Dari Lembah ke Coolibah merupakan novel karya Titis Basino P.I. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh PT Grasindo, tahun 1997. Ilustrasi sampul dibuat oleh Ipe Ma'ruf dan desain sampul oleh Roland M. Sutrisno, dan dicetak oleh percetakan PT Gramedia, Jakarta. Dengan novelnya ini yang kemudian menjadi trilogi bersama dua novelnya yang diikat oleh satu tema, yakni Welas Asih Merengkuh Tajali dan Menyucikan Perselingkuhan.
Novel Dari Lembah Ke Coolibah itu sendiri terdiri atas tiga belas bab ditambah satu judul terakhir, yaitu "Pondok Indah Puri Asri" dan biografi singkat penulisnya. Bab I (1—13) bercerita tentang rencana tokoh yang akan berangkat naik haji dengan muhrimnya pembimbing manasik, dan berangkat sampai tiba di Pondok Gede, asrama haji. Bab II (14—32) mengungkapkan perjalanan haji di pesawat menuju Jedah. Tiba di Jedah tokoh utama mengalami kerumitan mengurus surat-surat di bandara, pengalaman pertama mandi, berangkat menuju ke Mekah dan melakukan ibadah umroh sampai memotong rambut atau tahalul yang menandakan upacara umroh telah selesai. Akhir bab menceritakan jemaah dibangunkan untuk turun menuju Arafah. Bab III (33—35) berisi paparan tentang keadaan para jemaah yang akan berangkat ke Arafah besok pagi. Bab IV (37—39) mengungkapkan keadaan di Arafah menjelang subuh hingga siang dengan udara yang panas. Bab V (41—56) berisi keberangkatan kembali dari Arafah, naik bis menuju Musdalifah, mengambil batu untuk melempar jumroh di Mina, yaitu jumroh Akabah, Ula, dan Wusta, yang dilanjutkan dengan tawaf dan sai di Mekah. Bab VI (57—61) berisi paparan kenangan waktu tawaf dan sai, serta ke sumber air zamzam, kemudian kembali ke pondokan. Bab VII (63—68) berisi gambaran tentrang situasi persiapan kepulangan ke tanah air yang tertunda di Jeddah. Bab VIII (69—71) mengungkapkan rencana kepulangan ke tanah air untuk syukuran bersama sanak famili. Bab IX (73—77) mengungkapkan suasana di bus keliling Jeddah untuk menghabiskan waktu karena sudah harus keluar hotel dan menunggu pesawat pukul 3 dini hari. Bab X (79—81) berisi cerita setiba di Bandara Soekarno—Hatta dan berpisah dengan para jemaah serombongan serta pembimbing. Bab XI (83—95) berisi cerita tentang pertemuan kembali dengan pembimbing dan pergi bersama serta dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Bab XII (97—126) berisi kisah pertemuan yang tak disangka di suatu undangan lalu pulang bersama sambil mengajuk hati masing-masing. Bab XIII (127—148) berisi cerita kepergian tokoh utama ke Surabaya sendiri dan disusul oleh pembimbing di Surabaya. Mereka pulang bersama dan di tengah jalan mengalami kecelakaan yang menyebabkan tokoh utama terkena amnesia sampai berbulan-bulan. Terakhir pembimbingnya pun meninggal di Mekah.
Novel ini merupakan novel pertama Titis Basino setelah lama "tenggelam' dan hadir lagi dalam dunia sastra Indonesia.
Menurut Korrie Layun Rampan (2000), novel Titis ini ditulis dengan nada intens, cerdas, dan lembut, kadang lucu dengan humor segar dan tajam, tetapi mengundang rasa tawa. Kisahnya romantis dan dijalin dengan nuansa rohani, yang diangkat dari pengalaman fisik dan batin seorang wanita yang sudah matang usia. Segala yang unik dan peka diangkat dengan cara sensitif, menjadikan pengalaman pribadi dan pengalaman manusiawi yang universal. Selanjutnya, dikatakan bahwa seluruh kisah dalam novel ini merupakan romantisme puitis, dijalin dalam narasi yang liris dan plasis, diselingi dialog-dialog yang lincah dan bernas. Cinta, peristiwa, waktu, usia, cemburu, dan tragedi bersatu dalam cerita yang setiap lembarnya mampu mengebor sukma.