Halaman Beranda
Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan
Ahli Bahasa
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Bahasa Daerah Di Indonesia
Duta Bahasa
KBBI
Penelitian Bahasa
Registrasi Bahasa
UKBI
Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah
Indeks Kemahiran Berbahasa
Revitalisasi Bahasa Daerah
Gejala Sastra
Hadiah/Sayembara Sastra
Karya Sastra
Lembaga Sastra
Media Penyebar/Penerbit Sastra
Pengarang Sastra
Penelitian Sastra
Registrasi Sastra Cetak
Registrasi Sastra Lisan
Registrasi Manuskrip
Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan
Statistik
Info
Suku : Bali
Genre : Pertunjukan
Provinsi: Provinsi Bali
Kabupaten/Kota: Kota.Denpasar
Pengerupukan adalah tradisi yang masih bertahan di daerah Bali. Diadakan sebelum perayaan Nyepi, pada saat itu, akan ada banyak Ogoh-ogoh yang turun ke jalan-jalan di Bali. Ogoh- ogoh melambangkan elemen buruk yang harus dihancurkan dan membawa kembali unsur yang baik untuk lingkungan. Selain di jalan, perayaan juga diadakan di setiap rumah Hindus di Bali. Perayaan termasuk membuat api di depan setiap rumah dan membuat suara-suara di dalam rumah, yang diyakini akan mengirimkan semua elemen jahat di rumah.
Pada malam pengerupukan ini, di bali biasanya tiap desa dimeriahkan dengan adanya ogoh-ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai dari kulkul, petasan dan juga “keplug-keplugan” yaitu sebuah bom khas bali yang mengeluarkan suara keras dan menggelagar seperti suara bom, yang dihasilkan dari proses gas dari karbit dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan yang mengelegar. Ogoh-ogoh umumnya dengan rupa seram, mata melotot, susu menggelantung yang melambangkan buta kala dalam berbagai rupa, juga menunjukkan kreativitas dari orang Bali yang luar biasa yang terkenal akan seni dan budayanya.