• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 
HR. Bandaharo   (1917-1993)
Kategori: Pengarang Sastra

 

HR. Bandaharo tergolong pengarang Angkatan Pujangga Baru. Nama lengkapnya Bandaharo Harahap. HR Bandaharo alias Banda Harahap lahir tanggal 1 Mei 1917 di Medan dan meninggal tanggal 1 April 1993 di Jakarta. HR. Bandaro berasal dari Sumatra Utara dan memeluk agama Islam. Dia adalah anak HR. Mohammad Said. Bapaknya bekerja sebagai konsul Muhammadiyah untuk Sumatra Timur pada masa sebelum Perang Dunia II. HR. Bandaharo sudah dikenal sebagai pakar Lekra.

HR. Bandaharo mengenyam pendidikan di sekolah MULO dan melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru, tamat 1935. Dia pernah bekerja sebagai guru Sekolah Muhammadiyah, Medan tahun 1936—1944. HR. Bandaharo pernah menjadi pemimpin sebuah perkumpulan sandiwara tahun 1945—1946 dan pernah pula menjadi pegawai Jawatan Penerangan Republik Indonesia Asahan, kemudian menjabat Kepala Jawatan Penerangan Republik Indonesia di daerah Asahan pada masa Darurat 1947—1948 pada saat bangsa Indonesia sedang berperang melawan Belanda. Sejak tahun 1949, ia bekerja sebagai anggota redaksi harian Rakyat dan harian Pendorong, Medan. Dia kemudian pindah ke Jakarta memimpin Lembaran Kebudayaan di harian Rakyat Jakarta, dan memimpin harian Kebudayaan yang terbit tiap minggu (surat kabar ini merupakan surat kabar kebudayaan yang kreatif dan unik dilihat dari sudut perkembangan pers Indonesia pada awal tahun enam puluhan). HR. Bandaharo juga aktif di LEKRA.

HR. Bandaharo pernah menulis di majalah Pedoman Masyarakat Medan asuhan Hamka dan Yunan Nasution. Puisinya ada yang diterbitkan sebelum Perang Dunia II, yakni "Sarinah dan Aku". Puisi ini bersifat patriotik dengan gaya realiasme romantik. Setelah revolusi Agustus 1945 meledak di Sumatra Timur, HR. Bandaharo aktif menulis. Dia menulis dalam beberapa surat kabar di Medan. Karyanya terbit dalam majalah Kebudayaan, Zaman Baru, Zenith, Kebudayaan Baru, dan lain-lain.

Adam Lipsia dalam mengulas "Sepuluh Sanjak Berkisah" (diterbitkan pertama kali oleh Yayasan SKBSI dan dicetak ulang oleh penerbit "World Citizen Press" Amsterdam, dengan pendaftaran resmi ISBN: 90-72669-01-0. 1987) karya Hr. Bandaharo menyatakan bahwa sajak-sajak itu adalah karya yang cukup baik Hr. Bandaharo yang tersebar dalam majalah Zaman Baru, Zenith, Indonesia, Kebudayaan. Kumpulan sajaknya, antara lain, adalah (1) Dari Daerah Kehadiran Lapar dan Kasih (1958), (2) Sarinah dan Aku (1939), (3) Dosa Apa, (4) Antara Dua Sungai (1959), (5) Praha (1964), (6) Aku Hadir di Hari Ini (1978), (7) Matinya Seorang Penyair (1978), (8) Metropolis (1978) dan Dari Bumi Merah (1963), karya terjemahannya adalah Hilangnya Kehormatan Katharina Blum (novel karya Heinrich Boll, 1983).

HR. Bandaharo memperoleh penghargaan berupa Hadiah Sastra Nasional BMKN tahun 1957/1958.

 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 
HR. Bandaharo   (1917-1993)
Kategori: Pengarang Sastra

 

HR. Bandaharo tergolong pengarang Angkatan Pujangga Baru. Nama lengkapnya Bandaharo Harahap. HR Bandaharo alias Banda Harahap lahir tanggal 1 Mei 1917 di Medan dan meninggal tanggal 1 April 1993 di Jakarta. HR. Bandaro berasal dari Sumatra Utara dan memeluk agama Islam. Dia adalah anak HR. Mohammad Said. Bapaknya bekerja sebagai konsul Muhammadiyah untuk Sumatra Timur pada masa sebelum Perang Dunia II. HR. Bandaharo sudah dikenal sebagai pakar Lekra.

HR. Bandaharo mengenyam pendidikan di sekolah MULO dan melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru, tamat 1935. Dia pernah bekerja sebagai guru Sekolah Muhammadiyah, Medan tahun 1936—1944. HR. Bandaharo pernah menjadi pemimpin sebuah perkumpulan sandiwara tahun 1945—1946 dan pernah pula menjadi pegawai Jawatan Penerangan Republik Indonesia Asahan, kemudian menjabat Kepala Jawatan Penerangan Republik Indonesia di daerah Asahan pada masa Darurat 1947—1948 pada saat bangsa Indonesia sedang berperang melawan Belanda. Sejak tahun 1949, ia bekerja sebagai anggota redaksi harian Rakyat dan harian Pendorong, Medan. Dia kemudian pindah ke Jakarta memimpin Lembaran Kebudayaan di harian Rakyat Jakarta, dan memimpin harian Kebudayaan yang terbit tiap minggu (surat kabar ini merupakan surat kabar kebudayaan yang kreatif dan unik dilihat dari sudut perkembangan pers Indonesia pada awal tahun enam puluhan). HR. Bandaharo juga aktif di LEKRA.

HR. Bandaharo pernah menulis di majalah Pedoman Masyarakat Medan asuhan Hamka dan Yunan Nasution. Puisinya ada yang diterbitkan sebelum Perang Dunia II, yakni "Sarinah dan Aku". Puisi ini bersifat patriotik dengan gaya realiasme romantik. Setelah revolusi Agustus 1945 meledak di Sumatra Timur, HR. Bandaharo aktif menulis. Dia menulis dalam beberapa surat kabar di Medan. Karyanya terbit dalam majalah Kebudayaan, Zaman Baru, Zenith, Kebudayaan Baru, dan lain-lain.

Adam Lipsia dalam mengulas "Sepuluh Sanjak Berkisah" (diterbitkan pertama kali oleh Yayasan SKBSI dan dicetak ulang oleh penerbit "World Citizen Press" Amsterdam, dengan pendaftaran resmi ISBN: 90-72669-01-0. 1987) karya Hr. Bandaharo menyatakan bahwa sajak-sajak itu adalah karya yang cukup baik Hr. Bandaharo yang tersebar dalam majalah Zaman Baru, Zenith, Indonesia, Kebudayaan. Kumpulan sajaknya, antara lain, adalah (1) Dari Daerah Kehadiran Lapar dan Kasih (1958), (2) Sarinah dan Aku (1939), (3) Dosa Apa, (4) Antara Dua Sungai (1959), (5) Praha (1964), (6) Aku Hadir di Hari Ini (1978), (7) Matinya Seorang Penyair (1978), (8) Metropolis (1978) dan Dari Bumi Merah (1963), karya terjemahannya adalah Hilangnya Kehormatan Katharina Blum (novel karya Heinrich Boll, 1983).

HR. Bandaharo memperoleh penghargaan berupa Hadiah Sastra Nasional BMKN tahun 1957/1958.

 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa