• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

La Kadandio

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Muna

Genre : Puisi

Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Muna


La Kadandio adalah lagu rakyat yang masih bertahan sampai saat ini. Lagu itu menceritakan mengenai rasa duka masyarakat Muna atas pengkhianatan yang dilakukan oleh Sultan Buton yang bekerja sama dengan Belanda untuk menangkap dan mengasingkan Raja Muna. La Kadandio merujuk pada nama samaran Raja Muna La Ode Kadiri, bergelar Sangia Kaendea. La Ode Kadiri diundang oleh Sultan Buton dan Belanda untuk menghadiri sebuah acara, akan tetapi, saat ia tiba di kapal, ia ditangkap dan diasingkan ke tempat yang tidak diketahui oleh masyarakat Muna. Namun, setelah mereka tahu di mana tempat disembunyikannya raja mereka, yaitu Ternate, sang permaisuri pun segera menjemput raja. Dengan penyamaran dan tipu daya, akhirnya sang permaisuri berhasil menyelamatkan Raja Muna.

La Kadandio didendangkan oleh masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara hanya pada saat pementasan tari  linda, tari khas Muna. Lagu La Kadandio tidak dapat didendangkan di sembarang tempat karena dipercaya bagi siapa pun yang mendendangkannya di sembarang tempat akan didatangi makhluk-makhluk yang menyeramkan dari golongan jin (masyarakat Muna menyebutnya Wakaokili)

Ditinjau dari segi bentuknya, teks La Kadandio sangat singkat karena hanya terdiri atas 8 baris. Secara etimologis, La Kadandio terdiri atas La sebagai penanda laki-laki dalam masyarakat Muna dan Kadandio.  Secara morfologis, Kadandio dibentuk dari akar kata ndiolo  yang berarti ‘berduka’, diberi prefiks da- menjadi dandiolo yang berarti ‘kita berduka’. Kemudian bentukan kata dandiolo ‘kita berduka’ ini mendapat prefiks ka- sebagai pemarkah adjektiva (keadaan) sehingga menjadi kadandiolo yang berarti ‘keberdukaan kita semua’. Setelah itu, bentuk derivasi kadandiolo ‘keberdukaan kita semua’ ini mengalami peluluhan (deletion) pada suku kata terakhirnya yaitu lo, sehingga menjadi kadandio. Dengan demikian, secara semantis konstituen kadandio berarti ‘kita semua berada dalam keadaan duka’.


Tim Peneliti : Aderlaepe (Universitas Haluoleo)


 
PENCARIAN TERKAIT

  • A.M.Dg. Myala
    A.M.Dg. Myala atau Abdul Muin Daeng Myala adalah sastrawan Indonesia kelahiran Makassar pada tanggal 2 Januari 1909. Penyair ini mempunyai nama lain A. M. Thahir. Dia tergolong sebagai penyair ...
  • Abdullah Harahap
    Abdullah Harahap adalah pengarang novel yang sangat produktif pada tahun 1970-an. Ia lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan tahun 1943. Dia dikenal sebagai pengarang cerita roman dan cerita horor atau ...
  • Airlangga
    Airlangga merupakan judul drama karangan Sanusi Pane yang ditulis pertama kali dalam bahasa Belanda dan diterbitkan secara bersambung pada tahun 1928 di dalam majalah Timboel. Drama ini kemudian ...
  • Dewan Kesenian Lampung
    Dewan Kesenian Lampung merupakan lembaga yang menjadi penghubung antara Pemerintah Daerah Lampung dengan seniman Lampung. Pembentukan lembaga ini merupakan tindak lanjut instruksi Menteri Dalam ...
  • B. Soelarto
    B. Soelarto, seorang pengarang, lahir di Purworejo 11 September 1936. Ayahnya bernama R. Soekiter dan ibunya R.A. Mariah. Dia menikah dengan Siti Hartati dan memperoleh tiga orang anak, yakni Dyah ...
  •  
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
     

    La Kadandio

    Kategori: Registrasi Sastra Lisan

     

    Suku : Muna

    Genre : Puisi

    Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara

    Kabupaten/Kota: Kabupaten.Muna


    La Kadandio adalah lagu rakyat yang masih bertahan sampai saat ini. Lagu itu menceritakan mengenai rasa duka masyarakat Muna atas pengkhianatan yang dilakukan oleh Sultan Buton yang bekerja sama dengan Belanda untuk menangkap dan mengasingkan Raja Muna. La Kadandio merujuk pada nama samaran Raja Muna La Ode Kadiri, bergelar Sangia Kaendea. La Ode Kadiri diundang oleh Sultan Buton dan Belanda untuk menghadiri sebuah acara, akan tetapi, saat ia tiba di kapal, ia ditangkap dan diasingkan ke tempat yang tidak diketahui oleh masyarakat Muna. Namun, setelah mereka tahu di mana tempat disembunyikannya raja mereka, yaitu Ternate, sang permaisuri pun segera menjemput raja. Dengan penyamaran dan tipu daya, akhirnya sang permaisuri berhasil menyelamatkan Raja Muna.

    La Kadandio didendangkan oleh masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara hanya pada saat pementasan tari  linda, tari khas Muna. Lagu La Kadandio tidak dapat didendangkan di sembarang tempat karena dipercaya bagi siapa pun yang mendendangkannya di sembarang tempat akan didatangi makhluk-makhluk yang menyeramkan dari golongan jin (masyarakat Muna menyebutnya Wakaokili)

    Ditinjau dari segi bentuknya, teks La Kadandio sangat singkat karena hanya terdiri atas 8 baris. Secara etimologis, La Kadandio terdiri atas La sebagai penanda laki-laki dalam masyarakat Muna dan Kadandio.  Secara morfologis, Kadandio dibentuk dari akar kata ndiolo  yang berarti ‘berduka’, diberi prefiks da- menjadi dandiolo yang berarti ‘kita berduka’. Kemudian bentukan kata dandiolo ‘kita berduka’ ini mendapat prefiks ka- sebagai pemarkah adjektiva (keadaan) sehingga menjadi kadandiolo yang berarti ‘keberdukaan kita semua’. Setelah itu, bentuk derivasi kadandiolo ‘keberdukaan kita semua’ ini mengalami peluluhan (deletion) pada suku kata terakhirnya yaitu lo, sehingga menjadi kadandio. Dengan demikian, secara semantis konstituen kadandio berarti ‘kita semua berada dalam keadaan duka’.


    Tim Peneliti : Aderlaepe (Universitas Haluoleo)


     
    PENCARIAN TERKAIT

  • A.M.Dg. Myala
    A.M.Dg. Myala atau Abdul Muin Daeng Myala adalah sastrawan Indonesia kelahiran Makassar pada tanggal 2 Januari 1909. Penyair ini mempunyai nama lain A. M. Thahir. Dia tergolong sebagai penyair ...
  • Abdullah Harahap
    Abdullah Harahap adalah pengarang novel yang sangat produktif pada tahun 1970-an. Ia lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan tahun 1943. Dia dikenal sebagai pengarang cerita roman dan cerita horor atau ...
  • Airlangga
    Airlangga merupakan judul drama karangan Sanusi Pane yang ditulis pertama kali dalam bahasa Belanda dan diterbitkan secara bersambung pada tahun 1928 di dalam majalah Timboel. Drama ini kemudian ...
  • Dewan Kesenian Lampung
    Dewan Kesenian Lampung merupakan lembaga yang menjadi penghubung antara Pemerintah Daerah Lampung dengan seniman Lampung. Pembentukan lembaga ini merupakan tindak lanjut instruksi Menteri Dalam ...
  • B. Soelarto
    B. Soelarto, seorang pengarang, lahir di Purworejo 11 September 1936. Ayahnya bernama R. Soekiter dan ibunya R.A. Mariah. Dia menikah dengan Siti Hartati dan memperoleh tiga orang anak, yakni Dyah ...
  • A.M.Dg. Myala
    A.M.Dg. Myala atau Abdul Muin Daeng Myala adalah sastrawan Indonesia kelahiran Makassar pada tanggal 2 Januari 1909. Penyair ini mempunyai nama lain A. M. Thahir. Dia tergolong sebagai penyair ...
  • Abdullah Harahap
    Abdullah Harahap adalah pengarang novel yang sangat produktif pada tahun 1970-an. Ia lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan tahun 1943. Dia dikenal sebagai pengarang cerita roman dan cerita horor atau ...
  • Airlangga
    Airlangga merupakan judul drama karangan Sanusi Pane yang ditulis pertama kali dalam bahasa Belanda dan diterbitkan secara bersambung pada tahun 1928 di dalam majalah Timboel. Drama ini kemudian ...
  • Dewan Kesenian Lampung
    Dewan Kesenian Lampung merupakan lembaga yang menjadi penghubung antara Pemerintah Daerah Lampung dengan seniman Lampung. Pembentukan lembaga ini merupakan tindak lanjut instruksi Menteri Dalam ...
  • B. Soelarto
    B. Soelarto, seorang pengarang, lahir di Purworejo 11 September 1936. Ayahnya bernama R. Soekiter dan ibunya R.A. Mariah. Dia menikah dengan Siti Hartati dan memperoleh tiga orang anak, yakni Dyah ...
  •  
     
     
    © 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa