Gus Tf. Sakai adalah sastrawan yang lahir 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatra Barat. Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana Peternakan, Universitas Andalas tahun 1994. Mulai aktif menulis sejak masih di SD pada usia 12 tahun.
Sajak pertamanya dimuat di majalah Hai. Karyanya, baik berupa puisi maupun cerpen, banyak dimuat di berbagai media massa seperti Kompas, Republika, atau Media Indonesia. Selain itu, majalah Horisonsering memuat puisi dan cerpennya. Gus Tf merupakan penyair paling muda yang karyanya dimuat dalam buku Ketika Kata Ketika Warna (In Words In Colour) yang diterbitkan oleh Yayasan Ananda dalam rangka memperingati ulang tahun emas kemerdekaan Indonesia di dalam buku Karya 50 Penyair Indonesia dan Dari Hamzah Fansuri sampai ke Handayani.
Puisinya yang telah dipublikasikan lebih dari 150 buah yang ditulis sejak tahun 1980 sampai sekarang. Ratusan cerpennya tersebar di berbagai media massa daerah dan nasional. Empat kali cerpennya terpilih sebagai salah satu cerpen pilihan Kompas yang diterbitkan oleh Grasindo. Sejak tahun 1995 Gus Tf dikontrak oleh Grasindo.
Gus Tf sangat mencintai kampung halamannya, sehingga ia tidak bersedia meninggalkan Payakumbuh. Berbagai tawaran untuk bekerja dan berkarya di luar tanah kelahirannya ditolaknya. Ia beranggapan "menyerang dari dalam" adalah langkah terbaik jika dibandingkan ia keluar dari Payakumbuh. Sebagai sastrawan daerah, ia akan terus berkarya di daerah, tetapi tetap setia menyorot dan mengkritik perkembangan sastra di Indonesia.
Ia pernah menjadi pemenang pertama Sayembara Penulisan Puisi Direktorat Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1990, pemenang pertama Sayembara Penulisan Esai Pekan Budaya Minangkabau tahun 1993, Penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional tahun 1993, Penghargaan dari Yayasan Lontar tahun 2001, Penghargaan dari Pusat Bahasa tahun 2002, dan Penghargaan dari Universitas Andalas tahun 2002.
Karya yang sudah diterbitkan, antara lain adalah (1) Segi Empat Patah Sisi (novel, 1990), (2) Segitiga Lepas Kaki (novel, 1991), (3) Ben (novel, 1991), (4) Istana Ketirisan (kumpulan cerpen, 1996), (5) Tiga Cinta, Ibu (novel, 2002), (6) Sangkar Daging (kumpulan puisi, 1997) , (7) Tambo (kumpulan artikel budaya), (8) Pembisik (kumpulan cerpen terpilih Republika), (9) Dua Tengkorak Kepala (kumpulan cerpen terbaik Kompas), (10) Gonjong I (antologi puisi, 1999), (11) Antologi Puisi 1999 Sumatra Barat (1999), (12) Sahayun (1994), (13) Gonjong 2 (2001), (14) Sebelas Kumpulan Cerpen Terbaik dari Sumatra Barat (2002), Akar Berpilin (2009, kumpulan sajak), dan Kaki yang Terhormat (2012, kumpulan cerpen).