Harjadi S. Hartowardojo sastrawan Indonesia, terkenal karena novelnya yang berjudul Orang Buangan. Nama lengkapnya Harjadi Sulaiman Hartowardojo. Dia lahir tanggal 18 Maret 1930, di Desa Ngangkruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, dengan nama Harjadi Sulaiman. Ayahnya bernama Hartowardoyo, lengkapnya E. Ng. Hartowardoyo, beragama Islam, dan bekerja sebagai mantri di Kraton Surakarta. Ibunya bernama Suharti dan beragama Katolik. Haryadi tidak pernah beristri sampai diakhir usianya tanggal 9 April 1984 karena menderita penyakit jantung. Jenazahnya dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah.
Harjadi memulai pendidikannya di HIS Arjuna tahun 1936 kemudian ia masuk ke HIS Zendingschool di Klaten tahun 1939—1942. Setelah itu, ia masuk Sekolah Rakyat Klaten 6 tahun 1942--1943 kemudian, ia masuk ke SMP Negeri I Banjarsari tahun 1943 –1947. Selanjutnya, ia masuk ke SMA Bagian A di Manahan tahun 1947—1948. Karena suatu hal, ia berhenti dari SMA di Manahan kemudian ia masuk SMA PMIK Jakarta tahun 1952--1954. Setelah bekerja, Harjadi berkuliah di Fakultas Hukum dan lulus tahun 1966. Di samping itu, ia juga pernah berkuliah di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, tahun 1965. Harjadi pernah pula mengikuti penataran dalam bidang Social Research and Business Surveys di Manila (Juli—Agustus 1968).
Harjadi pernah bekerja sebagai wartawan di majalah Poedjangga Baroe, Siasat, Garuda, Harian Kami, dan Pedoman Minggu. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai guru SMP JP APPI (1952—1957), mengajar di SMAK (1961—1963), guru di SMA JP IPPI (1963—1964), dan dosen Fakultas Ilmu Politik, Universitas Nasional (1977). Dia pernah menjabat Sekretaris Badan Kerja Sama Badan-Badan Sosial di Indonesia (tahun 1961—1962), dan menjabat Kepala Biro Hubungan Masyarakat di Universitas Indonesia (tahun 1966). Dia diangkat sebagai dewan redaksi majalah Budaja Djaja (tahun 1968—1976) dan merangkap sebagai dewan redaksi di majalah Si Kuntjung tahun 1956. Sejak tahun 1972 ia menjadi penulis tetap di Harian Kami sebagai pengasuh rubrik "Astrologi dan Astronomi". Tahun 1974 ia bekerja sebagai editor penulis naskah iklan di Biro Iklan Matari. Tahun 1970—1971 ia diangkat sebagai Wakil Direktur Kepala Bagian Pengumpulan Data Lapangan di PT Insore Indonesia.
Harjadi S. Hartowardojo tercatat sebagai sastrawan tahun 1950-an dengan kumpulan sajaknya yang terkenal waktu itu, Loeka Bajang (1953) yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta. Sajak yang dikumpulkan dalam Loeka Bajang itu sebelumnya dipublikasikan dalam majalah Sastra dan Boedaja selama tiga tahun lebih, 1950—1953.
Dalam berkarya Harjadi berprinsip bahwa ia menyusun puisinya dengan bercerita untuk memberikan kebebasan kepada pembaca dalam mengambil hikmahnya. Harjadi mengatakan dalam beberapa ceramahnya bahwa pekerjaan mengarang sangat memerlukan ketelitian agar apa yang ditulis itu menjadi realis. Tanpa penelitian, seorang penulis akan kekurangan bahan.
Korrie Layun Rampan menyatakan bahwa Harjadi adalah sastrawan ternama dan bukan orang yang mengutamakan uang. Dia dapat menulis apa saja, dari persoalan yang berat sampai persoalan yang ringan. Dalam meresensi buku pun, ia tidak memilih, baik buku hiburan maupun buku serius.
A. Teeuw mengatakan bahwa Harjadi mempunyai bakat yang besar dalam menulis puisi. Harjadi dapat digolongkan dalam kelompok penerus Angkatan 45. Unsur psikologi dan unsur alam masuk ke dalam puisi-puisinya dan karena itu puisi-puisinya langsung atau tidak mencerminkan bayangan dunia fisik.
H.B. Jassin mengemukakan bahwa puisi-puisi Harjadi termasuk puisi yang baik karena dalam puisi itu dapat ditemukan bentuk penerimaan yang sesuai dengan jiwanya.
Secara lengkap karya sastra yang telah lahir dari tangan Harjadi S. Hartowardojo ialah 1) Loeka Bajang (kumpulan puisi, 1953. Jakarta: Balai Pustaka), 2) Orang Buangan (novel, 1971, Jakarta: Pustaka Jaya), dan 3) Perjanjian dengan Maut (novel, 1975, Jakarta , Pustaka Jaya), Harjadi pernah mendapat hadiah Sayembara Penulisan Novel yang diselenggarakan oleh IKAPI tahun 1971 atas karyanya yang berjudul Perjandjian dengan Maut.