Sarinah Kembang Cikembang merupakan kumpulan cerita pendek Satyagraha Hoerip yang terbit pertama kali tahun 1993. Sarinah Kembang Cikembang diterbitkan oleh Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara (Puspa Swara).
Sarinah Kembang Cikembang ini merupakan kumpulan cerpen yang memuat sembilan cerita pendek, yakni 1) Oh Pengarang Tua; 2) Cucu; 3) Ni Luh Pergiwati; 4) Sori Sensei; 5) Minggu Legi di Kyota; 6) Parang Garud; 7) Yu Dyah; 8)Sarinah Kembang Cikembang, dan 9) Jaksa Agung Artogo. Semua cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sarinah Kembang Cikembang ini pernah dimuat dalam majalah Matra, Femina, harian Kompas, dan Republika.
Cerita pendek "Sarinah Kembang Cikembang" mengisahkan seorang gadis desa bernama Sarinah yang berasal dari desa Cikembang rela mengorbankan dirinya menjadi pelacur kota demi kehidupannya. Pekerjaan ini dilakukannya akibat perpecahan rumah angga orang tuanya. Demi untuk meneruskan kehidupan keluarganya, Sarinah yang berparas cantik dan selalu menjadi incaran laki-laki mau melakukan pekerjaan yang terlarang iu.
Seorang laki-laki yang beruntung adalah Pak Openg, yakni seorang duda kaya dengan tiga cucu. Sarinah dijadikan isri oleh Pak Openg, tetapi berhubung cucu-cucunya tidak setuju dengan perkawinan itu, Sarinah diceraikannya. Karena perceraian itu Pak Openg memberi Sarinah uang sebanyak-banyaknya, dan uang itu pula yang digunakannya untuk menutupi utang ibunya selama ini.
Satu hal lain yang membuat Sarinah sakit hati dan merasa terpojok adalah desa Cikembang akan dibebaskan karena akan dibangun lapangan golf oleh pemerintah. Semua itu dengan alasan kesegaran pahlawan pembangunan dan menarik wisatawan asing. Dengan imbalan sangat minim warga Cikembang harus merelakan miliknya menjadi milik pemerintah sehingga banyak orang yang kehilangan pekerjaan, termasuk Sarinah. Ia terpaksa menerjunkan diri ke lembah nista. Ia menjadi pelacur di daerah Puncak, kemudian pindah ke Jakarta. Dengan pekerjaan itu roda ekonomi rumah tangga ibunya teratasi.
Suatu hari Inah berkenalan dengan seorang laki-laki bernama Joni yang datang ke tempat pelacuran itu. Di sana ia banyak bercerita tentang busuknya mental pemerintahan: korupsi, komunis, dan kapitalis. Semua itu lebih hina dari seorang pelacur. Yang menjadi sorotan adalah pelacur, tetapi sebetulnya sampah masyarakat itu adalah pemerintah.
Cerpen "Sarinah Kembang Cikembang" ini pernah dibacakan dalam Forum Dialog Budaya Tegal, 2 Juli 1994, di aula SMP Negeri 10 Tegal. Dalam forum dialog itu pembacaan cerpen disampaikan oleh Tegal Nurngudino dan diskusi dilanjutkan oleh sastrawan sekaligus Kades Pakijangan Brebes, Atmo Tan Sidik, dengan moderator Yono Daryono (dramawan). Menurut Yono Daryono, cerpen "Sarinah Kembang Cikembang" memiliki alur cerita yang kuat, selain karakter tokohnya mewakili ide pengarangnya sehingga benar-benar sebuah cerpen yang terealisasi. Sementara konflik tokoh satu dengan tokoh lain dipulas secara tuntas, bahkan jalinan ceritanya runtut, menggiring pembaca larut kepada ritme irama yang ditulis demikian detail.
Satyagraha Hoerip (1994) menyatakan bahwa kerakyatan telah mengilhami cerpen-cerpennya sehingga cerpen-cerpennya dekat dengan kehidupan rakyat jelata. Nama panggilan Satyagraha Hoerip, Oyik, adalah akronim "Orang Yang Idealismenya Kerakyatan". Karena itu, ia gencar menyuarakan aspirasi penganggur, petani, mahasiswa, dan rakyat yang direbut tanahnya dalam cerpen-cerpennya. Ia juga sangat membenci koruptor, sebagaimana terlihat dalam kumpulan cerpennya Sarinah Kembang Cikembang.