Kawan Bergeloet merupakan kumpulan cerita pendek (cerpen) karya Soeman Hasiboean yang lebih dikenal dengan nama Soeman Hs. Kumpulan cerpen itu pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1938, dan cetakan kedua pada tahun 1941. Pada tahun 1961 buku ini diterbitkan untuk kedua kalinya juga oleh Balai
Pustaka. Kumpulan cerpen itu pernah pula dicetak oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pekanbaru, tahun 1991. Kawan Bergeloet memuat 12 cerita pendek, yakni (1) "Cik Mat"; (2) "Pilu"; (3) "Salah Paham"; (4) "Salah Sangka"; (5) "Pandai Jatuh"; (6) "Karena Hati"; (7) "Fatwa Membawa Kecewa"; (8) "Itulah Asalku Tobat"; (9) "Selimut Bertuah"; (10) "Salah Mengerti"; (11) "Papan Reklame"; dan (12) "Kelekar si Bogor". Kedua belas cerpen itu pada awalnya dimuat dalam sebuah majalah terbitan Medan. Seluruh cerita yang dimuat dalam buku ini bertema jenaka.
Di samping penuh dengan humor, kumpulan cerpen ini juga berisi dengan pesan pendidikan. Menurut Suman Hs, dalam pengantar buku Kawan bergeloet (1981), kumpulan cerita pendek ini menarik hati pembacanya karena humor-humornya. Banyak kata yang dipakai dalam cerpen itu menggelikan hati dan membuat orang tertawa, sehingga waktu itu kumpulan cerita banyak dibeli orang karena sangat disukai.
Kawan bergeloet merupakan kumpulan cerpen pertama di Indonesia yang terbit bersama-sama dengan karya Muhammad Kasim yang berjudul Teman Duduk. Tampubolon dalam Mingguan Merdeka (19 Agustus 1990) menyatakan bahwa kumpulan cerpen yang ditulis oleh Suman Hs. itu merupakan cerita humor yang pertama kali dihasilkan oleh putra Indonesia. Kumpulan cerpen ini tidak hanya menggelitik, tetapi mengungkapkan ketidaktahuan manusia yang menimbulkan rasa geli bagi yang mengetahuinya. Kumpulan cerpen itu telah membuat nama Suman Hs. terkenal di Indonesia sebagai pengarang yang berbakat dan populer pada zamannya.
Marifion dan Taufik Ikram Jamil dalam Kompas (2 Oktober 1990) menyatakan bahwa kumpulan cerita pendek ini merupakan salah satu pelopor kelahiran cerita pendek Indonesia. Kepeloporannya itu makin elok menghiasi wajah kepengarangan Soeman Hs. karena wujud bahasa yang ditimangnya.
Sutan Takdir Alisjahbana dalam Teeuw (1953) mengatakan bahwa dalam Kawan Bergeloet tercermin sifat-sifat bahasa Melayu lama yang telah membeku dan kaku kembali ringan beralun-alun. Soeman Hs. telah berada di antara pengarang-pengarang prosa baru dengan kedudukan yang luar biasa.