Fakhrunnas M.A. Jabbar adalah seorang penulis kelahiran Tanjung Barulak, 18 Januari 1960. Sebagai penulis, Fakhrunnas MA Jabbar tidak hanya membatasi diri pada satu bidang. Karyanya mencakupi esai, puisi, dan cerpen, yang telah dimuat dalam kurang lebih empat puluh media lokal ataupun ibukota, seperti majalah Horison, Panji Masyarakat, Sinar Harapan, Gadis, Pelita, Prioritas, Merdeka, dan Terbit.
Dosen Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Riau ini memiliki pengalaman luas dalam keorganisasian, seperti Sekretaris Lembaga Seni Budaya Pemuda KNPI Riau, Sekretaris HSBI Riau, Ketua Sanggar Seni Dolphin, dan pengurus Komisariat Sastra BKKNI Tingkat I Riau. Selain mengajar, ia juga pernah menjadi wartawan Panji di Pekanbaru tahun 1988.
Prestasi yang pernah diraih oleh Fakhrunnas M.A. Jabbar dalam bidang tulis-menulis adalah (1) juara I Penulisan Puisi-POSSEMI Tingkat Nasional (1981), (2) juara harapan Penulisan Cerita Anak Departemen Pendidikan Agama, Republik Indonesia (1981), (3) juara III Penulisan Puisi se-Indonesia di Yogyakarta (1987), dan (4) juara I penulisan Puisi dengan judul "Siluet Ungu Tahun 2000" (1984).
Karya-karya Fakhrunnas M.A. Jabbar yang sudah diterbitkan, antara lain, adalah (1) Di Bawah Matahari (1981) dan (2) Kumpulan Puisi dan Matahari-Matahari (kumpulan puisi bersama M. Husnu Abadi, 1982), Cerita anak-anak yang ditulisnya adalah Menembus Kabut, Di Bawah Merah Putih, dan Bonan si Anak Gerilya. Kumpulan cerpennya Ongkak (2010, Aneuk Mulieng Publishing dan Rumah Komunikasi). Karya nonfiksinya adalah H. Soeman Hs: Bukan Pencuri Anak Perawan (1998).
Fakhrunnas M.A. Jabbar yang masih saudara sepupu penyair Hamid Jabbar ini menyukai sastra sejak masih duduk di Sekolah Dasar. Kegemarannya terhadap buku telah dimulainya dengan menamatkan sebuah buku mengenai keagamaan setebal 250 halaman saat masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Menurutnya, keinginan menjadi pengarang adalah sebuah hidayah yang mendorong bakat dalam dirinya untuk menyenangi dunia mengarang. Lingkungan dalam keluarga dan sekolah turut mendukung bakat menulis dalam dirinya. Sejak kecil ia telah menyenangi cerita dongeng yang diperolehnya dari majalah Si Kuncung dan dari penulis cerita anak-anak, seperti karya Mansur Samin, Rohyati Solihin, Bambang Istijab, dan Soekanto S.A.
Bagi Fakhrunnas, proses kreatif seorang pengarang dimulai dengan menampilkan gagasan-gagasan yang sederhana dalam ceritanya. Rangsangan untuk lahirnya gagasan cerita tersebut dapat berasal baik dari dalam diri maupun dari luar. Untuk menghasilkan sebuah karya yang baik haruslah benar-benar berasal dari dorongan kedalaman batin pengarang yang tidak dapat dipaksa-paksakan.
Dalam salah satu kritikan yang diberikan oleh Wise Marwin mengenai puisi-puisi Fakhrunnas M.A. Jabbar, dikemukakan bahwa ada semacam keseragaman tema dan satu gerak nafas antara karya Fakhrunnas dan Syafiruddin Saleh. Menurutnya, ketiga penyair ini menampilkan satu warna puisi, yakni mengenai renungan kebatinan terhadap Tuhan Sang Pencipta. Religiusitas dalam karya-karya puisi Fakhrunnas M.A. Jabbar sangat kental terasa, terutama dari pilihan kata yang banyak menggambarkan kerinduan insan kepada Khaliknya.