• Halaman Beranda

  • Data Referensi Kebahasaan dan Kesastraan

  • Ahli Bahasa

    Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)

    Bahasa Daerah Di Indonesia

    Duta Bahasa

    KBBI

    Penelitian Bahasa

    Registrasi Bahasa

    UKBI

    Indeks Pemanfaatan Bahasa Daerah

    Indeks Kemahiran Berbahasa

    Revitalisasi Bahasa Daerah

  • Gejala Sastra

    Hadiah/Sayembara Sastra

    Karya Sastra

    Lembaga Sastra

    Media Penyebar/Penerbit Sastra

    Pengarang Sastra

    Penelitian Sastra

    Registrasi Sastra Cetak

    Registrasi Sastra Lisan

    Registrasi Manuskrip

  • Pencarian lanjut berdasarkan kategori kebahasaan dan kesastraan

  • Statistik

  • Info

 
 

Watu Samboka-mboka

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Kaledupa

Genre : Cerita Rakyat

Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Wakatobi

Kecamatan: Kaledupa

Penyebaran: Kaledupa


Watu Samboka-mboka adalah salah satu cerita lisan rakyat yang hidup di tengah-tengah masyarakat Kaledupa, bisanya dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya menjelang tidur.

Teknik penuturannya berupa nyanyian dengan lagu tertentu. Cerita ini digunakan untuk mengajarkan bahwa penyesalan itu selalu datang terlambat. Pesan lainnya berupa falsafah “gau satoto” yang menekankan pentingnya prinsip keteguhan pendirian, sikap dan satunya kata dengan perbuatan. Falsafah itu diajarkan dalam lima prinsip nilai, yaiu tara (ketangguhan), turu (kesabaran), toro (komitmen), taha (keberanian), dan toto (kejujuran).

 
PENCARIAN TERKAIT
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
 

Watu Samboka-mboka

Kategori: Registrasi Sastra Lisan

 

Suku : Kaledupa

Genre : Cerita Rakyat

Provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara

Kabupaten/Kota: Kabupaten.Wakatobi

Kecamatan: Kaledupa

Penyebaran: Kaledupa


Watu Samboka-mboka adalah salah satu cerita lisan rakyat yang hidup di tengah-tengah masyarakat Kaledupa, bisanya dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya menjelang tidur.

Teknik penuturannya berupa nyanyian dengan lagu tertentu. Cerita ini digunakan untuk mengajarkan bahwa penyesalan itu selalu datang terlambat. Pesan lainnya berupa falsafah “gau satoto” yang menekankan pentingnya prinsip keteguhan pendirian, sikap dan satunya kata dengan perbuatan. Falsafah itu diajarkan dalam lima prinsip nilai, yaiu tara (ketangguhan), turu (kesabaran), toro (komitmen), taha (keberanian), dan toto (kejujuran).

 
PENCARIAN TERKAIT
 
 
 
© 2024    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa