Susy Aminah Aziz salah seorang penyair wanita Indonesia yang karyanya terbit tahun 1960-an, lahir di Jakarta, tepatnya di daerah Jatinegara, tanggal 24 November 1937. Nama lengkapnya Susy Aminah Aziz binti Haji Abdul Aziz bin Haji Endung Mugnie dan nama panggilannya None atau Susy. Susy Aminah Aziz menganut agama Islam. Dalam dunia sastra, ia menggunakan nama samaran Sara Ananda N.
Susy Aminah Aziz memulai pendidikannya di sekolah rendah (Lagere School), kemudian ke SMP negeri bagian B dan tamat tahun 1955. Tahun 1959/1960 ia tamat dari SMA negeri bagian C. Setelah itu, Susy melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Da'watul Islamiyah, Tanah Tinggi, Jakarta, tetapi hanya sampai Tingkat II. Dia juga pernah mengikuti kursus bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika sampai Tingkat III.
Susy Aminah Aziz bekerja sebagai wartawan Suluh Minggu 1960. Tahun 1957 (sekitar bulan Mei) ia membantu siaran Tunas Mekar RRI Jakarta. Akhir tahun 1957 ia membantu Mingguan Peristiwa selama lebih kurang empat bulan. Tahun 1965 ia bekerja sebagai wartawan harian Suara Islam, tahun 1979 sebagai pembantu tetap Mingguan Nasional Press. Dia juga pernah menjadi Ketua Pendidikan Rukun Ibu dan pencetus ide berdirinya Taman Kanak-Kanak Grya Wartawan dan Pendidikan Agama Islam Grya Wartawan.
Sewaktu bertugas sebagai wartawan harian Suara Islam, ia bertemu dengan seorang pemuda, Imam Halilintars B.A., yang juga bekerja sebagai wartawan di harian yang sama. Tanggal 3 Desember 1965 keduanya bersepakat untuk menikah. Pernikahan itu berlangsung di rumah orang tua Susy dan maharnya sebuah Al-Quran. Setelah menikah, mereka tinggal di Kompleks PWI, Blok G 100, RT06/009, Grya Wartawan, Cipinang Muara, Jakarta Timur.
Susy Aminah Aziz mulai menulis puisi tahun 1957. Puisinya dimuat dalam Berita Minggu, Bintang Timur, Abadi, Duta Masyarakat, Majalah Pembina, National Press, Peristiwa, Suluh Minggu, Mimbar Indonesia, Suara Islam, Duta Revolusi, Nusantara, Sinar Harapan, Gading Permai, dan Pelita. Puisi-puisinya itu kemudian dikumpulkan dalam kumpulan puisi yang berjudul Seraut Wajahku (1960) dan Tetesan Embun (1977). Tahun 1980 terbit kumpulan puisinya yang berjudul Wajah Penuh yang ditulis dalam rangka mengenang empat puluh tahun wafatnya ayah Susy, Haji Abdul Aziz. Ketiga buku kumpulan puisi itu diterbitkan oleh Yayasan Kemuning. Puisi-puisinya dibacakan dalam Siaran Tunas Mekar, Radio Republik Indonesia (RRI) tahun 1950—1960.
Sebagai penyair, Susy pernah mengikuti Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia (KKPI) tahun 1962, Pertemuan Sastrawan I tahun 1972, Pertemuan Penyair Asean 1978, dan Pertemuan Sastrawan 1979.
Ajip Rosidi dalam bukunya yang berjudul Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1976) mengatakan bahwa kumpulan puisi Susy yang berjudul Seraut Wajahku hanya menjanjikan kemungkinan, sama halnya dengan puisi-puisi Dwiarti Marjono dalam majalah Sastra.
M.S. Hutagalung mengomentari sajak-sajak Susy Aminah Aziz sebagai sajak yang sarat dengan ungkapan jiwa remaja dengan sifat keremajaannya. Lain lagi komentar Korrie Layun Rampan yang menilai Susy Aminah Aziz sebagai penyair yang daya ucapnya mencerminkan pengaruh Pujangga Baru, seperti Rifa'i Ali, Samadi, dan Hamka.