Suku : Cia-Cia, Muna (Pancana), dan Wolio
Genre : Pertunjukan
Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara
Kabupaten/Kota: Kabupaten.Buton
Kecamatan: Sangia Wambulu
Desa: Desa Baruta
Penyebaran: Buton
Tradisi
kande-kandea merupakan tradisi makan bersama yang sangat umum ditemukan
pada masyarakat Buton. Khusus di Kabupaten Buton, terdapat tiga etnis yang
masih secara rutin melaksanakannya, yaitu etnis Cia-Cia, Muna (Pancana), dan
Wolio. Penamaan atas tradisi ini juga beragam sesuai dengan bahasa etnisnya
masing-masing, misalnya etnis Muna (Pancana) menyebut kafoma-foma’a, etnis Cia-Cia menyebut maataa, dan etnis Wolio
menyebut peka kande-kandea.
Secara umum tradisi kande-kandea yang
dilakukan ketiga etnis tersebut merupakan tradisi makan bersama yang melibatkan
unsur hiburan dan ritual, serta terdapat interaksi sosial, politik, dan budaya
di dalamnya.
Pada zaman dulu, pekande-kandea merupakan tradisi
untuk menyambut pulangnya para laskar Kesultanan Buton dari medan perang. Jika
para laskar tersebut kembali dengan membawa kemenangan, pekande-kandea jauh
lebih meriah lagi. Para gadis bersiap dengan makanannya untuk menyuapkannya ke
para anggota laskar yang lelah sebagai penghargaan atas perjuangan mereka
dimedan laga. Disamping itu acara ini
merupakan pula acara pertemuan muda mudi karena hanya pada acara seperti inilah
remaja putera dan puteri memperoleh kesempatan bebas untuk saling pandang.
Berbicara
mengenai wacana tradisi kande-kandea di Buton, maka akan membahas tentang dua
kekuatan yang menghidupinya hingga saat ini, yaitu negara dan adat. Dua kekuatan tersebut mengelola tradisi
kande-kandea dengan cara dan tujuan yang berbeda-beda. Bagi masyarakat adat Baruta Analalaki (Nama
masyarakat adat yang terdapat di Desa Baruta, Kecamatan Sangia Wambulu,
Kabupaten Buton) acara ini dilaksanakan secara sederhana,
bersifat ritual dan dilaksanakan secara tertutup di rumah adatnya. Tradisi yang kerap disebut dengan kande-kandea kabolosi ini, hanya dapat
dihadiri oleh masyarakat adat dari beberapa desa, yaitu Desa Tolandona, Baruta
Analalaki, Baruta, dan Tampuna. Konon mereka merupakan kelompok masyarakat
bangsawan Buton yang bermukim di wilayah pesisir.
Tradisi
kande-kandea kabolosi melambangkan kesatuan mistis dan sosial masyarakatnya,
dengan cara menghadirkan arwah-arwah
leluhur di tengah-tengah mereka. Konsep ritualnya adalah masyarakat
mempersembahkan makanan kepada arwah leluhur dan dimakan secara bersama-sama,
seperti slametan pada masyarakat Jawa. Kande-kandea kabolosi meliputi lima rangkaian
ritual yaitu ziarah Fompua dan Dampu, powintahano lima, kande-kandeano fompu’a,
kande-kandeano kabolosi dan kadandio.