Hadiah Buku Utama 1982. Penghargaan lain yang pernah diterima Danarto adalah SEA Write Award dari kerajaan Thailand (1988). Karya-karya Danarto antara lain adalah Godlob (kumpulan cerpen, 1975), Adam Makrifat (kumpulan cerpen, 1982), Berhala (kumpulan cerpen, 1987), Orang Jawa Naik Haji (1984), Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek (drama, 1976), Bel Geduwel Beh (drama, 1976), Gergasi (kumpulan cerpen, 1993), Gerak-Gerak Allah (kumpulan esai, 1996), dan Asmaraloka (novel, 1999), Setangkai Melati di Sayap Jibril (kumpulan cerpen, 2001).