Ramadhan K.H. mempunyai nama panjangnya, yakni Ramadhan Kartahadimadja. Dia lahir di Bandung, Jawa Barat, tanggal 16 Maret 1927 dan meninggal 16 Maret 2006 di Rumah Sakit Cape Town, Afrika Selatan, setelah beberapa saat dirawat akibat kanker prostat.. Sebagai seorang pemeluk agama Islam yang sungguh-sungguh, ia mengejawantahkan kepercayaan kepada Tuhan, secara tersirat dalam hampir semua novelnya yang selalu menampilkan tokoh yang bertahan dalam kejujuran.
Di kota Cianjur Ramadhan dibesarkan oleh ibunya yang telah bercerai dengan ayahnya. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, ia bersekolah di SMP Sukabumi tahun 1940. Namun, tatkala berkobar revolusi kemerdekaan Indonesia, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah atas di Bogor tahun 1943.
Pada tahun 1948 ia melanjutkan sekolahnya ke ITB (Institut Teknologi Bandung), tetapi hanya bertahan satu tahun, kemudian ia pergi ke Jakarta dan melanjutkan kuliahnya ke Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN), juga tidak sampai selesai. Pada saat masih kuliah di tingkat tiga, ia tergoda oleh tawaran untuk meliput kegiatan pesta olah raga Asian Games di New Delhi. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Di samping menikmati olah raga, ia mendapat kesempatan melihat Taj Mahal dan Old Delhi. Kecintaan Ramadhan terhadap kesusastraan sungguh tidak main-main. Pada tingkat terakhir di Akademi Dinas Luar Negeri ia meninggalkan akademi itu. Iia menerima tawaran ke luar negeri untuk mempelajari seni dan kebudayaan. "Saya Tinggalkan Dunia Diplomat karena Sajak" adalah judul pidato Ramadhan K.H. pada saat menerima Anugerah SEA Write Award di Bangkok tahun 1993.
Ramadhan bersama-sama dengan Nugroho Notosusanto, menerbitkan majalah mahasiswa bernama Kompas (1951—1954). Surat-surat dan artikel Ramadhan dan Nugroho banyak diterbitkan dalam majalah tersebut.
Pada tahun 1956 Ramadhan bersama dengan beberapa pengarang lain yang berasal dari Jawa Barat mendirikan organisasi kebudayaan yang bernama Kiwari. Yang bergabung dalam organisasi tersebut, antara lain, Achdiat Kartamiharja, Ajip Rosidi, Dodong Djiwapraja, dan Wing Kardjo. Organisasi ini banyak menerbitkan buku kesusastraan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Organisasi tersebut menimbulkan berbagai reaksi karena dianggap sebagai gerakan separatisme, provinsialisme, atau sukuisme. Akan tetapi, semua itu akhirnya dapat disangkal oleh Ramadhan.
Tahun 1958 Ramadhan bekerja di kantor berita Antara. Pada tahun itu pula ia mengawini Pruistin Atmajasaputra atau lebih dikenal dengan sebutan Ines. Ramadhan, yang oleh teman-temannya dipanggil akrab dengan sebutan Atun, adalah seorang humoris. Dia diasuh oleh ibunya yang bernama Sadiah. Figur ibu baginya merupakan segala-galanya karena ibunya yang telah bercerai dengan ayahnya itu bertindak sebagai ayah sekaligus.
Tahun 1966 Ramadhan beserta Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara Bandung ditahan karena dicurigai terlibat Gestapu. Akan tetapi, penahanan itu hanya berlangsung 18 hari. Situasi itu pun tidak lepas dari pengamatan Ramadhan sebagai seorang seniman. Pengalaman itu ditulisnya dalam sajak-sajaknya.
Ramadhan juga pernah bergabung dengan majalah Kisah di Jakarta mengasuh rubrik "Persada". Dia juga pernah bekerja di majalah Siasat, Jakarta. Banyak kegiatan diplomasi dalam bidang kesenian dan kebudayaan yang dilakukannya meskipun ia bukan pejabat resmi. Dia banyak mendorong dan mengusahakan agar kesenian Indonesia dikenal di luar negeri dan sebaliknya. Hal itu dilakukan ketika ia bekerja sebagai sekretaris di Dewan Kesenian Jakarta (1971—1974) dan sebagai direktur pelaksana dewan tersebut (1977). Sejak 1997 hingga wafatnya, Ramadhan K.H. tercatat sebagai anggota Akademi Jakarta.
Karier Ramadhan di bidang tulis-menulis dimulainya sejak ia bekerja sebagai wartawan tahun 1952. Ramadhan termasuk pengarang tahun 1950-an yang terus menulis hingga tahun 1980-an. Mula-mula ia menulis cerita pendek, kemudian lebih banyak menulis puisi, dan akhirnya menulis novel. Dia pun dikenal sebagai penerjemah sastra Spanyol, antara lain puisi karya Federico Garcia Lorca, ke dalam bahasa Indonesia. Ramadhan sangat mengagumi penyair Spanyol, terutama, Lorca, dan penyair Indonesia, Chairil Anwar.
Karya-karya Ramadhan K.H. sebagai berikut (1) Priangan si Jelita (puisi). 1975. Jakarta: PT Dunia Pustaka. Novel: (1) Royan Revolusi. 1972. Jakarta, Gunung Agung, (2) Kemelut Hidup, 1977, Jakarta, Pustaka Jaya, (3) Keluarga Permana, 1978, Jakarta, Pustaka Jaya, (4) Ladang Perminus, 1990, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, memenangkan Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K, tahun 1993, novel ini juga "mengantarkan" pengarangnya meraih SEA Write Award 1993, dari Kerajaan Thailand. Karya Terjemahan (1) Rumah Bernarda Alba (drama, 1957), (2) Yerma (drama, 1959), (3)Spasmes d'une Revolusion. Temps fou Puyraimond (World Copyright by Puyraimond. Paris, 1977), (4) Romansa Kaum Gitana, 1973, Jakarta, Pustaka Jaya. Biografi (1) Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno (1981), (2) Gelombang Hidupku: Dewi Dja dari Dardanella (1982), (3) A.E. Kawilarang: Untuk Sang Merah Putih (1988), (4) Menguak Duniaku: Kisah Sejati Kelainan Seksual(ditulis bersama R Prie Prawirakusumah (1988), (5) Suharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (ditulis bersama G. Dwipayana, 1988). Karya Kerja Sama Blauer Abend in Berlin (Malam Biru di Berlin). Antologi dwibahasa puisi Jerman selama 800 tahun diterbitkan dan diterjemahkan oleh Herausgegeben und Ubersetztvan dan diterjemahkan oleh Ramadhan K.H. dan Berthold Damshauser 1989, dalam rangka 40 tahun Republik Federal Jerman, (2) Am Raude des Reisteldh atau Pinggir Sawa:. Zweisprachige Antologie Moderner Indonesischer Lyrik atau Antologi Dwi Bahasa Puisi Indonesia Modern diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1990. Buku ini diterbitkan dengan bantuan Kedutaan Besar RI di Bonn dan Yayasan Bina Bhakti di Jakarta dalam rangka ulang tahun kemerdekaan RI ke-45.
Atas jasanya di bidang tulis-menulis dan sastra, Ramadhan banyak memperoleh hadiah dan penghargaan. Akhir tahun 2006, beberapa saat setelah wafatnya, Ramadhan K.H. memperoleh Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia. Puisi-puisinya yang sudah menjadi buku kumpulan puisi, yaitu Priangan si Jelita memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN tahun 1957—1958. Novelnya yang berjudul Royan Revolusi memperoleh Hadiah Nasional IKAPI—Unesco tahun 1968. Pada tahun 1975, novelnya yang berjudul Kemelut Hidup terpilih sebagai pemenang ketiga Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Keluarga Permana meraih Hadiah Pertama dalam Sayembara Mengarang Roman, DKJ tahun 1976.