Nursjamsu Nasution seorang pengarang Angkatan 45, lahir di Lintau, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 1921 dan meninggal dunia di Jakarta tahun 1995. Ia menikah dengan B. Nasution S.H. tahun 1946. Setelah menyelesaikan pendidikan HIS, Mulo, AMS, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI), tetapi tidak selesai. Setelah keluar dari UI, ia bekerja di Dewan Kesenian Jakarta (1973—1979) sebagai anggota. Dia juga pernah mengajar di Perguruan Cikini, Jakarta dan di Pusat Kebudayaan Jepang.
Nursjamsu Nasution mulai mengarang pada zaman Jepang. Dia banyak menulis puisi, cerita pendek, cerita anak-anak, dan menerjemahkan karya-karya asing. Karya-karyanya dimuat di berbagai media massa, antara lain, sajak "Gila" dimuat dalam majalah Pantja Raja II ,No. 5, 15 Januari 1947, "Lebih Baik" dimuat dalam majalah Djakarta, 11 Agustus 1945, "Hidup dan Mati" dimuat dalam majalah Djakarta, 3 Oktober 1945, dan "Kepada Saudara Chairil Anwar"dimuat dalam majalah Djakarta, 9 Agustus 1945. Selain itu, kumpulan puisinya berjudul Bunyi Genta dari Jauh (1980).
Puisi-puisi Nursjamsu yang terbit pada 1940-an, seperti "Soenji I", "Soenji II", "Tandoes di Tanah Soeboer", "Membajar Oetang", "Tinggi Hati", "Pandai Besi", "Tak 'kan Ketinggalan", "Taroehan", dan "Gila" dimuat kembali dalam Tonggak I: Antologi Puisi Indonesia Modern Linus Suryadi AG (1987). Di dalam buku Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi I dengan editor H.B. Jassin (1992) dimuat juga puisinya yang berjudul "Terawang". Selain itu, puisi Nursjamsu dimuat juga dalam Seserpih Pinang Sepucuk Sirih dengan editor Toety Heraty, 1979. Novelnya berjudul Lembah Hijau (1974) dan Roslina (1981).
Cerita anak yang ditulis oleh Nursjamsu, antara lain, Usmono Membela Ibu (1951), Si Penyayang Binatang (1951), Si Malang Untung (1952), Kebun Binatang Hiruk Pikuk (1978), dan Rosliana (1981). Karya sastra asing yang telah diterjemahkannya, antara lain, Tiga Kurcaci Laut karya Jan Bongaarts dan Lima Orang Penyamun karya Diet Krammer.
Nursjamsu Nasution termasuk pengarang wanita yang produktif dan karya-karyanya sering dibahas, antara lain, oleh Mansjur Samin dalam tulisannya yang berjudul "Ceramah Sastra Pengarang Nursjamsu" dalam Harian Abadi 4 Maret 1972. Poppy D. Hutagalung menulis tentang Nursjamsu dengan judul "Penyair Wanita Makin Langka", dimuat dalam surat kabar Sinar Harapan, 2 April 1982. Poppy menyimpulkan bahwa Nursjamsu adalah seorang penulis yang memiliki bakat alam. Selanjutnya, N. Syamsudin Ch. Haesy dalam tulisannya yang berjudul "Optimisme Hidup Seorang Perempuan: Menghayati 'Senja Telah Tiba'nya, mengatakan bahwa puisi "Senja Telah Tiba" patut direnungkan oleh para orang tua dan anak muda karena mengandung filsafat hidup.
Dengan novel Lembah Hijau, Nursjamsu memperoleh penghargaan dari Panitia Nasional Tahun Buku Internasional Tahun 1972.